Laman

Powered By Blogger

Selasa, 22 Mei 2012

jati diri seorang guru


Jati diri seorang guru
Siapakah sejatinya seorang guru itu? Guru adalah sang pembebas dan pejuang, mengapa dikatakan demikian? Karena guru lah yang membebaskan seorang atau beberapa orang dari kebodohan keterbelakangan dalam berbagai renik bentuknya. Dengan bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya ketika proses belajar pembelajaran berlangsung tentu bagi mereka yang pada awalnya tidak mengetahui apapun akan menjadi mengerti.
Pahlawan tanpa tanda jasa ini memberikan kontribusi yang sangat besar bagi generasi penerus bangsa sebagai pemegang estafet keberlangsungan hidup supaya dapat mempraktikkan pola pikir dan pola sikap yang baik. Apabila terdapat beberapa siswanya yang tidak mampu dalam menyelesaikan masalah, maka Guru akan senatiasa berjuang dengan sekuat tenaganya agar peserta didik dapat memahami dan menyelesaikan setiap permasalahan tersebut, dan dia akan mencari seribu cara untuk mencetak lulusan yang dapat memecahkan setiap permasalahan di lingkungan masyarakat.
Seorang yang diguguh dan dititu ini menyalurkan ilmu pengetahuannya kepada murid agar mereka menjadi siswa yang dapat berkarya sesuai dengan bakat, prestasi, dan kualitas yang dimiliki masing-masing siswa. Dengan demikian, tidak lah berlebihan jika seorang guru dikatakan sebagai pembebas dan pejuang karena meski dalam kubang kesulitan hal itu tidak akan membuat seorang guru berhenti untuk mengabdi dan memberikan pemahaman baru kepada anak-anak didiknya.
Perjuangan yang dilakukan oleh seorang guru tidak akan bisa kita balas dengan apa pun, juga tidak akan mampu kita bahas tuntas dalam sebuah tulisan ataupun obrolan yang paling serius sekalipun (Asef Umar Fakhruddin, 2011: 92). Guru juga dapat dikatakan sebagai sang petualangan, mengapa demikian? Mari kita simak pada bahasan selanjutnya.
Guru sebagai petualangan, maksudnya yaitu seorang guru dituntut untuk senantiasa terus belajar. Tidak dibenarkan jika seorang guru menganggap diri paling pandai dan menganggap para peserta didik sebagai kumpulan makhluk dungu. Atau menganggap dirinya paham semua hal sehingga tidak perlu belajar lagi (Asef Umar Fakhruddin, 2011: 87).
Dalam perkembangan jaman yang semakin cepat ini mengharuskan setiap orang untuk mengikuti alur yang berjalan kedepan. Hal ini sangat penting pula bagi seorang atau calon guru yang bertugas untuk menyampaikan nilai-nilai kepada anak-anak didiknya. Menurut Asef Umar Fakhruddin, apabila seorang guru tidak bersedia membaca gemericik dinamika kontemporer, bisa dipastikan dia tidak akan bisa menyampaikan kolerasi pelajaran yang diberikan oleh dunia konkrit dan ranah sosial. Anak-anak didik pun tidak akan respons dengannya (2011: 87).
Sebagai seorang petualang, guru akan senantiasa berusaha menjelajah setiap renik dan celah kehidupan untuk dipetik sebuah putik kearifan dan kebijaksanaan lalu kemudian diajarkan kepada peserta didik. Proses pembelajaran seperti inilah yang akan membuat siswa mendapatkan ulir-ulir keindahan hidup, sehingga mereka pun menjadi pribadi-pribadi yang peka terhadap sesama hidup, lingkungan sekitar, dan jati diri.
Seorang guru dengan visi dan misi seperti yang dijelaskan diatas, dapat menjadi titik pijakan sebuah perubahan. Namun, perubahan dalam bentuk apapun tidak akan berhasil tanpa adanya keberaniaan untuk menyaring setiap tarian dinamika, kemudian dipilah apa yang seharusnya dilakukan dan akhirnya dapat menentukan sebuah pilihan bijak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru adalah seorang pembebas dan pejuang yang penuh dengan petualangan menarik, lalu diberikan kepada peserta didiknya.
Bevel: Secanggih apapun teknologi, tidak akan mampu menggantikan posisi serta peran guru dalam dunia pendidikan