Laman

Powered By Blogger

Jumat, 01 Juni 2012

tentang ibu



IBU MASA DEPAN CERAH UNTUK ANAK

Oleh:
Umi Nurhasanah, Aditya Roli Putra


Peran Ibu dalam Pendidikan Anak
Makna Hari Ibu
Menurut Cantikalayanti (2011:12)makna hari Ibu adalah hari peringatan atau perayaan terhadap peran seorang ibu dalam keluarganya baik untuk suami, anak-anak, maupun lingkungan sosialnya. Ibu adalah Pahlawan tanpa tanda jasa. Beliau telah melahirkan kita dari alam kandungan hingga ke dunia. Ibu menjadi peran utama dalam keluarga, begitu pula dalam pendidikan anaknya.Hari Ibu ditetapkan pada tanggal 22 Desember, ditetapkannya hari Ibu karena begitu besarnya andil seorang Ibu terhadap pendidikan anaknya, maka ditetapkannya hari Ibu sebagai suatu penghargaan terhadap jasa seorang Ibu. Peringatan hari Ibu biasanya dilakukan dengan membebas tugaskan Ibu dari tugas sehari-harinya yang dianggap sebagai kewajibannya seperti memasak, merawat anak, dll
.     
Ibu Peran Utama dan Pertama
Begitu besar peran seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya, maka tidak dapat dipungkiribahwa ibu adalah sekolah yang pertama. Proses pendidikan yang diberikan oleh seorang ibu sudah dilakukan sejak sang bayi masih dalam kandungan. Apa yang ibu dengarkan atau bacakan kepada  bayi dalam kandungan, maka hal tersebut akan didengar pula oleh sang bayi(http://kampus.okezone.com/read/2011/07/25/367/483878/peran-menentukan-masa-depan-anak-dan-bangsa).


 Selain itu, emosional dan watak seorang Ibu pun dapat ditularkan melalui perilaku  Ibu selama mengandung dan mengasuh. Hal pertama yang harus diciptakan oleh keluarga terutama oleh seorang Ibu adalah menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif  sehingga kendala dalam mendidik anak, mengarahkan mereka terhadap ajaran agama, menciptakan kepribadian yang salih akan lebih mudah, karena ada saling percaya dan ikatan kasih sayang yang kuat antara Ibu dan anak, dari seluruh pihak keluarga.

Kasih sayang Ibu tiada tara bandingannya tak terhingga sepanjang masa, benarlah kata pepatah bahwa kasih sayang anak sepanjang galah, tapi kasih sayang Ibu sepanjang masa,  alangkah mulianya seorang Ibu. Sungguh besar jasa-jasa beliau yang telah melahirkan kita kedunia, sungguh besar perjuangannya untuk mengeluarkan bayi dari perutnya. Peluh dan rasa sakit tak dihiraukannya asalkan bayi dalam perutnya bisa keluar dengan selamat tanpa cacat sedikitpun,saat sang bayi baru saja menjelma di dunia, saat ia menangis,Ibu yang masih menahan sakit tak terhingga bukanlah obat yang Ibu minta bukanlah dirinya yang Ia tanya melainkan "Bagaimana anakku, bagaimana keadaannya, ia baik-baik sajakan", MasyaAllah Ibu alangkah besar rasa kasih sayang Ibu, sungguh seorang anak telah durhaka jika melawan kata-kata Ibu.

Ketika anak masih disuapkan makan oleh Ibu, Ia dengan sabar dan penuh perhatian memberi  makan sedikit demi sedikit walau kadang sang anak menangis karena kurang enak. Dan juga pada saat anak masih kecil ngompol dan buang air besar di celana, bagaimana responnya. Ia hanya tersenyum dengan penuh kasih, selalu mengajari anak untuk berbuat baik kepada sesama, selalu menyuruh untuk menyayangi sesama, sungguh besar kasih sayang Ibu. Dengan kasih sayang yang Ibu berikan kepada anak, secara tidak langsung anak akan meniru sifat ibunya sehingga ia akan menerapkan perilaku kasih sayang terhadap orang lain. Hal ini sangat berdampak positif  kepada anak untuk saling mengasihi dan saling menolong terhadap sesama.

