Laman

Powered By Blogger

Jumat, 01 Juni 2012

MAKNA HARI IBU


MAKNA HARI IBU BAGI PERAN IBU
Oleh:
Shevita Alvianita S., Nia Wahyuandani


Sejarah Hari Ibu di Indonesia
Makna Hari Ibu di Indonesia sampai saat ini masih sedikit bergeser dari sejarah Hari Ibu di Indonesia. Peringatan Hari Ibu di Indonesia selama ini mengacu pada Mother’s Day di beberapa Negara di Dunia. Bila menelusuri sejarahnya, Hari Ibu di Indonesia seharusnya mengacu pada perjuangan para pahlawan-pahlawan perempuan pendiri bangsa. Organisasi-organisasi perempuan itu mengawalinya dengan mengadakan kongres yang pertama yang dikenal dengan  Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) pada tanggal 22 Desember 1928. Dan Kemudian, Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden No. 316/1959 menetapkan 22 Desember sebagai Hari Ibu dan dirayakan secara nasional. (Adam Muakhor, S.T., Staf Bidang Fisik Bappeda Kota Metro: 2011)

Makna Hari Ibu di Indonesia
Terkait dengan sejarahnya, seharusnya Hari Ibu dimaknai dengan mengambil semangat para pahlawan-pahlawan perempuan yang memperjuangkan hak-hak perempuan. Apalagi sekarang ini marak sekali kekerasan yang terjadi pada perempuan. Mulai dari kekerasan fisik maupun seksual. Hal tersebut yang mestinya disuarakan pada peringatan Hari Ibu di Indonesia. Tatapi peringatan Hari yang bertepatan pada tanggal 22 Desember itu dimaknai dengan memperlakukan seorang ibu dengan perlakuan sedikit istimewa dari biasanya. Yaitu dengan membantu pekerjaan seorang ibu, seperti memasak ,merawat anak, dan pekerjaan rumah tangga lainnya. Selain itu juga ada yang memeberikan hadiah kepada para ibu. Hal tersebut yang seharusnya tidak hanya dilakukan pada satu hari itu saja, diharapkan setiap hari pun membantu pekerjaan ibu. Mengingat jasa dan kebaikan seorang ibu yang tiada kira. Mulai dari menjaga dan merawat kita ketika masih dalam kandungan, rela mengorbankan nyawa demi kehidupan kita, merawat kita dengan memberikan ASI dan makan kepada kita, dengan sabar mendidik kita sampai kita tumbuh manjadi anak yang tau akan segala hal, menyayangi kita dengan tulus, selalu ada disaat kita dalam masalah, dan masih banyak kebaikan dan jasa-jasa seorang ibu yang tidak dapat kita bayangkan. (Adam Muakhor, S.T., Staf Bidang Fisik Bappeda Kota Metro: 2011)

Peran Ibu dalam Membentuk Keluarga yang Sejahtera
Peran seorang ibu saat ini juga mengalami pergeseran, dahulu seorang ibu tidak perlu ikut andil dalam perekonomian keluarga, tetapi pada kenyataan saat ini seorang ibu terkadang juga ikut andil membantu perekonomian keluarganya. Hal tersebut dikarenakan disaat ini banyak perempuan-perempuan yang ingin berkarir dan tidak ingin hanya mengandalkan penghasilan dari suami saja. Sikap tersebut tidak terlepas dari keinginan seorang ibu untuk menyejahterakan keluarganya. Adapun beberapa peran seorang ibu dalam menyejaherakan keluarganya, yaitu:
1.      Tanggungjawab
Tanggungjawab seorang ibu dalam keluarga sebenarnya tidak terlepas dari tanggungjawab seorang ayah. Sehingga dengan adanya saling bekerjasama untuk membangun keluarga yang sejahtera. Membentuk Keluarga Sejahtera pada dasarnya adalah menggerakkan proses dan fungsi manajemen dalam kehidupan rumah tangga. Ibu dan ayah bisa saja bersepakat, misalnya menentukan siapa yang mengerjakan apa, hal-hal yang diputuskan sendiri dan lebih baik diputuskan bersama. Segala sesuatu ditempatkan pada proporsi yang tepat.
2.      Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan kaum ibu relatif bertambah tinggi. Hal tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi terbukanya peluang dan kesempatan untuk tampil ke depan, melepaskan diri dari kasus-kasus perlakuan diskriminasi seperti pelecehan hak, isu gender, dan sebagainya. Kondisi umum tersebut dimungkinkan oleh beberapa faktor dominan. Kesemuanya langsung atau tidak langsung memberi dampak kuantitatif bagi peran ibu dalam meningkatkan tahapan Keluarga Sejahtera. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah:
Pertama, semakin menyebarnya kegiatan pendidikan, serta relatif telah bertambah tingginya pendidikan rata-rata penduduk. Memang tidak selalu semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin berhasil pula dalam membangun Keluarga Sejahtera. Artinya Keluarga Sejahtera berkualitas tidak identik atau ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat pendidikan. Tetapi dapat dikatakan ibu yang terdidik pastilah memiliki kelebihan adaptif tertentu.
Kesempatan dan pendidikan masyarakat sudah semakin luas. Persepsi masyarakat tentang potensi kaum ibupun relatif telah terbuka. Apalagi sejak munculnya berbagai sekolah kejuruan maupun pelatihan khusus yang sengaja dirancang sebagai wahana aktualisasi potensi intelektual dan potensi kreatif kaum ibu. Selain itu pendidikan dan pelatihan-pelatihan khusus juga mempercepat proses keterbukaan dan dinamisasi nilai-nilai kultural masyarakat. Termasuk yang secara historis telah melekat dalam persepsi kaum ibu sendiri.
Kedua, perubahan persepsi dikotomis masyarakat kita tentang pekerjaan. Polarisasi atas dasar jenis kelamin (gender) di lingkungan pekerjaan dan profesi umumnya tidak populer. Tuntutan dan logika kemajuan zaman menyebabkan proses rekrutmen, promosi dan pengangkatan dalam profesi, sekarang ini lebih berorientasi pada kualitatif.
Ketiga, kemajuan teknologi termasuk faktor dominan bagi meluasnya peluang dan kesempatan kaum ibu. Tidak bisa dipungkiri kemajuan teknologi ke rumah tanggaan, teknologi perkantoran, Telkom, dan transformasi semakin memperlancar proses kehidupan sosial.
Sampai pada tahun 70-an, usia produktif wanita di Indonesia, terutama di daerah pedesaan, umumnya habis dimanfaatkan untuk melahirkan dan mengasuh anak. Kini teknologi kontrasepsi, adanya Gerakan KB Nasional, ditambah kesadaran untuk lebih mementingkan kualitas hidup, pasangan usia subur (PUS) bisa mengatur jarak kehamilan. Kehamilan dapat dideteksi, jabang bayi dalam kandungan dapat dijaga serta proses melahirkan lebih nyaman dan aman.
Keempat, sebagai resultansi dari faktor di atas, ialah meluas dan melebarnya perbandingan masyarakat, khususnya kaum ibu. Termasuk ukuran-ukuran keberhasilan, kemajuan dan penghargaan. Ukuran masyarakat tentang status sosial, kini tidak lagi sekedar mengacu pada latar belakang asal usul. Siapapun yang mampu melahirkan kerja-kerja prestatif untuk kemaslahatan lingkungan masyarakatnya, dialah cenderung yang paling dihargai.
3.      Kecerdasan dan Kepekaan.
Dalam kaitan peran dan tanggungjawab membentuk keluarga sejahtera, manajemen rumah tangga tidak boleh kaku dan tertutup. Kita harus elastis dan mau membuka diri dari kemungkinan masuknya pengaruh positif dari luar. Bahkan dari anak-anak kita, dari murid-murid kita atau tetangga kita. Kitapun perlu memfasilitasi anggota keluarga.
Kepekaan kaum bapakpun perlu diperlihatkan melalui support, misalnya jika wanita atau isteri dalam suatu keluarga mampu, mau, dan berbahagia bekerja di luar rumah, mestinya mereka mendapat dukungan. Jika kondisi keluarga mengharuskan lebih banyak mengurus keperluan anak-anak, mengelola kebutuhan keluarga sesungguhnya itu adalah karir dan sikap wanita modern. Pilihan dan kesempatan tersebut patut disyukuri karena akan menempatkan posisi kaum ibu pada derajat yang tinggi.
Kita harus memahami apa yang paling dibutuhkan seluruh anggota keluarga. Bahkan kita harus mengerti potensi dan karakter anak-anak kita, agar proses sosialisasinya tidak salah kaprah. Kecerdasan dan kepekaan kaum ibu di sini bukan hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi keharmonisan keluarga dan kemajuan masyarakat.
Kecerdasan dan kepekaan juga diperlukan untuk menjalankan dan mengefektifkan delapan fungsi keluarga yaitu: fungsi keagamaan, fungsi cinta kasih, fungsi reproduksi, fungsi perlindungan, fungsi social budaya, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi pelestarian lingkungan.
Delapan fungsi keluarga merupakan esensi berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semakin jelas bahwa peran ibu dalam membentuk keluarga sejahtera, bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri. Peran dan tanggungjawab tersebut adalah bagian yang tidak terpisahkan dari peran dan tanggungjawab kaum bapak, keluarga, masyarakat, dan pemerintah. (Penulis adalah Ajun PKB pada BKKBN Kabupaten Bogor/H.Nur).

Peran dan Fungsi Ibu dalam Mendidik Anak-Anaknya
Peran dan fungsi ibu adalah sebagai “tiang rumah tangga” amatlah penting bagi terselenggaranya rumah tangga yang sakinah yaitu keluarga yang sehat dan bahagia, karena di atas yang mengatur, membuat rumah tangga menjadi surga bagi anggota keluarga, menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi bagi suaminya. Untuk mencapai ketentraman dan kebahagian dalam keluarga dibutuhkan isteri yang shaleh, yang dapat menjaga suami dan anak-anaknya, serta dapat mengatur keadaan rumah sehingga tempat rapih, menyenangkan, memikat hati seluruh anggota keluarga.
Menurut Baqir Sharif al-Qarashi (2003 : 64), bahwa para ibu merupakan sekolah-sekolah paling utama dalam pembentukan kepribadian anak, serta saran, untuk memenuhi mereka dengan berbagai sifat mulia, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW. yang artinya: “Surga di bawah telapak kaki ibu”, menggambarkan tanggung jawab ibu terhadap masa depan anaknya. (Zakiyah Daradjat, 1995 : 50)Dari segi kejiwaan dan kependidikan, sabda Nabi di atas ditunjukan kepada para orang tua khususnya para ibu, harus bekerja keras mendidik anak dan mengawasi tingkah laku mereka dengan menanamkan dalam benak mereka berbagai perilaku terpuji serta tujuan-tujuan mulia, adapun tugas-tugas para ibu mendidik anak-anaknya yaitu :
a.       Para ibu harus membiasakan perbuatan-perbuatan terpuji pada anak,
b.      Para ibu harus memperingatkan anak-anak mereka akan segala kejahatan dan kebiasaan buruk, perilaku yang tidak sesuai dengan kebiasaan sosial dan agama,
c.       Para ibu harus memiliki kesucian dan moralitas sebagai jalan pendidikan untuk putra-putri mereka,
d.      Para ibu jangan berlebihan dalam memanjakan anak,
e.       Para ibu harus menanamkan pada anak rasa hormat pada ayah mereka,
f.       Para ibu jangan pernah menentang suami, sebab akan menciptakan aspek kebencian dengan kedengkian satu sama lain,
g.      Para ibu harus memberi tahukan pada kepala keluarga setiap penyelewengan tingkah laku anak-anak mereka,
h.      Para ibu harus melindungi anak dari hal-hal buruk menggoda serta dorongan-dorongan perilaku anti sosial,
i.        Para ibu harus menghilangkan segala ajaran atau metode yang dapat mencederai kesucian serta kemurnian atau meruntuhkan moral dan etika seperti buku-buku porno novel,
j.        Para ibu harus memelihara kesucian dan perilaku terpuji. (Baqir Sharif al-Qarashi, 2003: 66)
Para ibu bertanggungjawab menyusun wilayah-wilayah mental serta sosial dalam pencapaian kesempurnaan serta pertumbuhan anak yang benar. Sejumlah kegagalan yang terjadi diakibatkan oleh pemisahan wanita dari fungsi-fungsi dasar mereka.
Ibu-ibu yang sering berada di luar rumah yang hanya menyisakan sedikit waktu untuk suami serta anak-anak telah menghilangkan kebahagian anak, menghalangi anak dari merasakan nikmatnya kasih sayang ibu, sebab mereka menjalankan berbagai pekerjaan di luar serta meninggalkan anak disebagian besar waktunya.

Ekspresi Cinta Untuk Ibu
            Pengorbanan dan kasih saying seorang ibu yang diberikan pada anak-anaknya secara logis mustahil kita dapat membalas pengorbanan seorang ibu dengan nilai-nilai materi. Lantas bagaimana upaya yang kita lakukan untuk dapat sedikit membalas pengorbanan dan perjuangan Ibu? Berikut ini beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk membalas kasih saying Ibu meskipun tak akan pernah bisa menyamai dengan kasih sayang yang telah diberikan ibu kepada kita.
1.      Ekspresikan Sayang dengan Ketaatan
Siapapun akan senang apabila kita mendengarkan dan mematuhi perintah, termasuk ibu. Ikutilah dan taatilah semua perintah yang baik dari ibu. Jangan sekali-sekali membantah meskipun hanya dengan sahutan kata “ah”. Jika kita merasa sulit untuk menerima perintah dari ibu, tolaklah dengan cara yang baik.
2.      Sesekali Berilah Kejutan
Ada banyak cara dan momen untuk member kejutan untuk ibu. Diantaranya dengan memberi ibu hadiah hal-hal yang beliau sukai, bisa berupa benda maupun makanan. Misalnya pada saat perayaan ulang tahun ibu atau pada Hari Ibu.
3.      Kasih Sayang Penuh Sebelum Kita Menikah
Setiap orang pasti bercita-cita untuk menikah. Ibu akan sangat-sangat bersedih melepas anaknya ketika dia telah menikah. Oleh karena itu bagi kita yang belum menikah, berilah kasih sayang sepenuhnya kepada Ibu di masa-masa ini. Kasih saying ibu telah mengantarkan kita hingga menghirup udara kebahagiaan di muka bumi. (AnneAhira.com)
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa Hari Ibu di Indonesia berawal dari perjuangan para pahlawan-pahlawan perempuan pendiri bangsa. Organisasi-organisasi perempuan itu mengawalinya dengan mengadakan kongres yang pertama yang dikenal dengan (KOWANI) pada tanggal 22 Desember 1928. Dan Kemudian, disahkan oleh Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden.
Terkait dengan sejarahnya, seharusnya Hari Ibu dimaknai dengan mengambil semangat para pahlawan-pahlawan perempuan yang memperjuangkan hak-hak perempuan. Pada saat ini, Hari Ibu diperingati dengan memperlakukan ibu secara istimewa dari hari biasanya. Perlakuan itu dilakukan tidak hanya pada Hari Ibu saja, tetapi juga di hari-hari biasanya.
Ibu mempunyai peran penting di dalam menyejahterakan keluarga serta peran mendidik anak. Peran di dalam menyejahterakan keluarga meliputi tanggungjawab, tingkat pendidikan, serta kecerdasan dan kepekaan. Sedangkan peran ibu dalam mendidik anak meliputi para ibu harus membiasakan perbuatan-perbuatan terpuji pada anak, harus memperingatkan anak-anak akan segala kejahatan dan kebiasaan buruk, jangan berlebihan dalam memanjakan anak, melindungi anak dari hal-hal buruk menggoda serta dorongan-dorongan perilaku anti sosial, harus menanamkan pada anak rasa hormat pada ayah mereka, memelihara kesucian dan perilaku terpuji, harus menghilangkan segala ajaran atau metode yang dapat mencederai kesucian serta kemurnian atau meruntuhkan moral dan etika.
Ekspresi cinta yang dapat kita berikan kepada ibu sebagai ungkapan rasa sayang serta balasan dari kasih sayang yang diberikan oleh ibu antara lain mendengarkan dan menaati perintah yang baik dari ibu, memberikan kejutan berupa hadiah untuk ibu pada momen ulang tahun ibu atau di hari ibu, memberikan kasih sayang penuh kepada ibu sebelum kita menikah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar