Laman

Powered By Blogger

Jumat, 01 Juni 2012

NANO-NANO PESTA RAYA PERGANTIAN TAHUN


NANO-NANO PESTA RAYA PERGANTIAN TAHUN
Oleh :
Inda Wuliyani, Luluk Ernawati


            Dibenak anda pasti terbentang berbagai pertanyaan tentang segala hal yang berkaitan tentang perayaan tahun baru. Tahun baru beserta perayaannya seperti permen nano-nano, banyak hal dan rasa yang ditimbulkannya. Namun, sebenarnya apa yang dimaksud tahun baru dan segala perayaannya itu?, apa arti dan makna dari tahun baru itu sendiri?. Apakah tahun baru merupakan sesuatu yang mempunyai peran penting dengan memberikan manfaat atau faedah dalam kehidupan masyarakat? ataukah sebaliknya, lebih banyak kerugian yang ditimbulkannya. Itu merupakan beberapa perihal yang akan diulas dalam artikel ini. Namun, sebelum menginjak lebih jauh lagi seperti perihal di atas dan sub topik-sub topik yang lainnya, akan lebih dahulu dibahas tentang awal mula adanya (sejarah) tahun baru (1 Januari/masehi).

Sejarah tahun baru masehi (1 Januari)

            Tahun baru, dalam hal ini tahun baru 1 Januari atau masehi pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM. Hal ini terjadi tidak lama setelah Julius Caesar seorang kebangsaan Roma dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM menjadi kalender baru, yang dikenal dengan Kalender Gregorian. Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir. Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus dan sebagainya. (Drs. F.D. Wellem, M.Th, Kamus Sejarah Gereja:84)

            Dari kutipan tersebut anda dapat menambah pengetahuan dalam memori yang tersimpan dari pikiran anda tentang munculnya istilah tahun baru. Dalam ulas tentang sejarah di atas, disebut kata tahun baru beberapa kali, anda pasti bertanya-tanya apa yang dimaksud tahun baru itu?, dan makna yang terkandung di dalamnya sebenarnya apa?. Tak perlu bingung selanjutnya akan dibahas tentang pengertian dan makna dari tahun baru.

Pengertian dan makna dari tahun baru

 Tahun baru adalah suatu perayaan di mana suatu budaya merayakan berakhirnya masa satu tahun dan menandai dimulainya hitungan tahun selanjutnya. (http//id.wikipedia.org/wiki/Tahun_baru)

Dari sumber wikipedia tersebut dapat dianalisa dan disimpulkan tentang pengertian tahun baru. Tahun baru merupakan suatu peristiwa atau kegiatan yang dilakukan untuk merayakan berakhirnya masa satu tahun yang telah dilewati dan menandai dimulainya hitungan tahun selanjutnya, yang telah menjadi budaya bagi suatu negara dalam memperingatinya. Pastinya anda sudah mengetahui perayaan tahun baru telah menjadi kebudayaan di seluruh dunia termasuk di bangsa kita sendiri, Indonesia.

Setelah mengetahui tentang pengertian tahun baru, selanjutnya akan dibahas mengenai makna dari tahun itu sendiri. Ada beberapa kutipan yang berhubungan dengan makna yang terkandung dari tahun baru. Seperti kutipan pertama yang mengatakan bahwa tahun baru memiliki sejuta makna: ada luapan gembira, perasaan duka, juga ada yang memaknai biasa-biasa. Ini semua, tergantung setiap individu yang memaknainya.

Kutipan kedua beranggapan bahwa makna tahun baru bagi sebagian orang adalah adanya perubahan. Karena memang manusia suka perubahan. Manusia itu baru dan sangat suka pembaharuan. Sehingga karena itu maka manusia merayakannya denga penuh antusias, penuh optimisme dan penuh semangat di dalam menjalankan hidup. Hidup itu perlu perubahan, perlu inovasi dan perlu variasi. Monoton di dalam aktivitas hidup kadang membuat kita bosan dan akhirnya mematikan semangat di dalam beraktivitas sehari-hari. Maka dari itulah maka segala aktivitas di dunia diliburkan karena menyambut Tahun baru.