Peran Ibu dalam Pembentuk Kepribadian
Anak adalah petualang dan pembelajar sejati yang penuh kejujuran dalam merealisasikan pikiran dan mengekspresikan perasaannya (http://salehlapadi.wordpress.com/2007/02/25/peran-lingkungan-keluarga-dalam-membentuk-kepribadian-anak/).
 Ibu tentu ingin membahagiakan anak-anaknya, melihat mereka tumbuh sehat, cerdas dan sukses dalam kehidupannya. Namun, dalam praktiknya, keinginan tersebut seringkali menjadi ekspektasi yang berlebihan bahkan ambisi yang justru bisa menimbulkan masalah bagi proses pembentukan kepribadiannya.
Dalam prosesnya, kepribadian terbentuk berdasarkan hasil meniru, baik dari dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan luar. Akan tetapi, faktor internal dalam keluarga seperti kasih sayang, perhatian, pola asuh, didikan, serta metode pendekatan dalam membentuk kepribadian juga membangun kecerdasannya memiliki porsi lebih besar. Di samping itu, kita juga harus menyadari dan memahami adanya faktor alami seperti bakat dan dorongan minatnya. Karena itu, dalam upaya membentuk kepribadian dan mendidik anak, serta mengantarkannya menuju kesuksesan ada beberapa hal berikut yang harus benar-benar dipahami Ibu.
Pertama, hindari ekspektasi dan ambisi berlebihan dalam mendidik, mengarahkan dan membentuk kepribadian serta perkembangan anak. Ambisi berlebihan berpengaruh terhadap pemaksaan kehendak yang seringkali membawa masalah dalam pola asuh, komunikasi, serta hubungan orang tua dan anak di fase-fase berikutnya. Tidak sedikit anak yang mengalami stress, frustasi bahkan depresi karena merasa gagal, tidak mampu memenuhi keinginan orang tua, sehingga mereka banyak yang merasa menjadi korban  ambisi Ibu, objek idealisme yang kurang realistis, bahkan menjadi target sebuah kepentingan. Hal ini tentu akan sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan kepribadiannya. Bisa saja ia akan menjadi pribadi yang kurang percaya diri, pesimis, takut salah, tidak berani mengambil keputusan.
Kedua, memahami siklus kompetensi dan pertumbuhan otak anak, sehingga dapat menghargai dan memperlakukan anak secara adil. Dalam hal ini, Ibu harus memahami tingkat kemampuan anak dan tingkat kecerdasan anak. Tidak semua anak memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi, tetapi sebagai orang tua kita harus berupaya menstimulasi pertumbuhan otaknya dan mengoptimalkan kompetensi anak. Hal ini juga perlu ditunjang dengan keadilan dalam sikap, cara berbicara dan cara memperlakukan mereka sebagai subjek kehidupan yang akan terus tumbuh dan berkembang.
Ketiga, memahami multiple intellegencies anak, sehingga orang tua dapat mengenali dan memahami bakat juga minat anak untuk kemudian mengarahkannya dengan benar Dengan memahami hal ini,Ibu dapat mengasah, memupuk dan mengarahkan bakat, serta menumbuhkan minat anak di bidang tertentu yang bisa menjadi pegangan penting dalam kehidupannya di masa depan. Tidak sedikit anak-anak yang terlihat biasa saja dalam kecerdasan kognitifnya, tetapi memiliki bakat tertentu yang justru membuatnya lebih kreatif dan sukses. Kecerdasan intelektual bukan satu-satunya pembentuk kecerdasan otak yang penting untuk dikembangkan. Dalam kehidupan nyata sehari-hari, faktor kecerdasan emosional dan advertisal lebih banyak membantu membangun kepribadian anak yang lebih matang, lebih siap menghadapi masalah.
Keempat, pahami konsep ”sekolah unggul” dengan benar, yakni adanya keselarasan pemahaman prinsip antara metode pendidikan sekolah dengan pola asuh dan didikan di rumah, sehingga ada kesamaan atau kesesuaian pendekatan antara keduanya. Sekolah dapat dikatakan sebagai rumah kedua bagi anak. Keunggulan sebuah sekolah tidak hanya terletak pada kelengkapan fasilitas, tetapi juga keunggulan metode pendidikan dan penerapannya, adanya harmoni komunikasi dengan pendidikan keluarga, atau bahkan mampu menginspirasi dan memperbaiki pola-pola yang salah dalam pendidikan di rumah. Lebih dari semua itu, faktor kenyamanan anak dalam belajar dan bersekolah menjadi hal yang harus lebih diutamakan karena hal ini akan berpengaruh terhadap perkembangan pribadi dan mentalitasnya di kemudian hari, meskipun pendidikan di sekolah hanya sebagai penunjang pendidikan keluarga.
Keempat hal tersebut, bila kita perhatikan berkaitan dengan pentingnya memahami karakter anak dalam membentuk dan mengembangkan kepribadian anak. Karakter terletak di alam bawah sadar yang meliputi memori, self image, personality dan habit. Keempat faktor pembentuk karakter tersebut sangat membantu pemahaman kita atas keempat hal di atas. Jika dalam diri anak terdapat banyak memori negatif yang disertai dengan self image yang buruk seperti memberikan label ‘anak bodoh’, maka akan membentuk kepribadian yang negatif dan kebiasaan yang buruk pula. Oleh karena itu, ciptakan suasana yang nyaman, pembiasaan-pembiasaan yang positif, serta sikap dan perlakuan yang menyenangkan bagi anak agar ia memiliki kenangan indah dan tumbuh menjadi pribadi yang positif.



Peran Ibu dalam Menanamkan Kejujuran
Ibu perlu membiasakan dan menanamkan Sifat kejujuran kepada anak sejak dini. Dalam menanamkan kejujuran sangat dibutuhkan keteladanan Ibu kepada anaknya. (http://kebunhidayah.wordpress.com/2011/09/13/membiasakan-dan-menanamkan-sifat-kejujuran/).
 Namun yang terjadi, tanpa disadari Ibu justru memposisikan diri sebagai guru dalam hal kebohongan atau ketidakjujuran. Sebuah sisi yang kini banyak terlalaikan sepanjang perjalanan membimbing seorang anak adalah kejujuran. Kadang terjadi, seorang Ibu tidak memberikan teguran ketika melihat si anak berbohong kepada temannya. Terkadang pula Ibu memberikan contoh buruk kepada si anak dengan berbuat dusta. Bahkan yang lebih parah lagi, Ibu menyuruh si anak untuk berbohong demi keuntungan atau kesenangan orang tuanya.
Mungkin tak asing lagi, Ibu yang tidak berkenan menerima seorang tamu yang datang untuk kepentingan tertentu, untuk berkelit dia berpesan kepada anaknya, “Katakan saja, ayah dan Ibu sedang tidak ada di rumah.” Sementara dia bersembunyi di kamar tidurnya. Atau di waktu lain, sang ibu memanggil anaknya pulang bermain, “Ayo pulang, Nak! Ibu kasih kue nanti di rumah.” Ternyata sepulang bermain, tak sepotong kue pun diberikan. Juga terkadang Ibu menyuruh si anak melakukan sesuatu dengan iming-iming hadiah. Namun ketika si anak melaksanakan perintah orang tuanya, tak sesuatu pun yang didapat, atau bahkan kemarahan semata yang dihadapi bila si anak menagih janji. Akhirnya, anak belajar berdusta dan ingkar janji justru dari orang tua mereka sendiri.Inilah sebuah teladan yang memberikan pelajaran besar bagi anak untuk menanamkan kejujuran dalam dirinya, walaupun untuk mengakui kesalahan.Begitu pula pada anak, Ibu harus membiasakan anak-anaknya untuk jujur dalam ucapan, perbuatan maupun dalam penunaian janji, diiringi dengan upaya untuk menjauhkan anak dari segala kedustaan.
Ibu dalam Pengembangan Intelektual Anak
Anak juga mempunyai kemampuan intelektual yang harus dikembangkan. Kemampuan intelektualadalah kemampuan untuk memahami sesuatu (http://www.scribd.com/doc/76881418/50/PERKEMBANGAN-INTELEKTUAL). Kemampuan ini perlu dilatih dan distimulasi sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. Dalam hal ini Ibu sangat berperan andil dalam perkembangan pemikiran anak. Untuk mengembangkan intelektual anak, hal-hal yang harus dilakukan oleh Ibu antara lain :
1.      Memberikan stimulasi positif bagi pengembangan intelektual anak sesuai dengan tahap pengembangannya.
2.      Mengembangkan daya fikir anak dengan cara memberikan arahan-arahan yang baik.
3.       Menanamkan konsep positif terhadap apa saja yang dikenal dan diketahui oleh anak.
4.       Menghindarkan hal-hal yang dapat menghambat dan merugikan perkembangan     
     intelektual anak.

Perkembangan intelektual anak akan berpengaruh terhadap pendidikan anak antara lain:
1.      Anak mampu mengembangkan kemampuan intelektualnya secara lebih baik.
2.       Anak memiliki konsep positif terhadap apa saja yang dikenal dan diketahui.
3.      Anak mampu mengembangkan segenap potensi yang dimiliki sesuai dengan kemampuan yang ada.

Ibu dalam Pembentukan Moral Anak
            Perkembangan Intelektual anak ini juga berkaitan dengan  moral anak. Perkembangan moral adalah perkembangan perilaku seseorang yang sesuai dengan kode etik dan standart sosial (http://www.ibudanbalita.com/diskusi/pertanyaan/58433/Meletakkan-Landasan-yang-Kokoh-bagi-Perkembangan-Moral-Anak-)
Andil Ibu dalam menanamkan nilai-nilai moral anak sangat besar, baik tidaknya tingkah laku anak tergantung bagaimana Ibu mendidiknya. Sehingga Ibu menjadi sumber anak membentuk moralnya. Untuk itu moral anak harus ditanamkan sejak dini. Bentuk-bentuk pendidikan dan layanan yang dapat dilakukan untuk pengembangan moral anak antara lain:
1.       Memberi kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dengan sosial dan belajar apa saja yang diharapkan oleh anggota kelompok dan masyarakat.
2.       Memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan apa saja yang benar dan yang salah dan kemudian dijelaskan mengapa ini benar dan mengapa itu salah.
3.      Mengembangkan keinginan anak untuk melakukan hal-hal yang benar.
4.      Menumbuhkan rasa malu dan rasa bersalah bila melanggar norma dan aturan yang berlaku.



Ibu Sebagai Motivator
Dalam kaitannya dengan pendidikan anak faktor kedekatan Ibu sangat penting untuk membangun motivasi(http://srabut.com/index.php?page=artikel.view&aid=80). Pada kenyataannya ada dua bentuk motivasi, yaitu internal dan eksternal. Motivasi internal datang dalam diri sendiri. Bila Ibu ingin anak belajar tanpa disuruh, sangat suka membaca, dan sebagainya, Ibu harus membangun motivasi internal. Ini dilakukan sejak anak kecil, mulai dari membangun kepercayaan anak terhadap orangtua (yang nantinya bermuara pada iman kepada Tuhan). Sedangkan eksternal datang dari luar diri. Artinya ada orang lain atau situasi yang mendorong seseorang itu melakukan sesuatu, termasuk Ibu. Misalnya, pada saat Ibu memaksa anaknya untuk mengerjakan PR, dan pada saat itu Ibu tidak ada di sana, si anak cenderung bermalas-malasan atau mengerjakan hal lain yang dia suka. Dengan kata lain, motivasi eksternal tergantung pada situasi danmood.
Salah satu motivasi yang perlu dibangun dalam diri anak adalah keinginan belajar. Sebenarnya potensinya sudah ada sejak anak masih sangat kecil. Lihat saja, hampir semua bayi di bawah dua tahun yang kita jumpai pasti menunjukkan tanda-tanda pandai dan mau belajar. Mereka mau belajar makan sendiri, main bola atau yang lain, belajar menulis, membantu menyapu, dan sebagainya. Sekarang tergantung pada lingkungan, apakah orang-orang di sekitarnya membantu dia belajar atau membatasinya.
Seorang ibu tanpa sadar dapat mematikan semangat belajar anak dengan cara banyak melarang, menakut-nakuti, menghukum berlebihan, atau memberi respons sangat minimal terhadap aktivitas mereka. Di sisi lain, Ibu dapat memberikan fasilitas untuk menumbuhkan semangat belajar anak. Yang dimaksud bukanlah dalam bentuk les (bagi anak di bawah usia sekolah), melainkan sekadar mengikuti saja prosesnya. Misalnya kalau anak mau belajar menulis, berikanlah peralatan tulis. Kalau perlu dinding rumah dilapisi kertas, agar anak dapat memanfaatkannya.
Ibu  perlu mempelajari pola belajar anak, terutama yang berkaitan dengan hal-hal yang diminatinya, Misalnya Moze, di usia 5 tahun dia masih sulit belajar membaca di kelas. Dia menerima rapor semester pertama dengan catatan “belum bisa membaca”. Ketika dalam liburan tahun itu dia naik mobil ke Bali, minat baca Moze muncul lewat banyaknya billboardyang dia lihat di pinggir jalan. Pulang dari libur, Moze sudah bisa membaca dengan lancar, termasuk kata-kata yang sulit. Dia masuk sekolah lagi sebagai anak paling baik membaca di kelas.
Ini adalah faktor terpenting untuk membangun motivasi internal anak. Prosesnya adalah sebagai berikut: kedekatan dengan orangtua memberi rasa percaya pada anak. Mereka tahu orangtuanya bisa diandalkan. Selain itu, ada tempat untuk bertanya maupun menyalurkan perasaan tidak aman yang mereka dapat dari lingkungan.
Anak-anak yang dibesarkan dengan rasa aman yang cukup akan memiliki harga diri yang baik. Ini adalah “modal” anak memasuki dunia remaja. Harga diri yang baik berarti anak tahu  mengukur dirinya dengan tepat. Dia tidak minder karena tidak bergantung pada penilaian orang lain. Dia punya identitas diri yang jelas, bukan menjadikan artis sebagai idola.
 Kedekatan dengan Ibu dapat membangun motivasi anak,karena
Pertama, anak-anak walaupun ada kecenderungan egois (mementingkan kesenangan diri sendiri), akan mengingat ajaran dan teladan Ibu mereka jika diajak teman melakukan hal-hal negatif. Misalnya seorang anak yang tidak suka latihan paduan suara tetapi tetap melakukannya karena ibunya meminta.
“Aku sayang ibuku, Aku akan berusaha memenuhi semua yang dimintanya.” Kata anak itu. Itu dilakukannya dengan rela, bukan terpaksa. Dia percaya Ibunya memberikan hal-hal yang baik untuk dia.
Kedua, kebiasaan baik yang sudah dibangun di rumah sejak anak kecil tidak mudah dilupakan. Misalnya kalau anak-anak belajar teratur sejak kecil, ada masanya tidak usah disuruh lagi, mereka akan melakukannya sendiri. Atau jika di rumah sudah tertanam kebiasaan membaca, anak-anak secara otomatis akan mencari buku di waktu senggangnya.
Selanjutnya, hubungan yang baik antara Ibu dan anak akan membangun rasa nyaman dalam diri anak. Kedekatan dengan Ibu adalah benteng bagi anak, yang akan menjauhkan dia dari pengaruh buruk dan tekanan teman sebaya. Walaupun teman sebaya adalah hal yang penting bagi anak, dia akan mencari teman bergaul yang cocok, yang bisa diterima oleh Ibu.


Menanamkan Sikap Peduli Lingkungan
Pendidikan yang mengarah kepada peduli dan kasih terhadap lingkungan dan alam, juga sudah dimulai sejak usia belia (http://jagadkejawen.com/id/budi-pekerti/budi-pekerti).Anak-anak diberi pengertian untuk tidak bersikap sewenang-wenang kepada binatang dan tanaman dan juga menjaga kebersihan alam, tidak merusak alam. Misalnya, Ibu selalu memberi tahu Anaknya yang dirumahnya punya binatang peliharaan seperti anjing, kucing, burung, untuk selalu merawat nya dengan baik, memberi makan yang teratur, dijaga kebersihannya, kandangnya juga bersih  dan tidak boleh diperlakukan dengan sewenang-wenang dan justru harus dilindungi dan dikasihi.
Tanaman dan pepohonan juga harus dirawat dengan baik, disiram setiap sore, kadang-kadang diberi pupuk, dijaga supaya tumbuh subur dan sehat dan cantik penampilannya, sehingga enak dipandang. Bumi tempat manusia berpijak, juga harus dilindungi, diurus yang baik, jangan asal saja menggali-gali tanah ,kalau memang tidak ada tujuan yang bermanfaat.Sumber air juga harus dijaga, tidak boleh dikotori. Pada prinsipnya, Ibu harus menanamkan sikap peduli terhadap lingkungan dengan cara menyarankan dan membiasakan anak melakukan kegiatan yang berguna bagi lingkungan.
Do’a Ibu untuk Keberhasilan Anak
 Demi tercapainya keberhasilan anak, Seorang Ibu pasti  akan memberikan yang terbaik unuk anaknya. Disamping itu seorang Ibu pasti akan mendoa’kan anaknya agar kesuksesan dan  keberhasilan menjadi miliknya.  Allah akan merestui jika orang tua merestui , terutama Ibu, do'a ibu lebih mudah di jawab oleh Allah sungguh banyak sekali tanda-tanda dan kisah yang menceritakan betapa manusia binasa karena durhaka kepada Ibunya, maka seorang Ibu rela untuk anaknya. sayangilah Ibu kita sebelum terlambat, sebelum liang lahat mendekatinya.





DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar