Laman

Powered By Blogger

Jumat, 01 Juni 2012

TAHUN BARU MASEHI VS TAHUN BARU HIJJRIAH


TAHUN BARU MASEHI VS TAHUN BARU HIJJRIAH

Oleh :
Yana Indra Rokhmana, Dessi Fina Lailil Sujiati


Arti dan Sejarah Tahun Baru Masehi
Apakah tahun baru masehi itu?Tahun baru masehi adalah suatu perayaan di mana suatu budaya merayakan berakhirnya masa satu tahun dan menandai dimulainya hitungan tahun selanjutnya.Budaya masyarakat yang mempunyai kalender tahunan semuanya mempunyai perayaan tahun baru. Tahun baru di Indonesia jatuh pada tanggal 1 Januari karena Indonesia mengadopsi kalender Gregorian, sama seperti mayoritas negara-negara di dunia. Tahun Baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM.Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM.
Dalam mendesain kalender baru ini,Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah,yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir.Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari,yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini.Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya,yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus.
Pada awal tahun Masehi merujuk kepada tahun yang dianggap sebagai tahun kelahiran Nabi Isa Al-Masih karena itu kalender ini dinamakan oleh Yesus atau Masihiyah. Kebalikannya, istilah Sebelum Masehi (SM) merujuk pada masa sebelum tahun tersebut. Sebagian besar orang non-Kristen biasanya mempergunakan singkatan M dan SM ini tanpa merujuk kepada konotasi Kristen tersebut. Sistem penanggalan yang merujuk pada awal tahun Masehi ini mulai diadopsi di Eropa Barat selama abad ke-8. Penghitungan kalender ini dimulai oleh seorang biarawan bernama Dionysius Exiguus atau "Denis Pendek" dan mula-mula dipergunakan untuk menghitung tanggal Paskah (Computus) berdasarkan tahun pendirian Roma.

Arti dan Sejarah Tahun Baru Hijjriah
Sedangkan tahun baru Hijjriah penentuan dimulainya sebuah hari atau tanggal pada Kalender Hijriyah berbeda dengan pada Kalender Masehi. Pada sistem Kalender Masehi, sebuah hari atau tanggal dimulai pada pukul 00.00 waktu setempat. Namun pada sistem Kalender Hijriah, sebuah hari/tanggal dimulai ketika terbenamnya matahari di tempat tersebut.
Kalender Hijriyah dibangun berdasarkan rata-rata silkus sinodik bulan kalender lunar (qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklus sinodik bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708 hari).Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun Kalender Hijriah lebih pendek sekitar 11 hari dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi.
Faktanya, siklus sinodik bulan bervariasi. Jumlah hari dalam satu bulan dalam Kalender Hijriah bergantung pada posisi bulan, bumi dan matahari. Usia bulan yang mencapai 30 hari bersesuaian dengan terjadinya bulan baru (new moon) di titik apooge, yaitu jarak terjauh antara bulan dan bumi, dan pada saat yang bersamaan, bumi berada pada jarak terdekatnya dengan matahari (perihelion). Sementara itu, satu bulan yang berlangsung 29 hari bertepatan dengan saat terjadinya bulan baru di perige (jarak terdekat bulan dengan bumi) dengan bumi berada di titik terjauhnya dari matahari (aphelion). dari sini terlihat bahwa usia bulan tidak tetap melainkan berubah-ubah (29 - 30 hari) sesuai dengan kedudukan ketiga benda langit tersebut (Bulan, Bumi dan Matahari).
Penentuan awal bulan (new moon) ditandai dengan munculnya penampakan (visibilitas) Bulan Sabit pertama kali (hilal) setelah bulan baru (konjungsi atau ijtimak). Pada fase ini, Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari, sehingga posisi hilal berada di ufuk barat. Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29, maka jumlah hari pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari. Tidak ada aturan khusus bulan-bulan mana saja yang memiliki 29 hari, dan mana yang memiliki 30 hari. Semuanya tergantung pada penampakan hilal.

Tahun Baru Menurut Sebagian Orang
Bagi sebagian orang, pergantian tahun merupakan saat yang dinanti-nanti, namun bagi sebagian lagi masih diliputi tanda tanya bagaimana kondisi tahun depan. Setiap pergantian tahun, selalu diikuti dengan refleksi dan resolusi baru. Luangkan waktu untuk melihat kembali apa yang sudah kita raih dalam setahun yang lalu.Bukan dengan cara bergadang tanpa ada kepentingan yang syar'i dibenci oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Termasuk di sini adalah menunggu detik-detik pergantian tahun yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Diriwayatkan dari Abi Barzah, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat 'Isya dan ngobrol-ngobrol setelahnya.”
Betapa banyak kita saksikan, karena begadang semalam suntuk untuk menunggu detik-detik pergantian tahun, bahkan begadang seperti ini diteruskan lagi hingga jam 1, jam 2 malam atau bahkan hingga pagi hari, kebanyakan orang yang begadang seperti ini luput dari shalat Shubuh yang kita sudah sepakat tentang wajibnya. Di antara mereka ada yang tidak mengerjakan shalat Shubuh sama sekali karena sudah kelelahan di pagi hari. Akhirnya, mereka tidur hingga pertengahan siang dan berlalulah kewajiban tadi tanpa ditunaikan sama sekali. Na’udzu billahi min dzalik. Ketahuilah bahwa meninggalkan satu saja dari shalat lima waktu bukanlah perkara sepele. Bahkan meningalkannya para ulama sepakat bahwa itu termasuk dosa besar.Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga mengancam dengan kekafiran bagi orang yang sengaja meninggalkan shalat lima waktu. Buraidah bin Al Hushoib Al Aslamiy berkata, ”Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat.Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.Oleh karenanya, seorang muslim tidak sepantasnya merayakan tahun baru sehingga membuat dirinya terjerumus dalam dosa besar.

Tahun Baru Benurut Islam
Daripada waktu kaum muslimin sia-sia, mending malam tahun baru kita isi dengan dzikir berjama'ah di masjid. Itu tentu lebih manfaat daripada menunggu pergantian tahun tanpa ada manfaatnya”, demikian ungkapan sebagian orang. Ini sungguh aneh. Pensyariatan semacam ini berarti melakukan suatu amalan yang tanpa tuntunan. Perayaan tahun baru sendiri adalah bukan perayaan atau ritual kaum muslimin, lantas kenapa harus disyari'atkan amalan tertentu ketika itu? Apalagi menunggu pergantian tahun pun akan mengakibatkan meninggalkan berbagai kewajiban sebagaimana nanti akan kami utarakan.
01 Muharam 1433 Hijriyah. Merupakan tahun baru bagi umat muslim di seluruh dunia, namun momentum ini mugkin tidak banyak mendapatkan perhatian. Karena tidak tanda-tanda yang nampak untuk menyambut datangnya tahun baru hijriyah ini. Padahal, tahun baru hijriyah ini diklaim sebagai tahun baru bagi kaum muslim, akan tetapi kaum islam itu sendiri seakan-akan cuek dengan datangnya tahun baru hijrihah ini, bahkan lebih berantusias terhadap datangnya tahun baru masehi.
Dalam islam, tradisi penyambutan terhadap peristiwa sejarah mimang sangat dianjurkan, seperti tanggal 27 Rajab, memperingati pristiwa isra’ dan mi’raj Nabi Muhammad dalam rangka menerima perintah shalat, tanggal 12 Rabiul Awal (Bulan Maulid) bulan kelahiran Nabi Muhammada SAW. 1 Syawal (Idul Fitri), merayakan kemenang karena telah selesai menunaikan ibadah puasa satu bulan penuh, 10 Dzul Hijjah (Idul Adha) memperingati pristiwa Nabi Ibrahim ketika diperintah mengurbankan putranya Nabi Ismail, 15 sya’ban (Nisfu Sya’ban) penutupan pencatatan amal kita selama satu tahun, dan termasuk 1 Muharram tahun baru hijriyah, memperingati pristiwa hijrahnya Nabi Muhammad dari Kota Makkah ke Kota Madinah.

Tradisi Tahun Baru Hijjriah dan Masehi
Dalam memperingati tahun baru hijriyah, tradisi yang harus dilakukan memang tidak sama dengan tradisi yang dilakukan untuk memperingati tahun baru masehi. Pada tahun baru hijriyah kita dianjurkan memperingati dengan cara berpuasa dari tanggal 30 Dzul Hijjah dan tanggal 1 Muharram dengan balasan akan diampuni dosanya selama 50 tahun yang telah berlalu, membaca do’a ahir tahun sebelum magrib pada tanggal 30 Dzul Hijjah dan membaca do’a alwal tahun sesudah magrib pada tanggal 1 Bulan Muharramakan. Akan tetapi sangat sedikit umat islam yang merespon terhadap anjuran tersebut. Padahal semestinya disamping anjuran tersebut, kita perlu membuat moment-moment lain yang dapat menampakkan kebesaran islam, misal menyantuni fakir miskin, melakukan kajian keislaman, dan bahkan melaksanakan lomba-lomba keislaman yang dapat menampakkan dan memeriahkan syiar-syiar islam.
Dari Abu Sa'id Al Khudri, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang penuh lika-liku, pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.”Kami (para sahabat) berkata,“Wahai Rasulullah, Apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab,“Lantas siapa lagi?
Dari sini kita dapat menyaksikan bahwa perayaan tahun baru dimulai dari orang-orang kafir dan sama sekali bukan dari Islam. Perayaan tahun baru terjadi pada pergantian tahun kalender Gregorian yang sejak dulu telah dirayakan oleh orang-orang kafir.

Kebiasaan-kebiasaan Dalam Memasuki Tahun Baru
Diantara kebiasaan orang dalam memasuki tahun baru di berbagai belahan dunia adalah dengan merayakannya, seperti begadang semalam suntuk, pesta kembang api, tiup terompet pada detik-detik memasuki tahun baru, wayang semalam suntuk bahkan tidak ketinggalan dan sudah mulai ngetrend di beberapa tempat diadakan dzikir berjama’ah menyongsong tahun baru. Sebenarnya bagaimana Islam memandang perayaan tahun baru?
Hadits ini menunjukkan terlarangnya menyembelih untuk Allah di tempat yang bertepatan dengan tempat yang digunakan untuk menyembelih kepada selain Allah, atau di tempat orang-orang kafir merayakan pesta atau hari raya. Sebab itu berarti mengikuti mereka dan menolong mereka di dalam mengagungkan syi’ar-syi’ar kekufuran. Perbuatan ini juga menyerupai perbuatan mereka dan menjadi sarana yang mengantarkan kepada syirik. Apalagi ikut merayakan hari raya mereka, maka di dalamnya terdapat wala’ (loyalitas) dan dukungan dalam menghidupkan syi’ar-syi’ar kekufuran. Akibat paling berbahaya yang timbul karena berwala’ terhadap orang kafir adalah tumbuhnya rasa cinta dan ikatan batin kepada orang-orang kafir sehingga dapat menghapuskan keimanan.
Ibnu Baththol mengatakan, “Yang dimaksud dengan hadits ini adalah dorongan agar seorang muslim tidak menyakiti kaum muslimin lainnya dengan lisan,tangan dan seluruh bentuk menyakiti lainnya. Al Hasan Al Bashri mengatakan,“Orang yang baik adalah orang yang tidak menyakiti walaupun itu hanya menyakiti seekor semut”.” Perhatikanlah perkataan yang sangat bagus dari Al Hasan Al Basri. Seekor semut yang kecil saja dilarang disakiti, lantas bagaimana dengan manusia yang punya akal dan perasaan disakiti dengan suara bising atau mungkin lebih dari itu?
Ibnu Baththol menjelaskan, “Rasullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak suka begadang setelah shalat 'Isya karena beliau sangat ingin melaksanakan shalat malam dan khawatir jika sampai luput dari shalat shubuh berjama'ah. 'Umar bin Al Khottob sampai-sampai pernah memukul orang yang begadang setelah shalat Isya, beliau mengatakan, “Apakah kalian sekarang begadang di awal malam, nanti di akhir malam tertidur lelap?” Apalagi dengan begadang ini sampai melalaikan dari sesuatu yang lebih wajib yaitu shalat Shubuh.
Ikhtilath (campur baur) antara pria dan wanita seperti yang kita lihat pada hampir seluruh perayaan malam tahun baru bahkan sampai terjerumus pada perbuatan zina, Na’udzubillahi min dzaalika.
Ingatlah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam secara tegas telah melarang kita meniru-niru orang kafir (tasyabbuh). Beliau bersabda,”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” Jadi dalam melakukan suatu amalan, niat baik semata tidaklah cukup. Kita harus juga mengikuti contoh dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, baru amalan tersebut bisa diterima di sisi Allah.
Jika ada yang mengatakan,“Daripada menunggu tahun baru diisi dengan hal yang tidak bermanfaat (bermain petasan dan lainnya), mending diisi dengan dzikir. Yang penting kan niat kita baik.”Maka cukup kami sanggah niat baik semacam ini dengan perkataan Ibnu Mas’ud ketika dia melihat orang-orang yang berdzikir, namun tidak sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang yang melakukan dzikir yang tidak ada tuntunannya ini mengatakan pada Ibnu Mas’ud,”Demi Allah, wahai Abu ‘Abdurrahman (Ibnu Mas’ud), kami tidaklah menginginkan selain kebaikan.” Ibnu Mas’ud lantas berkata, “Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, namun mereka tidak mendapatkannya.
Jika kita lihat pada tingkah laku muda-mudi saat ini, perayaan tahun baru pada mereka tidaklah lepas dari ikhtilath (campur baur antara pria dan wanita) dan berkholwat (berdua-duan), bahkan mungkin lebih parah dari itu yaitu sampai terjerumus dalam zina dengan kemaluan. Inilah yang sering terjadi di malam tersebut dengan menerjang berbagai larangan Allah dalam bergaul dengan lawan  jenis. Inilah yang terjadi di malam pergantian tahun dan ini riil terjadi di kalangan muda-mudi.
Jika dilihat dari sejarah, tahun hijriyah dicatat berdasarkan bukti sejarah Hijrahnya Nabi Muhammad SAW. Dari Kota Makkah ke Kota Yatsrib atau yang sekarang disebut Kota Madinah demi untuk menyelamatkan agamanya (islam).Apabila hal itu dilakukan secara konsisten dan terarah, kita akan menikmati hasilnya di tahun mendatang. Arahkan hati dan pikiran kita tentang indahnya meraih kesuksesan dalam merealisasikan impian kita.
Bila kita membandingkan dari beberapa aktifitas yang dilakukan masyarakat untuk menyambut datangnya tahun baru masehi dan tahun baru hijriah cukup jauh, di wilayah-wilayah yang masyarakatnya mayoritas muslim sekalipun.Dalam istilah saya meminjam istilah pertandingan tinju, peringatan tahun baru masehi vs peringatan tahun baru hijriyah, peringatan tahun baru hijriyah kalah KO.

Dampak Yang Bitimbulkan  Tada Tahun Baru Masehi
Kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan pada tahun baru Masehi, yaitu:       
1.      Mengganggu kaum muslimin
2.      Merayakan tahun baru masehi berarti tasyabbuh (meniru-niru) orang kafir
3.      Mengucapkan selamat tahun baru yang jelas bukan ajaran islam
4.      Begadang tanpa ada hajat
5.      Hura-hura dan mabuk-mabukan
6.      Meninggalkan shalat lima waktu
7.      Melakukan pemborosan yang meniru perbuatan setan
8.      Menyia-nyiakan waktu yang begitu berharga
9.      Merekayasa amalan yang tanpa tuntunan di malam tahun baru masehi
10.  Terjerumus dalam Zina
11.  Merayakan Tahun Baru Berarti Merayakan 'Ied (Perayaan) yang Haram
Kita sudah ketahui bahwa perayaan tahun baru masehi ini berasal dari orang kafir dan merupakan tradisi mereka. Namun sayangnya di antara orang-orang jahil ada yang mensyari'atkan amalan-amalan tertentu pada malam pergantian tahun.
Komisi Fatwa Saudi Arabia, Al Lajnah Ad Daimah ditanya, “Apakah boleh mengucapkan selamat tahun baru Masehi pada non muslim, atau selamat tahun baru Hijriyah atau selamat Maulid Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam?”Al Lajnah Ad Daimah menjawab, “Tidak boleh mengucapkan selamat pada perayaan semacam itu karena perayaan tersebut adalah perayaan yang tidak masyru’ (tidak disyari’atkan dalam Islam).”
Lihatlah apa yang dikatakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Apa yang beliau katakan benar-benar nyata saat ini. Berbagai model pakaian orang barat diikuti oleh kaum muslimin, sampai pun yang setengah telanjang.Begitu pula berbagai perayaan pun diikuti, termasuk pula perayaan tahun baru masehi ini.
Memasuki tahun baru hijjriah sebaiknya segera menetapkan impian baru. Apakah itu menghidupkan kembali impian lama yang belum terwujud atau benar-benar menetapkan impian baru yang hendak diraih di tahun 2012. Untuk menghimbau, Kepada semua kaum muslimin untuk memeriahkan dalam menyambut datangnya tahun baru hijriyah dengan kegiatan-kegiatan keagamaan, sehingga kebesaran dan syiar-syiar islam semakin nampak di masyarakat.Bukannya seperti merayakan tahun baru masehi yang banyak diramaikan dengan suara mercon, petasan, terompet atau suara bising lainnya. Ketahuilah ini semua adalah suatu kemungkaran karena mengganggu muslim lainnya, bahkan sangat mengganggu orang-orang yang butuh istirahat seperti orang yang lagi sakit. Padahal mengganggu muslim lainnya adalah terlarang sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Seorang muslim adalah seseorang yang lisan dan tangannya tidak mengganggu orang lain.”
Merayakan tahun baru masehi termasuk membuang-buang waktu. Padahal waktu sangatlah kita butuhkan untuk hal yang manfaat dan bukan untuk hal yang sia-sia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi nasehat mengenai tanda kebaikan orang Islam.Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya.”Semoga kita merenungkan perkataan Ibnul Qoyyim,“(Ketahuilah bahwa) menyia-nyiakan waktu lebih jelek dari kematian. Menyia-nyiakan waktu akan memutuskanmu (membuatmu lalai) dari Allah dan negeri akhirat. Sedangkan kematian hanyalah memutuskanmu dari dunia dan penghuninya.”
Merayakan tahun baru masehi termasuk meniru-niru orang kafir.Dan sejak dulu Nabi kita shallallahu 'alaihi wa sallam sudah mewanti-wanti bahwa umat ini memang akan mengikuti jejak orang Persia,Romawi,Yahudi dan Nashrani. Kaum muslimin mengikuti mereka baik dalam berpakaian atau pun berhari raya.Merupakan salah satu bentuk tasyabbuh (menyerupai) dengan orang-orang kafir yang telah dilarang oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam.
Maka dari itu mulailah menetapkan impian.Menghidupkan impian akan memberikan banyak manfaat bagi kita.Karena memiliki impian akan memberi motivasi bagi kita untuk bertindak mewujudkannya.Memiliki impian dapat menjadi arah bagi kita untuk melangkah kedepan.Bahkan menghidupkan impian seperti membangkitkan energi dari dalam diri, dapat menjadi pendorong bagi kita untuk memperkuat diri dalam menghadapi berbagai tantangan dan hambatan.Memiliki impian dapat memberi kita dorongan untuk hidup lebih terencana, hidup lebih efisien guna merealisasikan mimpi kita.Dengan impian akan menghidupkan harapan. Dengan harapan akan melahirkan tindakan.
Bukan dengan pemborosan besar-besaran hanya dalam waktu satu malam.Jika kita perkirakan setiap orang menghabiskan uang pada malam tahun baru sebesar Rp.1000 untuk membeli mercon dan segala hal yang memeriahkan perayaan tersebut, lalu yang merayakan tahun baru sekitar 10 juta penduduk Indonesia, maka hitunglah berapa jumlah uang yang dihambur-hamburkan dalam waktu semalam? Itu baru perkiraan setiap orang menghabiskan Rp. 1000, bagaimana jika lebih dari itu?!  Padahal Allah Ta’ala telah berfirman (yang artinya), “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.”(QS. Al Isro’: 26-27). 
Perlu diketahui bahwa perayaan ('ied) kaum muslimin hanya ada dua yaitu 'Idul Fithri dan 'Idul Adha. Anas bin Malik mengatakan, “Orang-orang Jahiliyah dahulu memiliki dua hari (hari Nairuz dan Mihrojan) di setiap tahun yang mereka senang-senang ketika itu.
Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau mengatakan, “Dulu kalian memiliki dua hari untuk senang-senang di dalamnya. Sekarang Allah telah menggantikan bagi kalian dua hari yang lebih baik yaitu hari Idul Fithri dan Idul Adha.
Saya ingat waktu masa kecilku ketia masih mengaji di sebuh masjid di desaku, pada hari-hari bersejarah, banyak sekali aktifitas keagamaan yang dilakukan, yang paling menarik waktu itu ketika pada malam Nisfu Sya’ban dan 1 Muharram banyak para santri dan sebagian masyarakat di desaku melakukan ziarah dengan berjalan kaki dari satu asta (makam para leluhur) ke asta yang lain untuk membaca do’a memohon ridha Allah SWT. Akhir-akhir ini kegiatan semacam tersebut sudah jarang sekali ditemukan.

Hukum Merayakan Tahun Baru Masehi

Ada sekian banyak pendapat yang berbeda tentang hukum merayakan tahun baru masehi.
Tahun Baru Adalah Bid`ah.Syariat Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW adalah syariat yang lengkap dan sudah tuntas. Tidak ada lagi yang tertinggal.Sedangkan fenomena sebagian umat Islam yang mengadakan perayaan malam tahun baru Masehi di masjid-masijd dengan melakukan shalat malam berjamaah, tanpa alasan lain kecuali karena datangnya malam tahun baru, adalah sebuah perbuatan bidah yang tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah SAW, para shahabat dan salafus shalih. Maka hukumnya bidah bila khusus untuk even malam tahun baru digelar ibadah ritual tertentu, seperti qiyamullail, doa bersama, istighatsah, renungan malam, tafakkur alam, atau ibadah mahdhah lainnya.Karena tidak ada landasansyarinya.

Pendapat yang Menghalalkan.Pendapat yang menghalalkan berangkat dari argumentasi bahwa perayaan malam tahun baru Masehi tidak selalu terkait dengan ritual agama tertentu. Semua tergantung niatnya. Kalau diniatkan untuk beribadah atau ikut-ikutan orang kafir, maka hukumnya haram.
Tetapi tidak diniatkan mengikuti ritual orang kafir, maka tidak ada larangannya.Mereka mengambil perbandingan dengan liburnya umat Islam di hari natal. Kenyataannya setiap ada tanggal merah di kalender karena natal, tahun baru, kenaikan Isa, paskah dan sejenisnya, umat Islam pun ikut-ikutan libur kerja dan sekolah. Bahkan bank-bank syariah, sekolah Islam, pesantren, departemen Agama RI dan institusi-institusi keIslaman lainnya juga ikut libur. Apakah liburnya umat Islam karena hari-hari besar kristen itu termasuk ikut merayakan hari besar mereka?Umumnya kita akan menjawab bahwa hal itu tergantung niatnya. Kalau kita niatkan untuk merayakan, maka hukumnya haram. Tapi kalau tidak diniatkan merayakan, maka hukumnya boleh-boleh saja.Demikian juga dengan ikutan perayaan malam tahun baru, kalau diniatkan ibadah dan ikut-ikutan tradisi bangsa kafir, maka hukumnya haram.
Pendapat yang Mengharamkan.Mereka yang mengharamkan perayaan malam tahun baru masehi, berhujjah dengan beberapa argumen.Perayaan Malam Tahun Baru Adalah Ibadah Orang KafirBahwa perayaan malam tahun baru pada hakikatnya adalah ritual peribadatan para pemeluk agama bangsa-bangsa di Eropa, baik yang Nasrani atau pun agama lainnya.Sejak masuknya ajaran agama Nasrani ke Eropa, beragam budaya paganis (keberhalaan) masuk ke dalam ajaran itu. Salah satunya adalah perayaan malam tahun baru. Bahkan menjadi satu kesatuan dengan perayaan Natal yang dipercaya secara salah oleh bangsa Eropa sebagai hari lahir nabi Isa.
Walhasil, perayaan malam tahun baru masehi itu adalah perayaan hari besar agama kafir. Maka hukumnya haram dilakukan oleh umat Islam.

Adapun Sebaiknya Tahun Baru
Seharusnya seseorang bersyukur kepada Allah dengan nikmat waktu yang telah Dia berikan. Mensyukuri nikmat waktu bukanlah dengan merayakan tahun baru. Namun mensyukuri nikmat waktu adalah dengan melakukan ketaatan dan ibadah kepada Allah, bukan dengan menerjang larangan Allah. Itulah hakekat syukur yang sebenarnya. Orang-orang yang menyia-nyiakan nikmat waktu seperti inilah yang Allah cela. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan?” (QS. Fathir: 37). Qotadah mengatakan, “Beramallah karena umur yang panjang itu akan sebagai dalil yang bisa menjatuhkanmu. Marilah kita berlindung kepada Allah dari menyia-nyiakan umur yang panjang untuk hal yang sia-sia.” Wallahu walliyut taufiq.  Sumber: www.muslimah.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar