MAKNA HARI IBU BAGI PERAN IBU
Oleh:
Shevita
Alvianita S., Nia Wahyuandani
Sejarah Hari Ibu di Indonesia
Makna Hari Ibu di Indonesia sampai saat ini masih sedikit bergeser
dari sejarah Hari Ibu di Indonesia. Peringatan Hari Ibu di Indonesia selama ini
mengacu pada Mother’s Day di beberapa Negara di Dunia. Bila menelusuri
sejarahnya, Hari Ibu di Indonesia seharusnya mengacu pada perjuangan para
pahlawan-pahlawan perempuan pendiri bangsa. Organisasi-organisasi perempuan itu
mengawalinya dengan mengadakan kongres yang pertama yang dikenal
dengan Kongres Wanita Indonesia (KOWANI)
pada tanggal 22 Desember 1928. Dan Kemudian, Presiden Soekarno melalui Dekrit
Presiden No. 316/1959 menetapkan 22 Desember sebagai Hari Ibu dan dirayakan
secara nasional. (Adam Muakhor, S.T., Staf Bidang Fisik Bappeda Kota Metro: 2011)
Makna Hari Ibu di Indonesia
Terkait dengan sejarahnya, seharusnya Hari Ibu dimaknai dengan
mengambil semangat para pahlawan-pahlawan perempuan yang memperjuangkan hak-hak
perempuan. Apalagi sekarang ini marak sekali kekerasan yang terjadi pada
perempuan. Mulai dari kekerasan fisik maupun seksual. Hal tersebut yang
mestinya disuarakan pada peringatan Hari Ibu di Indonesia. Tatapi peringatan Hari
yang bertepatan pada tanggal 22 Desember itu dimaknai dengan memperlakukan
seorang ibu dengan perlakuan sedikit istimewa dari biasanya. Yaitu dengan
membantu pekerjaan seorang ibu, seperti memasak ,merawat anak, dan pekerjaan
rumah tangga lainnya. Selain itu juga ada yang memeberikan hadiah kepada para
ibu. Hal tersebut yang seharusnya tidak hanya dilakukan pada satu hari itu
saja, diharapkan setiap hari pun membantu pekerjaan ibu. Mengingat jasa dan
kebaikan seorang ibu yang tiada kira. Mulai dari menjaga dan merawat kita
ketika masih dalam kandungan, rela mengorbankan nyawa demi kehidupan kita,
merawat kita dengan memberikan ASI dan makan kepada kita, dengan sabar mendidik
kita sampai kita tumbuh manjadi anak yang tau akan segala hal, menyayangi kita
dengan tulus, selalu ada disaat kita dalam masalah, dan masih banyak kebaikan
dan jasa-jasa seorang ibu yang tidak dapat kita bayangkan. (Adam Muakhor, S.T., Staf
Bidang Fisik Bappeda Kota Metro: 2011)
Peran Ibu dalam Membentuk Keluarga yang Sejahtera
Peran seorang ibu saat ini juga mengalami pergeseran, dahulu seorang
ibu tidak perlu ikut andil dalam perekonomian keluarga, tetapi pada kenyataan
saat ini seorang ibu terkadang juga ikut andil membantu perekonomian
keluarganya. Hal tersebut dikarenakan disaat ini banyak perempuan-perempuan
yang ingin berkarir dan tidak ingin hanya mengandalkan penghasilan dari suami
saja. Sikap tersebut tidak terlepas dari keinginan seorang ibu untuk menyejahterakan
keluarganya. Adapun beberapa peran seorang ibu dalam menyejaherakan keluarganya,
yaitu:
1. Tanggungjawab
Tanggungjawab seorang ibu dalam keluarga
sebenarnya tidak terlepas dari tanggungjawab seorang ayah. Sehingga dengan
adanya saling bekerjasama untuk membangun keluarga yang sejahtera. Membentuk
Keluarga Sejahtera pada dasarnya adalah menggerakkan proses dan fungsi manajemen
dalam kehidupan rumah tangga. Ibu dan ayah bisa saja bersepakat, misalnya
menentukan siapa yang mengerjakan apa, hal-hal yang diputuskan sendiri dan
lebih baik diputuskan bersama. Segala sesuatu ditempatkan pada proporsi yang
tepat.
2. Tingkat
Pendidikan
Tingkat pendidikan kaum ibu relatif
bertambah tinggi. Hal tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi terbukanya
peluang dan kesempatan untuk tampil ke depan, melepaskan diri dari kasus-kasus
perlakuan diskriminasi seperti pelecehan hak, isu gender, dan sebagainya.
Kondisi umum tersebut dimungkinkan oleh beberapa faktor dominan. Kesemuanya
langsung atau tidak langsung memberi dampak kuantitatif bagi peran ibu dalam
meningkatkan tahapan Keluarga Sejahtera. Faktor-faktor tersebut diantaranya
adalah:
Pertama, semakin menyebarnya kegiatan
pendidikan, serta relatif telah bertambah tingginya pendidikan rata-rata
penduduk. Memang tidak selalu semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin
berhasil pula dalam membangun Keluarga Sejahtera. Artinya Keluarga Sejahtera
berkualitas tidak identik atau ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat pendidikan.
Tetapi dapat dikatakan ibu yang terdidik pastilah memiliki kelebihan adaptif
tertentu.
Kesempatan dan pendidikan masyarakat
sudah semakin luas. Persepsi masyarakat tentang potensi kaum ibupun relatif
telah terbuka. Apalagi sejak munculnya berbagai sekolah kejuruan maupun
pelatihan khusus yang sengaja dirancang sebagai wahana aktualisasi potensi
intelektual dan potensi kreatif kaum ibu. Selain itu pendidikan dan pelatihan-pelatihan
khusus juga mempercepat proses keterbukaan dan dinamisasi nilai-nilai kultural
masyarakat. Termasuk yang secara historis telah melekat dalam persepsi kaum ibu
sendiri.
Kedua, perubahan persepsi dikotomis
masyarakat kita tentang pekerjaan. Polarisasi atas dasar jenis kelamin (gender)
di lingkungan pekerjaan dan profesi umumnya tidak populer. Tuntutan dan logika
kemajuan zaman menyebabkan proses rekrutmen, promosi dan pengangkatan dalam
profesi, sekarang ini lebih berorientasi pada kualitatif.
Ketiga, kemajuan teknologi termasuk
faktor dominan bagi meluasnya peluang dan kesempatan kaum ibu. Tidak bisa
dipungkiri kemajuan teknologi ke rumah tanggaan, teknologi perkantoran, Telkom,
dan transformasi semakin memperlancar proses kehidupan sosial.
Sampai pada tahun 70-an, usia produktif
wanita di Indonesia, terutama di daerah pedesaan, umumnya habis dimanfaatkan
untuk melahirkan dan mengasuh anak. Kini teknologi kontrasepsi, adanya Gerakan
KB Nasional, ditambah kesadaran untuk lebih mementingkan kualitas hidup,
pasangan usia subur (PUS) bisa mengatur jarak kehamilan. Kehamilan dapat
dideteksi, jabang bayi dalam kandungan dapat dijaga serta proses melahirkan
lebih nyaman dan aman.
Keempat, sebagai resultansi dari faktor
di atas, ialah meluas dan melebarnya perbandingan masyarakat, khususnya kaum
ibu. Termasuk ukuran-ukuran keberhasilan, kemajuan dan penghargaan. Ukuran
masyarakat tentang status sosial, kini tidak lagi sekedar mengacu pada latar
belakang asal usul. Siapapun yang mampu melahirkan kerja-kerja prestatif untuk
kemaslahatan lingkungan masyarakatnya, dialah cenderung yang paling dihargai.
3. Kecerdasan
dan Kepekaan.
Dalam kaitan peran dan tanggungjawab
membentuk keluarga sejahtera, manajemen rumah tangga tidak boleh kaku dan
tertutup. Kita harus elastis dan mau membuka diri dari kemungkinan masuknya
pengaruh positif dari luar. Bahkan dari anak-anak kita, dari murid-murid kita
atau tetangga kita. Kitapun perlu memfasilitasi anggota keluarga.
Kepekaan kaum bapakpun perlu
diperlihatkan melalui support, misalnya jika wanita atau isteri dalam suatu
keluarga mampu, mau, dan berbahagia bekerja di luar rumah, mestinya mereka
mendapat dukungan. Jika kondisi keluarga mengharuskan lebih banyak mengurus
keperluan anak-anak, mengelola kebutuhan keluarga sesungguhnya itu adalah karir
dan sikap wanita modern. Pilihan dan kesempatan tersebut patut disyukuri karena
akan menempatkan posisi kaum ibu pada derajat yang tinggi.
Kita harus memahami apa yang paling
dibutuhkan seluruh anggota keluarga. Bahkan kita harus mengerti potensi dan
karakter anak-anak kita, agar proses sosialisasinya tidak salah kaprah.
Kecerdasan dan kepekaan kaum ibu di sini bukan hanya bagi diri sendiri, tetapi
juga bagi keharmonisan keluarga dan kemajuan masyarakat.
Kecerdasan dan kepekaan juga diperlukan
untuk menjalankan dan mengefektifkan delapan fungsi keluarga yaitu: fungsi
keagamaan, fungsi cinta kasih, fungsi reproduksi, fungsi perlindungan, fungsi
social budaya, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi
pelestarian lingkungan.
Delapan fungsi keluarga merupakan esensi
berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semakin jelas bahwa peran
ibu dalam membentuk keluarga sejahtera, bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri.
Peran dan tanggungjawab tersebut adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
peran dan tanggungjawab kaum bapak, keluarga, masyarakat, dan pemerintah. (Penulis
adalah Ajun PKB pada BKKBN Kabupaten Bogor/H.Nur).
Peran
dan Fungsi Ibu dalam Mendidik Anak-Anaknya
Peran
dan fungsi ibu
adalah sebagai “tiang rumah tangga” amatlah penting bagi terselenggaranya rumah
tangga yang sakinah yaitu keluarga yang sehat dan bahagia, karena di atas yang
mengatur, membuat rumah tangga menjadi surga bagi anggota keluarga, menjadi
mitra sejajar yang saling menyayangi bagi suaminya. Untuk mencapai ketentraman
dan kebahagian dalam keluarga dibutuhkan isteri yang shaleh, yang dapat menjaga
suami dan anak-anaknya, serta dapat mengatur keadaan rumah sehingga tempat
rapih, menyenangkan, memikat hati seluruh anggota keluarga.
Menurut Baqir Sharif al-Qarashi
(2003 : 64), bahwa para ibu merupakan sekolah-sekolah paling utama dalam
pembentukan kepribadian anak, serta saran, untuk memenuhi mereka dengan
berbagai sifat mulia, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW. yang artinya: “Surga
di bawah telapak kaki ibu”, menggambarkan tanggung jawab ibu terhadap masa
depan anaknya. (Zakiyah Daradjat, 1995 : 50)Dari segi kejiwaan dan
kependidikan, sabda Nabi di atas ditunjukan kepada para orang tua khususnya
para ibu, harus bekerja keras mendidik anak dan mengawasi tingkah laku mereka
dengan menanamkan dalam benak mereka berbagai perilaku terpuji serta
tujuan-tujuan mulia, adapun tugas-tugas para ibu mendidik anak-anaknya yaitu :
a. Para ibu harus membiasakan
perbuatan-perbuatan terpuji pada anak,
b. Para ibu harus memperingatkan
anak-anak mereka akan segala kejahatan dan kebiasaan buruk, perilaku yang tidak
sesuai dengan kebiasaan sosial dan agama,
c. Para ibu harus memiliki kesucian dan
moralitas sebagai jalan pendidikan untuk putra-putri mereka,
d. Para ibu jangan berlebihan dalam
memanjakan anak,
e. Para ibu harus menanamkan pada anak
rasa hormat pada ayah mereka,
f. Para ibu jangan pernah menentang
suami, sebab akan menciptakan aspek kebencian dengan kedengkian satu sama lain,
g. Para ibu harus memberi tahukan pada
kepala keluarga setiap penyelewengan tingkah laku anak-anak mereka,
h. Para ibu harus melindungi anak dari
hal-hal buruk menggoda serta dorongan-dorongan perilaku anti sosial,
i.
Para ibu harus menghilangkan segala ajaran atau metode yang
dapat mencederai kesucian serta kemurnian atau meruntuhkan moral dan etika
seperti buku-buku porno novel,
j.
Para ibu harus memelihara kesucian dan perilaku terpuji.
(Baqir Sharif al-Qarashi, 2003: 66)
Para
ibu bertanggungjawab menyusun wilayah-wilayah mental serta sosial dalam
pencapaian kesempurnaan serta pertumbuhan anak yang benar. Sejumlah kegagalan
yang terjadi diakibatkan oleh pemisahan wanita dari fungsi-fungsi dasar mereka.
Ibu-ibu
yang sering berada di luar rumah yang hanya menyisakan sedikit waktu untuk
suami serta anak-anak telah menghilangkan kebahagian anak, menghalangi anak
dari merasakan nikmatnya kasih sayang ibu, sebab mereka menjalankan berbagai
pekerjaan di luar serta meninggalkan anak disebagian besar waktunya.
Ekspresi
Cinta Untuk Ibu
Pengorbanan dan kasih saying seorang ibu yang diberikan
pada anak-anaknya secara logis mustahil kita dapat membalas pengorbanan seorang
ibu dengan nilai-nilai materi. Lantas bagaimana upaya yang kita lakukan untuk
dapat sedikit membalas pengorbanan dan perjuangan Ibu? Berikut ini beberapa
cara yang dapat kita lakukan untuk membalas kasih saying Ibu meskipun tak akan
pernah bisa menyamai dengan kasih sayang yang telah diberikan ibu kepada kita.
1. Ekspresikan
Sayang dengan Ketaatan
Siapapun akan senang apabila kita
mendengarkan dan mematuhi perintah, termasuk ibu. Ikutilah dan taatilah semua
perintah yang baik dari ibu. Jangan sekali-sekali membantah meskipun hanya
dengan sahutan kata “ah”. Jika kita merasa sulit untuk menerima perintah dari ibu,
tolaklah dengan cara yang baik.
2. Sesekali
Berilah Kejutan
Ada banyak cara dan momen untuk member kejutan
untuk ibu. Diantaranya dengan memberi ibu hadiah hal-hal yang beliau sukai,
bisa berupa benda maupun makanan. Misalnya pada saat perayaan ulang tahun ibu
atau pada Hari Ibu.
3. Kasih
Sayang Penuh Sebelum Kita Menikah
Setiap orang pasti bercita-cita untuk
menikah. Ibu akan sangat-sangat bersedih melepas anaknya ketika dia telah
menikah. Oleh karena itu bagi kita yang belum menikah, berilah kasih sayang
sepenuhnya kepada Ibu di masa-masa ini. Kasih saying ibu telah mengantarkan
kita hingga menghirup udara kebahagiaan di muka bumi. (AnneAhira.com)
Dari
uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa Hari Ibu di Indonesia berawal dari perjuangan para pahlawan-pahlawan
perempuan pendiri bangsa. Organisasi-organisasi perempuan itu mengawalinya
dengan mengadakan kongres yang pertama yang dikenal dengan (KOWANI) pada
tanggal 22 Desember 1928. Dan Kemudian, disahkan oleh Presiden Soekarno melalui
Dekrit Presiden.
Terkait
dengan sejarahnya, seharusnya Hari Ibu dimaknai dengan mengambil semangat para
pahlawan-pahlawan perempuan yang memperjuangkan hak-hak perempuan. Pada saat
ini, Hari Ibu diperingati dengan memperlakukan ibu secara istimewa dari hari
biasanya. Perlakuan itu dilakukan tidak hanya pada Hari Ibu saja, tetapi juga
di hari-hari biasanya.
Ibu
mempunyai peran penting di dalam menyejahterakan keluarga serta peran mendidik
anak. Peran di dalam menyejahterakan keluarga meliputi tanggungjawab, tingkat
pendidikan, serta kecerdasan dan kepekaan. Sedangkan peran ibu dalam mendidik
anak meliputi para
ibu harus membiasakan perbuatan-perbuatan terpuji pada anak, harus
memperingatkan anak-anak akan segala kejahatan dan kebiasaan buruk, jangan
berlebihan dalam memanjakan anak, melindungi anak dari hal-hal buruk menggoda
serta dorongan-dorongan perilaku anti sosial, harus menanamkan pada anak rasa
hormat pada ayah mereka, memelihara kesucian dan perilaku terpuji, harus
menghilangkan segala ajaran atau metode yang dapat mencederai kesucian serta
kemurnian atau meruntuhkan moral dan etika.
Ekspresi cinta yang dapat kita
berikan kepada ibu sebagai ungkapan rasa sayang serta balasan dari kasih sayang
yang diberikan oleh ibu antara lain mendengarkan dan menaati perintah yang baik
dari ibu, memberikan kejutan berupa hadiah untuk ibu pada momen ulang tahun ibu
atau di hari ibu, memberikan kasih sayang penuh kepada ibu sebelum kita
menikah.