Kedua kutipan di atas akan memberikan referensi kepada anda untuk memaknai tahun baru. Yang pasti adalah usia bertambah dan dari sisi yang lain waktu untuk menikamati dunia akan semakin berkurang. Tanggal 1 Januari menjadi momen khusus dalam memaknai pergantian tahun masehi, yakni dianggap sebagai waktu berharga untuk dilewatkan, karena hanya terjadi setahun sekali. Pada saat itu masyarakat diributkan dengan rangkaian penyambutan dengan warna-warni tersendiri, sesuai dengan masing-masing individu. Khususnya bagi kalangan anak-anak, remaja maupun orang dewasa. Dipersiapkan beragam perlengkapan dengan balutan warna penuh kemegahan, saling mengucapkan selamat merayakan, sampai ada acara khusus laksana pesta massal. Lebih hebat dari acara pernikahan atau peringatah hari besar lainnya. Pengharapan dan doa agar bisa lebih baik dari tahun sebelumnya menjadi senjata pamungkas dalam memohon kepada Tuhan, padahal setiap harinya harus lebih baik dari hari sebelumnya, atau kalau tidak demikian maka dianggap sebagai manusia yang merugi. Jika makna tahun baru adalah suatu wujud dalam mengungkapkan perbaikan untuk masa yang akan datang, maka bisa dilakukan dengan acara dan ritual yang sesederhana mungkin, tidak justru mengumbar uang untuk dihabiskan demi terciptanya suasana yang penuh kemeriahan. Makna tahun baru seperti ini merupakan kedok cermin dari prilaku konsumtif dari setiap individu yang merayakannya, yakni membeli dan menyediakan barang-barang yang akhirnya menjadi seonggok sampah tidak berguna. Belum lagi peningkatan konsumsi bahan bakar kendaraan yang pastinya akan meningkat, serta tingginya angka polusi udara tidak bisa dihindarkan, akibat dari gemarnya konvoi atau keliling seperti gasing di tengah kota. Nah, bila kondisi di atas terjadi terus dalam setiap tahunnya, apakah bisa dikatakan suatu prilaku yang mengalami perubahan lebih baik? Anda pasti bisa menerka jawabannya.

Semenjak tercetusnya istilah tahun baru, bagai cahaya kilat, begitu cepat istilah tahun baru itu melanda dan berkembang di masyarakat. Selanjutnya akan diulas mengenai perkembangan tahun baru di dunia.

Perkembangan tahun baru di dunia

Istilah tahun baru semakin berkembang di dunia. Hal ini dikarenkan Julius Caesar merupakan orang yang berpengaruh pada zamannya, sehingga istilah tahun baru 1 Januari dalam sekejap telah beredar di berbagai negara. Namun, ada juga negara yang masih tetap mempertahankan kepercayaan mereka sendiri-sendiri seperti kebanyakan negara-negara Eropa. Mereka menggunakan tanggal 25 Maret, hari raya umat Kristen yang disebut Hari Kenaikan Tuhan, sebagai awal tahun yang baru. Hingga akhirnya tahun 1600, kebanyakan negara-negara Barat telah menggunakan sistem penanggalan yang telah direvisi, yang disebut kalender Gregorian, Kalender yang hingga kini digunakan itu menggunakan 1 Januari kembali sebagai Hari Tahun Baru. Inggris dan koloni-koloninya di Amerika Serikat ikut menggunakan sistem penanggalan tersebut pada tahun 1752. Kebanyakan orang memperingati tahun baru pada tanggal yang ditentukan oleh agama mereka seperti kaum umat yahudi. Tahun baru umat Yahudi, Rosh Hashanah, dirayakan pada bulan September atau awal Oktober. Umat Hindu merayakannya pada tanggal-tanggal tertentu. Umat Islam menggunakan sistem penanggalan yang terdiri dari 354 hari setiap tahunnya. Karena itu, tahun baru mereka jatuh pada tanggal yang berbeda-beda pada kalender Gregorian tiap tahunnya. . (Drs. F.D. Wellem, M.Th, Kamus Sejarah Gereja:85)

 Itulah proses berkembangnya tahun baru di dunia, bagaimana dengan Indonesia ?, Bagaimana tahun baru bisa melanda semua masyarakat Indonesia?. 

