Laman

Powered By Blogger

Jumat, 01 Juni 2012

MAKNA HARI IBU


MAKNA HARI IBU BAGI PERAN IBU
Oleh:
Shevita Alvianita S., Nia Wahyuandani


Sejarah Hari Ibu di Indonesia
Makna Hari Ibu di Indonesia sampai saat ini masih sedikit bergeser dari sejarah Hari Ibu di Indonesia. Peringatan Hari Ibu di Indonesia selama ini mengacu pada Mother’s Day di beberapa Negara di Dunia. Bila menelusuri sejarahnya, Hari Ibu di Indonesia seharusnya mengacu pada perjuangan para pahlawan-pahlawan perempuan pendiri bangsa. Organisasi-organisasi perempuan itu mengawalinya dengan mengadakan kongres yang pertama yang dikenal dengan  Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) pada tanggal 22 Desember 1928. Dan Kemudian, Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden No. 316/1959 menetapkan 22 Desember sebagai Hari Ibu dan dirayakan secara nasional. (Adam Muakhor, S.T., Staf Bidang Fisik Bappeda Kota Metro: 2011)

Makna Hari Ibu di Indonesia
Terkait dengan sejarahnya, seharusnya Hari Ibu dimaknai dengan mengambil semangat para pahlawan-pahlawan perempuan yang memperjuangkan hak-hak perempuan. Apalagi sekarang ini marak sekali kekerasan yang terjadi pada perempuan. Mulai dari kekerasan fisik maupun seksual. Hal tersebut yang mestinya disuarakan pada peringatan Hari Ibu di Indonesia. Tatapi peringatan Hari yang bertepatan pada tanggal 22 Desember itu dimaknai dengan memperlakukan seorang ibu dengan perlakuan sedikit istimewa dari biasanya. Yaitu dengan membantu pekerjaan seorang ibu, seperti memasak ,merawat anak, dan pekerjaan rumah tangga lainnya. Selain itu juga ada yang memeberikan hadiah kepada para ibu. Hal tersebut yang seharusnya tidak hanya dilakukan pada satu hari itu saja, diharapkan setiap hari pun membantu pekerjaan ibu. Mengingat jasa dan kebaikan seorang ibu yang tiada kira. Mulai dari menjaga dan merawat kita ketika masih dalam kandungan, rela mengorbankan nyawa demi kehidupan kita, merawat kita dengan memberikan ASI dan makan kepada kita, dengan sabar mendidik kita sampai kita tumbuh manjadi anak yang tau akan segala hal, menyayangi kita dengan tulus, selalu ada disaat kita dalam masalah, dan masih banyak kebaikan dan jasa-jasa seorang ibu yang tidak dapat kita bayangkan. (Adam Muakhor, S.T., Staf Bidang Fisik Bappeda Kota Metro: 2011)

Peran Ibu dalam Membentuk Keluarga yang Sejahtera
Peran seorang ibu saat ini juga mengalami pergeseran, dahulu seorang ibu tidak perlu ikut andil dalam perekonomian keluarga, tetapi pada kenyataan saat ini seorang ibu terkadang juga ikut andil membantu perekonomian keluarganya. Hal tersebut dikarenakan disaat ini banyak perempuan-perempuan yang ingin berkarir dan tidak ingin hanya mengandalkan penghasilan dari suami saja. Sikap tersebut tidak terlepas dari keinginan seorang ibu untuk menyejahterakan keluarganya. Adapun beberapa peran seorang ibu dalam menyejaherakan keluarganya, yaitu:
1.      Tanggungjawab
Tanggungjawab seorang ibu dalam keluarga sebenarnya tidak terlepas dari tanggungjawab seorang ayah. Sehingga dengan adanya saling bekerjasama untuk membangun keluarga yang sejahtera. Membentuk Keluarga Sejahtera pada dasarnya adalah menggerakkan proses dan fungsi manajemen dalam kehidupan rumah tangga. Ibu dan ayah bisa saja bersepakat, misalnya menentukan siapa yang mengerjakan apa, hal-hal yang diputuskan sendiri dan lebih baik diputuskan bersama. Segala sesuatu ditempatkan pada proporsi yang tepat.
2.      Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan kaum ibu relatif bertambah tinggi. Hal tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi terbukanya peluang dan kesempatan untuk tampil ke depan, melepaskan diri dari kasus-kasus perlakuan diskriminasi seperti pelecehan hak, isu gender, dan sebagainya. Kondisi umum tersebut dimungkinkan oleh beberapa faktor dominan. Kesemuanya langsung atau tidak langsung memberi dampak kuantitatif bagi peran ibu dalam meningkatkan tahapan Keluarga Sejahtera. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah:
Pertama, semakin menyebarnya kegiatan pendidikan, serta relatif telah bertambah tingginya pendidikan rata-rata penduduk. Memang tidak selalu semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin berhasil pula dalam membangun Keluarga Sejahtera. Artinya Keluarga Sejahtera berkualitas tidak identik atau ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat pendidikan. Tetapi dapat dikatakan ibu yang terdidik pastilah memiliki kelebihan adaptif tertentu.
Kesempatan dan pendidikan masyarakat sudah semakin luas. Persepsi masyarakat tentang potensi kaum ibupun relatif telah terbuka. Apalagi sejak munculnya berbagai sekolah kejuruan maupun pelatihan khusus yang sengaja dirancang sebagai wahana aktualisasi potensi intelektual dan potensi kreatif kaum ibu. Selain itu pendidikan dan pelatihan-pelatihan khusus juga mempercepat proses keterbukaan dan dinamisasi nilai-nilai kultural masyarakat. Termasuk yang secara historis telah melekat dalam persepsi kaum ibu sendiri.
Kedua, perubahan persepsi dikotomis masyarakat kita tentang pekerjaan. Polarisasi atas dasar jenis kelamin (gender) di lingkungan pekerjaan dan profesi umumnya tidak populer. Tuntutan dan logika kemajuan zaman menyebabkan proses rekrutmen, promosi dan pengangkatan dalam profesi, sekarang ini lebih berorientasi pada kualitatif.
Ketiga, kemajuan teknologi termasuk faktor dominan bagi meluasnya peluang dan kesempatan kaum ibu. Tidak bisa dipungkiri kemajuan teknologi ke rumah tanggaan, teknologi perkantoran, Telkom, dan transformasi semakin memperlancar proses kehidupan sosial.
Sampai pada tahun 70-an, usia produktif wanita di Indonesia, terutama di daerah pedesaan, umumnya habis dimanfaatkan untuk melahirkan dan mengasuh anak. Kini teknologi kontrasepsi, adanya Gerakan KB Nasional, ditambah kesadaran untuk lebih mementingkan kualitas hidup, pasangan usia subur (PUS) bisa mengatur jarak kehamilan. Kehamilan dapat dideteksi, jabang bayi dalam kandungan dapat dijaga serta proses melahirkan lebih nyaman dan aman.
Keempat, sebagai resultansi dari faktor di atas, ialah meluas dan melebarnya perbandingan masyarakat, khususnya kaum ibu. Termasuk ukuran-ukuran keberhasilan, kemajuan dan penghargaan. Ukuran masyarakat tentang status sosial, kini tidak lagi sekedar mengacu pada latar belakang asal usul. Siapapun yang mampu melahirkan kerja-kerja prestatif untuk kemaslahatan lingkungan masyarakatnya, dialah cenderung yang paling dihargai.
3.      Kecerdasan dan Kepekaan.
Dalam kaitan peran dan tanggungjawab membentuk keluarga sejahtera, manajemen rumah tangga tidak boleh kaku dan tertutup. Kita harus elastis dan mau membuka diri dari kemungkinan masuknya pengaruh positif dari luar. Bahkan dari anak-anak kita, dari murid-murid kita atau tetangga kita. Kitapun perlu memfasilitasi anggota keluarga.
Kepekaan kaum bapakpun perlu diperlihatkan melalui support, misalnya jika wanita atau isteri dalam suatu keluarga mampu, mau, dan berbahagia bekerja di luar rumah, mestinya mereka mendapat dukungan. Jika kondisi keluarga mengharuskan lebih banyak mengurus keperluan anak-anak, mengelola kebutuhan keluarga sesungguhnya itu adalah karir dan sikap wanita modern. Pilihan dan kesempatan tersebut patut disyukuri karena akan menempatkan posisi kaum ibu pada derajat yang tinggi.
Kita harus memahami apa yang paling dibutuhkan seluruh anggota keluarga. Bahkan kita harus mengerti potensi dan karakter anak-anak kita, agar proses sosialisasinya tidak salah kaprah. Kecerdasan dan kepekaan kaum ibu di sini bukan hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi keharmonisan keluarga dan kemajuan masyarakat.
Kecerdasan dan kepekaan juga diperlukan untuk menjalankan dan mengefektifkan delapan fungsi keluarga yaitu: fungsi keagamaan, fungsi cinta kasih, fungsi reproduksi, fungsi perlindungan, fungsi social budaya, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi pelestarian lingkungan.
Delapan fungsi keluarga merupakan esensi berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semakin jelas bahwa peran ibu dalam membentuk keluarga sejahtera, bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri. Peran dan tanggungjawab tersebut adalah bagian yang tidak terpisahkan dari peran dan tanggungjawab kaum bapak, keluarga, masyarakat, dan pemerintah. (Penulis adalah Ajun PKB pada BKKBN Kabupaten Bogor/H.Nur).

Peran dan Fungsi Ibu dalam Mendidik Anak-Anaknya
Peran dan fungsi ibu adalah sebagai “tiang rumah tangga” amatlah penting bagi terselenggaranya rumah tangga yang sakinah yaitu keluarga yang sehat dan bahagia, karena di atas yang mengatur, membuat rumah tangga menjadi surga bagi anggota keluarga, menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi bagi suaminya. Untuk mencapai ketentraman dan kebahagian dalam keluarga dibutuhkan isteri yang shaleh, yang dapat menjaga suami dan anak-anaknya, serta dapat mengatur keadaan rumah sehingga tempat rapih, menyenangkan, memikat hati seluruh anggota keluarga.
Menurut Baqir Sharif al-Qarashi (2003 : 64), bahwa para ibu merupakan sekolah-sekolah paling utama dalam pembentukan kepribadian anak, serta saran, untuk memenuhi mereka dengan berbagai sifat mulia, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW. yang artinya: “Surga di bawah telapak kaki ibu”, menggambarkan tanggung jawab ibu terhadap masa depan anaknya. (Zakiyah Daradjat, 1995 : 50)Dari segi kejiwaan dan kependidikan, sabda Nabi di atas ditunjukan kepada para orang tua khususnya para ibu, harus bekerja keras mendidik anak dan mengawasi tingkah laku mereka dengan menanamkan dalam benak mereka berbagai perilaku terpuji serta tujuan-tujuan mulia, adapun tugas-tugas para ibu mendidik anak-anaknya yaitu :
a.       Para ibu harus membiasakan perbuatan-perbuatan terpuji pada anak,
b.      Para ibu harus memperingatkan anak-anak mereka akan segala kejahatan dan kebiasaan buruk, perilaku yang tidak sesuai dengan kebiasaan sosial dan agama,
c.       Para ibu harus memiliki kesucian dan moralitas sebagai jalan pendidikan untuk putra-putri mereka,
d.      Para ibu jangan berlebihan dalam memanjakan anak,
e.       Para ibu harus menanamkan pada anak rasa hormat pada ayah mereka,
f.       Para ibu jangan pernah menentang suami, sebab akan menciptakan aspek kebencian dengan kedengkian satu sama lain,
g.      Para ibu harus memberi tahukan pada kepala keluarga setiap penyelewengan tingkah laku anak-anak mereka,
h.      Para ibu harus melindungi anak dari hal-hal buruk menggoda serta dorongan-dorongan perilaku anti sosial,
i.        Para ibu harus menghilangkan segala ajaran atau metode yang dapat mencederai kesucian serta kemurnian atau meruntuhkan moral dan etika seperti buku-buku porno novel,
j.        Para ibu harus memelihara kesucian dan perilaku terpuji. (Baqir Sharif al-Qarashi, 2003: 66)
Para ibu bertanggungjawab menyusun wilayah-wilayah mental serta sosial dalam pencapaian kesempurnaan serta pertumbuhan anak yang benar. Sejumlah kegagalan yang terjadi diakibatkan oleh pemisahan wanita dari fungsi-fungsi dasar mereka.
Ibu-ibu yang sering berada di luar rumah yang hanya menyisakan sedikit waktu untuk suami serta anak-anak telah menghilangkan kebahagian anak, menghalangi anak dari merasakan nikmatnya kasih sayang ibu, sebab mereka menjalankan berbagai pekerjaan di luar serta meninggalkan anak disebagian besar waktunya.

Ekspresi Cinta Untuk Ibu
            Pengorbanan dan kasih saying seorang ibu yang diberikan pada anak-anaknya secara logis mustahil kita dapat membalas pengorbanan seorang ibu dengan nilai-nilai materi. Lantas bagaimana upaya yang kita lakukan untuk dapat sedikit membalas pengorbanan dan perjuangan Ibu? Berikut ini beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk membalas kasih saying Ibu meskipun tak akan pernah bisa menyamai dengan kasih sayang yang telah diberikan ibu kepada kita.
1.      Ekspresikan Sayang dengan Ketaatan
Siapapun akan senang apabila kita mendengarkan dan mematuhi perintah, termasuk ibu. Ikutilah dan taatilah semua perintah yang baik dari ibu. Jangan sekali-sekali membantah meskipun hanya dengan sahutan kata “ah”. Jika kita merasa sulit untuk menerima perintah dari ibu, tolaklah dengan cara yang baik.
2.      Sesekali Berilah Kejutan
Ada banyak cara dan momen untuk member kejutan untuk ibu. Diantaranya dengan memberi ibu hadiah hal-hal yang beliau sukai, bisa berupa benda maupun makanan. Misalnya pada saat perayaan ulang tahun ibu atau pada Hari Ibu.
3.      Kasih Sayang Penuh Sebelum Kita Menikah
Setiap orang pasti bercita-cita untuk menikah. Ibu akan sangat-sangat bersedih melepas anaknya ketika dia telah menikah. Oleh karena itu bagi kita yang belum menikah, berilah kasih sayang sepenuhnya kepada Ibu di masa-masa ini. Kasih saying ibu telah mengantarkan kita hingga menghirup udara kebahagiaan di muka bumi. (AnneAhira.com)
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa Hari Ibu di Indonesia berawal dari perjuangan para pahlawan-pahlawan perempuan pendiri bangsa. Organisasi-organisasi perempuan itu mengawalinya dengan mengadakan kongres yang pertama yang dikenal dengan (KOWANI) pada tanggal 22 Desember 1928. Dan Kemudian, disahkan oleh Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden.
Terkait dengan sejarahnya, seharusnya Hari Ibu dimaknai dengan mengambil semangat para pahlawan-pahlawan perempuan yang memperjuangkan hak-hak perempuan. Pada saat ini, Hari Ibu diperingati dengan memperlakukan ibu secara istimewa dari hari biasanya. Perlakuan itu dilakukan tidak hanya pada Hari Ibu saja, tetapi juga di hari-hari biasanya.
Ibu mempunyai peran penting di dalam menyejahterakan keluarga serta peran mendidik anak. Peran di dalam menyejahterakan keluarga meliputi tanggungjawab, tingkat pendidikan, serta kecerdasan dan kepekaan. Sedangkan peran ibu dalam mendidik anak meliputi para ibu harus membiasakan perbuatan-perbuatan terpuji pada anak, harus memperingatkan anak-anak akan segala kejahatan dan kebiasaan buruk, jangan berlebihan dalam memanjakan anak, melindungi anak dari hal-hal buruk menggoda serta dorongan-dorongan perilaku anti sosial, harus menanamkan pada anak rasa hormat pada ayah mereka, memelihara kesucian dan perilaku terpuji, harus menghilangkan segala ajaran atau metode yang dapat mencederai kesucian serta kemurnian atau meruntuhkan moral dan etika.
Ekspresi cinta yang dapat kita berikan kepada ibu sebagai ungkapan rasa sayang serta balasan dari kasih sayang yang diberikan oleh ibu antara lain mendengarkan dan menaati perintah yang baik dari ibu, memberikan kejutan berupa hadiah untuk ibu pada momen ulang tahun ibu atau di hari ibu, memberikan kasih sayang penuh kepada ibu sebelum kita menikah.


PERAYAAN HARI IBU


PERAYAAN HARI IBU
                                                              Oleh:      
Yuli Rahmawati, Maylita Fatmayanti


Sejarah hari ibu
Sejarah Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Kongres Perempuan Indonesia pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta, di gedung Dalem Jayadipuran  yang sekarang berfungsi sebagai kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional dan beralamatkan di Jl. Brigjen Katamso. Kongres dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Hasil dari kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Organisasi perempuan sendiri sudah ada sejak 1912, diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti Martha Christina Tiahahu, Cut Nyak Dien, Tjoet Nyak Meutia, R.A. Kartini, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan, dan lain-lain. Peristiwa itu dianggap sebagai salah satu tonggak penting sejarah perjuangan kaum perempuan Indonesia. Pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara berkumpul menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan. Berbagai isu yang saat itu dipikirkan untuk digarap adalah persatuan perempuan Nusantara, pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan, pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa, perdagangan anak-anak dan kaum perempuan, perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita, pernikahan usia dini bagi perempuan, dan sebagainya. Tanpa diwarnai gembar-gembor kesetaraan gender, para pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis dan aneka upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa . Hari ibu itu sendiri diputuskan pada Kongres Perempuan III tahun 1938. Presiden pun mengakui secara nasional bahwa tanggal 22 Desember adalah hari ibu melalui Dekrit Presiden No.316 tahun 1959. http://suarajakarta.com/2011/12/22/satu-makna-hari-ibu-yang-terlupakan/
Peran ibu
Hari Ibu yang  diperingati oleh seluruh dunia yang jatuh pada tanggal 22 Desember sering dijadikan sebagai momen yang tepat untuk mengungkapkan terima kasih dan balas budi  kita atas jasa ibu yang sangat besar.  Pada hari itu juga  para ibu akan menjadi kaum yang paling istimewa.  Tapi, secara tidak sadar kita lupa akan makna ibu yang sebenarnya. Keberadaan dan fungsi seorang Ibu memang sangat luar biasa. Seorang ibu merupakan  pendidik pertama bagi anak-anak yang dilahirkannya,yang merupakan  generasi harapan bangsa. Sebab para ibulah yang seharusnya merawat, mengasuh, mengajari berjalan, mengajari berbicara, serta memastikan dan menyaksikan setiap tingkat perkembangan anaknya terpenuhi sesuai standar. Dengan demikian, kualitas akhlak, moral, intelektual, dan pengetahuan seorang ibu dapat mempengaruhi kualitas generasi muda harapan bangsa tersebut. Peran strategis Ibu sebagai pendidik pertama bagi generasi muda belumlah sebanding dengan peran lain yang  abstrak, yaitu kasih sayang. Kasih sayang ini diwujudkan ibu dengan  mengandung selama 9 bulan dan melahirkan anaknya dengan mempertaruhkan nyawa. Selain itu, yang mulai ditinggalkan adalah bahwa seorang ibu juga diberi kemampuan untuk menyusui anak-anaknya.
Kemampuan alamiah inilah yang menyebabkan seorang ibu mempunyai peran yang besar dalam mendidik dan membentuk karakter dari anak-anaknya. Selama sembilan bulan dikandungan, janin akan merasakan bagaimana perasaan sang ibu. Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa ibu hamil yang mengalami depresi/stres berkepanjangan karena masalah rumah tangga cenderung melahirkan anak yang hiperaktif .
Ketika anak-anaknya tumbuh, maka peran ibu juga tidak kalah pentingnya. Tanpa mengabaikan peran seorang ayah, maka sesungguhnya sang ibulah yang lebih banyak memberi warna pada anak-anaknya. Menurut penelitian, sesungguhnya ada sebuah korelasi antara karakter anak yang suka rewel dengan ketidaksabaran sang ibu. Karena ketika sang ibu suka marah, maka si anak juga belajar untuk marah ketika keinginannya tidak terpenuhi. Ketika ibu suka mencubit karena sebal maka si anak juga belajar bahwa kalau ia sebal maka boleh untuk melakukan kekerasan, apakah ngamuk, menggigit atau memukul.
Perbedaan ibu jaman dahulu dengan sekarang
Itulah dasyatnya efek yang bisa ditimbulkan oleh perilaku sang ibu. Mungkin dan sangat mungkin sang ibu tidak merasa bahwa sesungguhnya ia adalah model pembelajaran terbaik bagi anak-anaknya. Terutama untuk anak balita yang masih sangat suka meniru apapun yang dilakukan oleh orang-orang terdekatnya. Kita juga melihat bahwa sekarang ini masalah kehidupan bebas, minuman keras, ataupun pornografi tidak hanya menjadi masalah anak-anak SMA, tapi sudah merambah anak-anak SMP. Anak-anak kita semakin mudah terkontaminasi dengan informasi tentang hal-hal yang berbau pornografi ataupun yang berbau kekerasan. Banyak pemerhati pendidikan anak mengungkapkan bahwa salah satu sebab semakin ‘liarnya” anak-anak karena para ibu yang tidak lagi memegang peranan sebagai pilar ketahanan keluarga. Para ibu sekarang lebih asyik dengan dunia dan kesibukannya, dan menyerahkan proses pendidikan dan pembentukan karakter anak-anaknya pada pembantu, sekolah atau yang lebih parah diserahkan pada media seperti televisi.
Selain misi dalam merayakan hari ibu yang mengalami perubahan, terdapat juga perubahan dalam peran ibu dimasa modern. Perkembangan jaman terbukti berimplikasi terhadap bergesernya peran ibu. Jaman dahulu fungsi scola matterna (pengasuhan ibu sampai usia tertentu) masih sangat dominan. Proses dan lembaga sosialisasi tertua umat manusia ini seiring dengan kemajuan jaman berubah menjadi scola in loco parentis (lembaga pengasuhan anak pada waktu senggang di luar rumah) menggantikan peran orang tua. Apalagi ketika seorang ibu menjadi wanita yang bekerja di luar rumah (wanita karir), maka pola dan model pengasuhan pun akan berubah. Tidak sedikit ibu-ibu yang menjadi wanita karir malah menghabiskan waktu di tempat kerja daripada mendidik dan mengasuh anak. Mereka terlena dengan ‘buaian dan godaan’ tuntutan jaman dan ‘rayuan’ materi dunia, sementara anak-anaknya ditelantarkan dan tidak dididik dengan baik. Jika kondisi ini terus berlanjut maka pendidikan dan perkembangan jiwa anak yang kurang mendapatkan pengasuhan yang baik dari seorang ibu akan terabaikan sehingga kepribadian anak yang baik tidak tercapai. Biasanya perilaku anak ini menjadi buruk, baik di keluarga maupun masyarakat dan kalau sudah begini tentu bukan sepenuhnya salah si anak. Padahal pendidikan yang diberikan ibulah yang merupakan kunci utama dalam membangun keberhasilan anaknya.
Sebagai contoh sejak kecil anak-anak Jepang diajarkan menyukai buku dan menghormati budaya. Hal berbeda yang patut kita tiru dari ibu-ibu di Jepang adalah anggapan bahwa seorang ibu seharusnya berpendidikan dan berpengetahuan agar mampu mengasuh sekaligus membesarkan putra-putri dengan baik dan benar. Mereka menjadi ibu rumah tangga yang berhasil.  Kondisi berbeda ditunjukkan oleh sebagian ibu-ibu bangsa kita. Ada yang beranggapan bahwa menjadi ibu rumah tangga atau ibu untuk anak-anaknya sering dianggap profesi yang remeh temeh, anggapan ibu rumah tangga yang hanya bergelut dengan sumur, kasur, dan dapur kadang membuat sebagian ibu rumah tangga seringkali merasa minder jika ditanya mengenai pekerjaan dengan mengatakan “akh saya cuma ibu rumah tangga”. Apalagi jika latar belakang ibu rumah tangga tersebut seorang yang berpendidikan tinggi, dan dianggap punya potensi untuk berkarir sehingga kemudian banyak komentar kepada wanita yang memilih mengabdikan hidupnya untuk keluarga ini dengan komentar yang menyayangkan, misalnya “Sayang ya sudah sekolah tinggi-tinggi cuma jadi ibu rumah tangga” Tentu ungkapan tersebut bukan berarti menafikan atau merendahkan wanita yang berkarir yang sekaligus sebagai ibu rumah tangga, kedua pilihan itu tak salah karena yang terpenting dalam berkarir atau berumah tangga intinya adalah bagaimana kemudian berperan menjadi seorang istri dari seorang suami dan ibu yang baik bagi anak-anaknya. Bukankah ada ungkapan bahwa “dibalik kesuksesan seorang laki-laki adalah tergantung siapa wanita dibelakangnya”, ya wanita itu, bisa jadi Ibu bagi seorang anak atau istri bagi seorang suami.
Misi hari ibu
Perbedaan misi perayaan hari ibu dari waktu ke waktu mengalami perubahan. Misi perayaan hari ibu pada jaman dulu  adalah mengenang semangat perjuangan para perempuan untuk memperbaiki kualitas bangsa IndonesiaSehingga dari situ pula tercermin semangat kaum perempuan dari berbagai latar belakang untuk bersatu dan bekerja bersama. Hal ini berbeda sekali dengan bentuk perayaan Hari Ibu masa kini. Hari Ibu kini sekedar menjadi ajang ucapan terima kasih, pujian, dan pembebasan kerja untuk ibu. Tidak tampak lagi semangat negarawati kaum wanita untuk turut memperbaiki kualitas Indonesia. Padahal, ucapan terima kasih dan pengistimewaan ibu harusnya dilakukan setiap hari karena ibulah yang telah merawat dan membesarkan kita, Ibulah pejuang pendidikan pertama kita sebagai generasi harapan bangsa. Memang, tak ada salahnya untuk memicu semangat berterima kasih dan mengistimewakan ibu dengan mengkhususkan satu hari tertentu. Hal ini dapat menjadi solusi atas fitrah manusia yang sering lupa. Akan tetapi, kita juga tidak boleh melupakan sebuah makna hari ibu untuk bersatu, berjuang, memperbaiki kualitas bangsa Indonesia.
Perayaan memperingati hari ibu
Perayaan hari ibu pada setiap negara berbeda. Di  India masyarakat Hindu di India merayakan hari Ibu setiap bulan Oktober. Mereka merayakannya bersamaan dengan Festival Durga Puja. Durga merupakan Dewa yang dipercaya akan melindungi umat Hindu dari kejahatan. Durga juga dikenal sebagai Ibu Jagad Raya. Saat perayaan ini berlangsung, para ibu di India akan mendapat undangan acara makan. Sehingga mereka tak perlu memasak di dapur pada hari itu.
Berbeda lagi dengan perayaan hari ibu Jepang. Masyarakat Jepang menyebut hari Ibu sebagai Haha no hi. Perayaan ini selalu diadakan setiap minggu kedua di bulan Mei. Sebagai ucapan terima kasih pada ibu, anak-anak di Jepang memberikan bermacam kado seperti bunga, kartu, handicraft, dan cokelat. Perayaan hari ibu di Jepang hampir bersamaan dengan perayaan hari ibu di Amerika Serikat, Australia, Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Hongkong. Mei dipilih karena pada bulan itu Julia Ward Howe, aktivis sosial mencanangkan pentingnya perempuan bersatu melawan perang saudara pada tahun 1870.
Di Selandia Baru para ibu benar-benar dimanjakan saat perayaan hari Ibu. Mereka dibebaskan dari segala kegiatan rumah tangga, dan diajak berpergian ke tempat-tempat perawatan kecantikan. Para ibu bahkan diperbolehkan untuk sarapan di tempat tidur.
Sedangkan di Indonesia sendiri perayaan hari ibu dilakukan dengan mengadakan berbagai macam kegiatan diantaranya: di , Banda Aceh diadakan  Lomba "memasak untuk Ibu".  Dalam lomba ini  sang bapak harus memasak untuk dipersembahkan buat istri (ibu). Pada peringatan hari ini,diharapkan  para bapak-bapak ini lebih memahami bagaimana beban yang dipikul seorang ibu. Mulai memasak, mengurus suami dan anak sampai mengerjakan tugas di rumah. Dari serangkaian lomba yang mengikutkan bapak-bapak sebagai wujud mereka semakin mengerti pekerjaan seorang ibu.
Puluhan pasangan ibu dan anak di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, memperingati Hari Ibu yang jatuh pada 22 Desember di ruas jalan Veteran dengan aksi membasuh kaki ibu. Para ibu yang mengikuti aksi dengan duduk berjajar di jalan raya tersebut terlihat tidak dapat menahan haru saat anak-anak membasuh kedua kaki mereka. Usai membasuh kaki sang ibu, anak-anak tersebut kemudian memeluk para ibu dan mengakhiri aksi dengan menyanyikan lagu "Ibu" yang dipopulerkan oleh Iwan Fals. Kegiatan tersebut dilakukan untuk menambah kecintaan dan bentuk ungkapan cinta kasih anak akan sosok seorang ibu. Aksi membasuh kaki ibu, kata dia, menyimbulkan ungkapan cinta kasih anak agar senantiasa menjadi anak yang patuh dan tidak membangkang kepada kedua orang tuanya. Selain menggugah kesadaran anak, kata dia, aksi tersebut juga dilakukan agar kaum ibu dapat membina para anak yang dititipkan kepada mereka dan menjadikannya sebagai generasi penerus bangsa yang berkualitas.
Di Kulon Progo  diadakan Kampanye "Ibuku Perpustakaanku" mewarnai peringatan hari ibu 22 Desember di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.kegiatan ini bertujuan untuk mengajak kaum wanita terutama kalangan ibu di perdesaan ikut membudayakan gemar membaca di masyarakat terutama pada anak.karena  Seorang ibu memiliki peran utama dan paling penting dalam mendidik anaknya, termasuk membudayakan gemar membaca di masyarakat, khususnya lingkungan keluarga sendiri, terutama anak. Untuk itu, ibu harus  ambil bagian dalam kampanye "Ibuku Perpustakaanku" di kalangan generasi muda. "Sebab, dengan membaca, ilmu pengetahuan akan bertambah dan berkembang, sekaligus mencerdaskan masyarakat.
Di Jakarta, dalam menyambut peringatan hari Ibu, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menyelenggarakan kegiatan seminar sehari hari Ibu, Kamis, 22 Desember 2011. Kegiatan itu bertujuan menjadikan hari ibu sebagai media penguatan jati diri dan peran perempuan dalam pembentukan karakter bangsa dan pembentuk pondasi bangsa. Seminar sehari yang bertema "Sastra dan Peran Ibu sebagai Pembentuk Karakter Bangsa" dibuka oleh Kepala Subbidang Pengkajian Sastra, Dra. Erlis Nurmujiningsih, M.Hum. yang mewakili Sekretaris Badan Pengembangan dan Pengembangan Bahasa. Dalam sambutannya, ia mengatakan bahwa peringatan hari ibu merupakan momentum untuk mendorong terwujudnya kesetaraan gender, meningkatkan kiprah ibu sebagai faktor ekonomi keluarga, serta mendorong peranan ibu sebagai pembentuk karakter dan faktor pondasi pembangunan bangsa. Acara tersebut menampilkan dua narasumber, yaitu Helvy Tiana Rossa (Dosen FBS UNJ) dan Maryana Amirudin (Direktur Eksekutif Jurnal Perempuan). Seminar sehari itu dihadiri oleh dosen, sastrawan, mahasiswa, organisasi perempuan, dan karyawan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/lamanv42/?q=detail_berita/2642
Peringatan hari ibu berawal dari pertemuan antara para pejuang perempuan yang bertemu pada saat menghadiri acara Kongres Perempuan Indonesia I di Yogyakarta. Pada saat itu para pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Indonesia berkumpul untuk menyatukan pikiran, rasa, karsa dan semangat perjuangan untuk mencapai kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan karena pada saat itu perempuan hanyalah dipandang sebelah mata, dan mereka juga dianggap tidak layak untuk mendapatkan pendidikan di bangku sekolah karena bagi kebanyakan orang berpendapat bahwa tugas seorang perempuan hanyalah mengurusi masalah rumah seperti memasak, membersihkan rumah, mencuci baju, mencuci piring, mengurusi hewan ternak, melayani suami dan merawat anak. Jadi perempuan tidak disarankan untuk memperoleh pendidikan seperti para laki-laki karena meskipun mereka mengenyam pendidkan  yang tinggi dan hampir setara dengan kaum laki-laki mungkin semua itu dirasa akan percuma karena kelak jika mereka sudah menikah tugas mereka bukanlah untuk mencari nafkah tetapi hanyalah mengurus masalah rumah tangga. Oleh karena itu para pemimpin organisasi perempuan dari wilayah seluruh Indonesia membicarakan hal tersebut. Mereka ingin statusnya disamakan dengan laki-laki. Mereka ingin dapat memperoleh pendidikan, berpartisipasi dalam berbagai aspek pembangunan bangsa, berjuang untuk memperoleh dan mempertahankan kemerdekaan, mengatasi masalah-masalah tentang perdagangan anak dan kaum perempuan, perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita, pernikahan usia dini bagi perempuan, dan sebagainya. Mereka ingin tidak ada lagi batasan-batasan  antara perempuan dan laki-laki dalam memperoleh pendidikan, batasan-batasan untuk memajukan kesejahteraan bangsa, dan batasan-batasan dalam berkarya. Oleh karena itu untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan perempuan yang begitu besarnya ditetapkanlah hari ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember.
Perayaan hari ibu di berbagai daerah berbeda-beda. Setiap daerah maupun Negara memiliki cara tersendiri untuk merayakan hari ibu. Semua perbedaan itu tidaklah penting karena yang terpenting adalah bagaimana kita bisa membuat ibu bahagia dan bangga telah memiliki kita sebagai anaknya. Dan jangan sampai kita menyakiti perasaan ibu karena beliau telah merawat, menjaga, mendidik, dan membesarkan kita dari kita kecil hingga sampai kita memiliki keluarga sendiri. Kita juga harus mengingat bahwa surga ada ditelapak kaki ibu. Oleh karena itu kita tidak boleh mengecewakan dan membuat ibu sakit hati karena sifat dan prilaku kita.