Perkembangan tahun baru di Indonesia

Istilah tahun baru mulai dikenal di Indonesia dikarenakan Indonesia mengadopsi kalender Gregorian, sama seperti mayoritas negara-negara di dunia. (Arif Hikmah, 2011)

Dari kutipan diatas tanpa disadari , masyarakat Indonesia merayakan tahun baru lebih dari satu kali kecuali penganut Kristen dikarenakan Kalender modern yang sedang berkembang saat ini adalah kalender yang berdasarkan kalender Gregorian. Seperti yang diketahui perkembangan kalender Gregorian tidak lepas dari perkembangan agama Kristen. Masyarakat Indonesia kususnya masyarakat   Islam, Hindu dan Budha merayakan tahun baru lebih dari sekali dalam setahun,. Mayarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam merayakan tahun baru hijriyah dan tahun baru nasional. Masyarakat Hindu merayakan tahun baru saka dan tahun baru nasional, demikian juga dengan masyarkat yang beragama Budha, merayakan tahun baru waisak dan tahun baru masehi pada tanggal 1 Januari. Dengan demikian sedikitnya masyarakat Indonesia merayakan tahun baru 2 kali dalam setahun. Hanya saja tahun baru yang paling meriah dirayakan adalah tahun baru masehi yang merupakan bagian dari ajaran Kristen. Padahal seperti yang diulas di atas banyak dari massyarakat Indonesia beragama Islam, sangat disayangkan. Walaupun demikian, perayaan tahun baru masehi tetap saja dilakukan oleh kebanyakan masyarakat Indonesia. Kemeriahan perayaan tahun baru nasional ini mengalahkan kemeriahan saat merayakan tahun baru agama, yang seharusnya lebih meriah.

Perayaan Tahun baru di Indonesia

Berbagai kegiataan selebrasi atau perayaan dilakukan oleh warga dunia termasuk Indonesia. Pada malam pergantian tahun, sudah pasti  kita mengaitkannya dengan petasan dan kembang api. Tidak ada petasan dan kembang api, tidak ada kemeriahan tahun baru. Selain itu, terompet merupakan alat pamungkas yang tidak boleh terlupakan. Masyarakat berbondong bondong menghabiskan uang mereka untuk membeli keperluan itu semua untuk menyambut pergantian tahun baru. Menghabiskan malam pergantian tahun dengan menyalakan kembang api dan petasan serta meniupkan terompet telah menjadi tradisi tersendiri yang dibuat oleh masyarakat Indonesia, tentunya harus dilakukan. Selain melakukan hal di atas, biasanya masyarakat Indonesia merayakan tahun baru dengan berkumpul bersama dengan orang terkasih untuk memperingati malam istimewa itu (bagi sebagian masyarakat) baik itu keluarga, pasangan ataupun teman. Bisa pergi ke tempat yang dianggap mempunyai kesan meriah seperti restauran dan kafe ataupun pergi ke tempat wisata yang memuat wahana-wahana yang mengagumkan. Namun, ada juga yang hanya berkumpul di suatu tempat, rumah atau vila lalu menghabiskan waktu bersama dengan membakar jagung dan makanan lainnya diselai dengan canda gurau khas keluarga maupun orang terkasih lainnya. Ada pula yang menghabiskan malam pergantian tahun dengan mengadakan konvoi mengarungi jalanan malam. Berbagai kegiatan tersebut tidak berlaku bagi masyarakat yang memandang malam tahun baru merupakan malam yang tepat sebagai malam perenungan. Masyarakat yang seperti ini akan menghabiskan malam pergantian tahun dengan mendekatkan diri pada Sang Penguasa jagad raya dan melakukan intropeksi dan refItulah refleksi apa saja yang telah dilakukan pada tahun kemarin. Namun, seperti yang diketahui jenis masyarakat yang seperti ini sangatlah minim bila dibandingakan dengan yang merayakannya secara meriah dan hura-hura. Itulah berbagai kegiatan menyambut dan meranyakan tahun baru secara umum yang menjadi tradisi khas Indonesia. Bagaimana dengan negara-negara lain?, apakah sama dengan kegiatan perayaan di Indonesia atau jauh berbeda ?. Dalam artikel ini, akan diulas tradisi beberapa negara dalam merayakan tahun baru masehi.

Perayaan tahun baru di berbagai negara
           
Berikut adalah berbagai kegiatan perayaan tahun baru di beberapa negara di dunia.
Bangsa Cina merayakan tahun baru mereka pada malam bulan baru pada musim dingin (antara akhir Januari hingga awal Februari) atau jika memakai kalender Gregorian tahun baru ini terletak antara 21 Januari hingga 20 Februari. Mereka menyebutnya dengan nama Imlek. Perayaan ini dimulai di hari ke-1 bulan pertama (zh?ng yuè) di penanggalan Tionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh di tanggal ke-15 (pada saat bulan purnama). Malam Tahun Baru Imlek dikenal sebagai Chúx? yang berarti “malam pergantian tahun”. Di Tiongkok, adat dan tradisi wilayah yang berkaitan dengan perayaan Tahun Baru Cina sangat beragam. Namun secara umum berisi perjamuan makan malam pada malam Tahun Baru, serta penyulutan kembang api. Lampion merah digantung selama perayaan Tahun Baru Imlek sebagai makna keberuntungan. Selama perayaan tahun baru orang-orang memberi selamat satu sama lain dengan kalimat: “G?ngx? f?cái” yang artinya “selamat dan semoga banyak rejeki”. Masyarakat Brazil mengenal sosok, Lemanja, dewa laut dalam legenda negara ini. Setiap malam tahun baru, masyarakat Brazil menyelenggarakan ritual untuk menghormati Lemanja. Di tengah malam pergantian tahun itu, dengan mengenakan baju putih bersih, masyarakat Brazil berbondong-bondong menuju pantai. Mereka menaburkan bunga di laut, mengubur mangga, pepaya dan semangka di pasir pantai sebagai tanda penghormatan mereka terhadap sang dewa. Berbeda dengan bangsa brazil, bangsa jerman menganut sebuah kepercayaan, jika mereka makan sisa hidangan pesta perayaan New Year’s Eve di tanggal 1 Januari, mereka tidak akan mengalami kekurangan pangan selama setahun penuh. Di Berlin, makanan klasik yang biasa disajikan di hari istimewa ini ialah ikan mas. Hal yang unik, duri ikan mas tersebut akan dibagikan pada para tamu untuk dibawa pulang sebagai good luck charm. Di Naples, salah satu kota di Italia ada suatu kebiasaan untuk melemparkan barang-barang yang sudah usang atau tidak terpakai lagi ke luar jendela tepat pada pukul 24:00 di tanggal 1 Januari. Ketika jam berdentang pada tengah malam tepat tanggal 31 Desember, orang-orang Spanyol biasanya makan anggur dan berdoa. Jumlah anggur yang dimakan hanya 12 biji, dengan maksud untuk 12 harapan pada setiap 12 bulan di tahun yang baru. Setiap tahun baru, orang Jepang akan menikmati makanan yang terdiri dari tiga jenis makanan awetan yaitu telur ikan, sebagai simbol kemakmuran; ikan sardin asap biasa disebut tatsukuri, yang berarti tanah yang subur; dan manisan tumbuhan laut yang merupakan simbol perayaan. Sedangkan orang Korea mempunyai sapaan akrab di setiap tahun baru “Sudahkah Anda makan Thuck-Gook?”. Menurut kepercayaan orang Korea, apabila pada malam pergantian tahun menyantap kaldu daging sapi dengan potongan telur dadar dan kerupuk nasi atau thuck gook, maka mereka tidak akan bertambah tua tahun itu. (http://gugling.com/2008/12/26/perayaan tahun baru di dunia/)

Itulah tradisi perayaan tahun baru di beberapa negara di dunia. Anda dapat mengetahui apakah tradisi itu sama dengan tradisi di Indonesia. Ada sebagian negara yang merayakan tahun baru seperti yang dilakukan di Indonesia. Namun, ada juga yang mempunyai tradisi yang berbeda, tetapi tidak kalah uniknya. Selain berdasarkan wilayah negara yang membedakan perayaan tahun baru Indonesia dengan negara lain, di Indonesia juga terdapat perbedaan sendiri. Perbedaan semacam apakah itu?. Itulah yang akan dibahas selanjutnya. Lebih konsentrasi ya.

Perbedaan  kegiatan dalam rangka perayaan tahun baru berdasarkan waktu (pada saat dahulu dan  sekarang) dan tempat (di desa dan di kota)

Di Indonesia, Perayaan tahun baru yang dilakukan oleh masyarakat yang satu dengan yang lain pastilah berbeda, baik dari segi waktu yaitu pada masa lampau dan masa sekarang ataupun dari segi tempat yakni di desa dan di kota. Seperti yang kita ketahui pada masa lampau tahun baru hanya diperingati dengan acara doa, berkumpul bersama menghabiskan malam pergantian tahun. Hal ini masih dapat ditemukan di perayaan tahun baru yang dilakukan di desa pada umumnya. Mereka biasanya berkumpul di rumah kerabat, teman atau keluarga tetapi masyarakat kota lebih menonjol merayakan malam pergantian tahun di lapangan yang luas ataupun tempat-tempat yang megah dan meriah bahkan kegiatan ini seering diliput oleh stasiun televisi untuk disiarkan secara langsung. Perayaan di kota inilah yang menunjukan adanya perkembangan yang sangat dratis dari perayaan tahun baru pada masa lampau dengan perayaan tahun baru pada masa sekarang. Perayaan tahun baru pada masa sekarang juga ditandai dengan munculnya petasan, kembang api maupun terompet yang merupakan seperangkat alat pemeriah malam pergantian tahun. Pada zaman dahulu masyarakat tidak memerlukan seperangkat alat pemeriah tersebut karena dianggap sebagai pemborosan semata. Anda dapat menerka alasan itu benar atau tidak. Perayaan tahun baru pada masa sekarang, seperti yang telah diulas, lebih mengacu ke negara-negara Eropa yang pasti anda mengetahui  bahwa mayoritas penduduknya beragama kristiani. Hal ini membuat para ulama di Indonesia menjadi geram. Dari sudut kacamata islam mereka beranggapan bahwa tahun baru telah meracuni masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam untuk bersikap murtad. Lebih jelasnya akan dibahas di ulasan selanjutnya.

Pandangan Islam terhadap tahun baru

Perayaan tahun baru pada masa sekarang ini dapat di sebut perayaan tahun baru orang barat, karena perayaan tahun seperti ini telah mengadobsi tata cara perayaan tahun baru yang biasa dilakukan oleh masyarakat negara-negara barat yang kebanyakan beragama kristiani. Hal ini memunculkan berbagai pandangan, khususnya Indonesia yang mayoritas masyarakatnya adalah penganut agama islam. Berbagai pandangan dan pendapat tersebar di kalangan masyarakat Indonesia. Ada yang mengharamkan ada juga yang menghalalkan kegiatan perayaan tahun baru ala kebarat-baratan itu.

Kebanyakan orang yang mengharamkan kegiatan perayaan ini karena ditopang beberapa alasan, seperti perayaan malam tahun baru pada hakikatnya adalah ritual peribadatan para pemeluk agama bangsa-bangsa di Eropa, baik yang Nasrani atau pun agama lainnya dan itu tidak pantas dan haram untuk dilakukan oleh umat islam. Meski barangkali ada yang berpendapat bahwa perayaan malam tahun tergantung niatnya, namun paling tidak seorang muslim yang merayakan datangnya malam tahun baru itu sudah menyerupai ibadah orang kafir. Seperti yang diketahui menyerupai orang kafir itupun sudah haram hukumnya. Selain itu, Perayaan tahun baru ala barat ini dianggap mempunyai banyak kerugian bila dipandang dari kacamata islam. Kegiatan ini banyak membuka pintu terjadinya bermacam-macam dosa seperti tertawa terbahak-bahak, minum minuman beralkohol, berzina dan bersikap sangat boros hanya demi kesenangan semata. Bahkan bergadang semalam suntuk menghabiskan waktu dengan sia-sia. Padahal Allah SWT telah menjadikan malam untuk beristirahat, bukan untuk tidak tidur sepanjang malam tanpa manfaat yang jelas. Maka mengharamkan perayaan malam tahun baru buat umat Islam adalah upaya untuk mencegah dan melindungi umat Islam dari pengaruh buruk yang lazim dikerjakan para orang kafir. (Eza reza,2011)

 Seperti yang diungkap di atas, selain ada yang mengharamkan ada pula yang menghalalkan perayaan tahun baru ala barat ini. Walaupun dinggap meniru atau mengadobsi tata cara orang barat, tidak berarti menjadi orang barat. Itu tergantung niat menjalaninya. Apabila dirasa masih di wilayah atau zona tidak melanggar aturan agama, kegiatan itu sah-sah saja dilakukan. Seperti, hanya membeli petasan, kembang api maupun terompet sebagai pemeriah seperlunya saja, tidak terlalu banyak dan berlebihan. Sehingga masyarakat tidak menghamburkan uang dengan percuma. Bersikap konsumtif bila pada skala normal terkadang harus dilakukan. Hal itu dilakukan untuk mengurangi ketegangan yang terjadi dalam kehidupan, baik secara fisik maupun batin. Maka, tergatung bagaimana cara “merayakan” tahun baru ini misalnya dengan cara menginstropeksi diri pada saat malam tahun baru, apa apa saja yang telah  dilakukan pada tahun lalu, kesalahan apa saja yang diperbuat harus diperbaiki di tahun selanjutnya.  Itulah pendapat dan pandangan islam mengenai tahun baru yang disebut mencontoh negara-negara barat penganut agama non muslim. Layaknya sebuah pernyataan, ada yang pro maupun kontra. Kegiatan tahun baru ini juga menjadi kontroversi hingga sekarang. Oleh karena itu, sebagai generasi muda sudah sepantasnya dapat memilah milih mana yang baik dan mana yang buruk untuk dilakukan. Apabila hal itu mendatangkan kesenangan dan manfaat maka dapat dilakukan apabila sebaliknya janganlah melakukannya, walaupun hanya sekedar coba-coba saja. Nah, apakah tahun baru ini mendatangkan manfaat atau berdampak positif bagi yang merayakan ataukah hanya mendatangkan kerugian atau berdampak negatif saja? Selanjutnya akan dibahas mengenai dampak dari tahun baru bagi masyarakat.

Dampak tahun baru bagi masyarakat

Setiap hal di dunia mempunyai dua sisi, baik positif maupun negatif, begitu juga tahun baru. Tahun baru bagi masyarakat memiliki dampak positif dan negatifnya. Sebelum memapaparkan dampak negatif, akan terlebih dulu dipaparkan mengenai dampak positif dari tahun baru.
Dampak positifnya :
1. Bisa ngumpul-ngumpul bareng keluarga, sodara, sahabat, temen-temen & komunitas sambil bakar rumah ikan, ayam, kambing, sapi,dll.
2. Bisa liat berbagai macam kembang api yang menghiasi langit di malam hari yang indah :D
3. Rezeki bagi penjual petasan, kembang api maupun terompet beserta alat pelengkap perayaan tahun baru. J
4. Rezeki bagi petugas kebersihan J
(http://www.aseps21.com/2012/01/dampak-positif-perayaan-tahunbaru.html)
Berikut adalah 10 dampak negatif perayaan tahun baru yang berhasil di himpun oleh blogger berdasarkan hasil pengamatan :

  1. Pemborosan, dengan pesta yang meriah tentunya banyak biaya yang dikeluarkan misalnya panggung, mercon, kembang api, membayar tiket di tempat-tempat seperti tempat wisata, kafe dan lain-lain.
  2. Sampah dimana-mana. Akibat sikap yang tidak bertanggung jawab, seperti membuang sampah bekas makanan, minuman, terompet, petasan dan alat pelengkap perayaan tahun baru.
  3.  Ketertiban dan kejahatan, konsentrasi masa di tempat-tempat tertentu sehingga diperlukan pengamanan ekstra ketat ini menjadi pekerjaan tambahan bagi aparat keamanan atau polisi.
  4. Polusi, atau pencemaran lingkungan terjadi pada udara dengan pembakaran kembang api, termasuk dari knalpot kendaraan bermotor yang menghasilkan karbon dioksida sisa pembakaran bisa menyumbang pemanasan global di tengah-tengah slogan “go green” dan “stop global warming”. Pencemaran lingkungan yang lain adalah sisa dari perayaan pergantian tahun selalu meninggalkan sampah berserakan yang jumlahnya tidak sedikit hal ini telah diuraikan pada pembahasan pada point kedua yang telah mengulas tentang sampah..
  5. Pergaulan bebas remaja, banyak orang tua yang terlalu membebaskan anaknya dalam pergaulan antar jenis dan sangat mengkhawatirkan.
  6. Korban kecelakaan,  hampir tiap tahun dalam peserta perayaan pergantian tahun, sering terjadi kecelakaan, akibat mercon, kembang api atau lalu lintas yang selalu memakan korban jiwa.
  7. Mengurangi produktivitas atau etos kerja, akibat begadang semalaman serta terganggunya kesehatan fisik sehingga begadang semalaman tidak cukup diganti tiga malam.
  8. Bagi Umat Islam Karena begadang semalaman sering kali solat subuh terlambat atau terlewat ini termasuk dosa besar meninggalkan atau melewatkan solat dengan sengaja.
  9. Perayaan tahun baru banyak yang keliling kota menelusuri jalan sambil meniup teropet menggunakan kendaraan bermotor yang memakai bahan bakar dengan subsidi sehingga menghamburkan anggaran Negara untuk subsidi BBM.
  10. Gangguan kesehatan bagi pelaku karena kurang tidur, bagi remaja timbul jerawat, sakit pipi bekas tiup terompet, telinga katarak akibat mendengar bising terompet dan ledakan mercon. 

Cara menyikapi perayaan tahun baru masehi

            Dari uraian tentang dampak tahun baru di atas, sebagai manusia yang bijak seharusnya kita mampu menyikapi hal ini dengan baik. Bagaimana caranya?. Sebagai generasi muda yang cerdas dan bijak, kita dapat menyeleksi dan menyaring dalam pikiran kita terlebih dahulu tentang berbagai hal yang berkaitan dengan tahun baru. Baik manfaat dan kerugiannya, positif dan negatifnya. Setelah itu, kita harus mampu meminimalisasi kerugian ataupun dampak negatif yang ditimbulkan,  lebih baik lagi kalau kita bisa merubahnya menjadi hal yang bermanfaat bagi diri kita. Jadi dengan begitu, kita dapat melewati tahun baru dengan tenang tanpa perlu merasa khawatir terhadap kerugian yang ditimbulkan. Marilah menjadikan momentum perayaan tahun baru sebagai kegiatan yang positif , yang mendatangkan manfaat dan faedah bagi kehidupan manusia bukan malah membuat manusia menjadi manusia yang merugi dengan tetap berpegang pada ajaran agama, norma dan nilai sosial dan peraturan pemerintah yang berlaku di kehidupan bermasyarakat.

Pustaka

·         (Drs. F.D. Wellem, M.Th, Kamus Sejarah Gereja:84-85) dalam http://imadewira.com/ semarak-natal-tahun-baru/
·         (Arif Hikmah, 2011) dalam (http://ariefhikmah.com/search/pandangan-islam-terhadap-tahun-baru)
·         (http://www.aseps21.com/2012/01/dampak-positif-perayaan tahun baru.html )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar