NANO-NANO PESTA RAYA PERGANTIAN TAHUN
Oleh :
Inda Wuliyani, Luluk Ernawati
Dibenak
anda pasti terbentang berbagai pertanyaan tentang segala hal yang berkaitan
tentang perayaan tahun baru. Tahun baru beserta perayaannya seperti permen
nano-nano, banyak hal dan rasa yang ditimbulkannya. Namun, sebenarnya apa yang
dimaksud tahun baru dan segala perayaannya itu?, apa arti dan makna dari tahun
baru itu sendiri?. Apakah tahun baru merupakan sesuatu yang mempunyai peran
penting dengan memberikan manfaat atau faedah dalam kehidupan masyarakat?
ataukah sebaliknya, lebih banyak kerugian yang ditimbulkannya. Itu merupakan
beberapa perihal yang akan diulas dalam artikel ini. Namun, sebelum menginjak
lebih jauh lagi seperti perihal di atas dan sub topik-sub topik yang lainnya,
akan lebih dahulu dibahas tentang awal mula adanya (sejarah) tahun baru (1
Januari/masehi).
Sejarah
tahun baru masehi (1 Januari)
Tahun
baru, dalam hal ini tahun baru 1 Januari atau masehi pertama kali
dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM. Hal ini terjadi tidak lama setelah
Julius Caesar seorang kebangsaan Roma dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia
memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan
sejak abad ketujuh SM menjadi kalender baru, yang dikenal dengan Kalender Gregorian.
Dalam
mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli
astronomi dari Iskandariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat
dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang
Mesir. Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat
hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM
dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu
hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari
penyimpangan dalam kalender baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di
tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius
atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius
Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus dan sebagainya. (Drs. F.D.
Wellem, M.Th, Kamus Sejarah Gereja:84)
Dari kutipan tersebut anda dapat menambah pengetahuan
dalam memori yang tersimpan dari pikiran anda tentang munculnya istilah tahun
baru. Dalam ulas tentang sejarah di atas, disebut kata tahun baru
beberapa kali, anda pasti bertanya-tanya apa yang dimaksud tahun baru itu?, dan
makna yang terkandung di dalamnya sebenarnya apa?. Tak perlu bingung
selanjutnya akan dibahas tentang pengertian dan makna dari tahun baru.
Pengertian dan makna
dari tahun baru
Tahun
baru adalah suatu perayaan di mana suatu budaya merayakan berakhirnya masa satu tahun dan
menandai dimulainya hitungan tahun selanjutnya. (http//id.wikipedia.org/wiki/Tahun_baru)
Dari sumber wikipedia tersebut dapat
dianalisa dan disimpulkan tentang pengertian tahun baru. Tahun baru merupakan
suatu peristiwa atau kegiatan yang dilakukan untuk merayakan berakhirnya masa
satu tahun yang telah dilewati dan menandai dimulainya hitungan tahun
selanjutnya, yang telah menjadi budaya bagi suatu negara dalam memperingatinya.
Pastinya anda sudah mengetahui perayaan tahun baru telah menjadi kebudayaan di
seluruh dunia termasuk di bangsa kita sendiri, Indonesia.
Setelah mengetahui
tentang pengertian tahun baru, selanjutnya akan dibahas mengenai makna dari
tahun itu sendiri. Ada beberapa kutipan yang berhubungan dengan makna yang
terkandung dari tahun baru. Seperti kutipan pertama yang mengatakan bahwa tahun
baru memiliki sejuta makna: ada luapan gembira, perasaan duka, juga ada yang
memaknai biasa-biasa. Ini semua, tergantung setiap individu yang memaknainya.
Kutipan kedua
beranggapan bahwa makna tahun baru bagi sebagian orang adalah adanya perubahan.
Karena memang manusia suka perubahan. Manusia itu baru dan sangat suka
pembaharuan. Sehingga karena itu maka manusia merayakannya denga penuh
antusias, penuh optimisme dan penuh semangat di dalam menjalankan hidup. Hidup
itu perlu perubahan, perlu inovasi dan perlu variasi. Monoton di dalam
aktivitas hidup kadang membuat kita bosan dan akhirnya mematikan semangat di
dalam beraktivitas sehari-hari. Maka dari itulah maka segala aktivitas di dunia
diliburkan karena menyambut Tahun baru.
Kedua kutipan di atas
akan memberikan referensi kepada anda untuk memaknai tahun baru. Yang pasti
adalah usia bertambah dan dari sisi yang lain waktu untuk menikamati dunia akan
semakin berkurang. Tanggal 1 Januari menjadi momen khusus dalam memaknai
pergantian tahun masehi, yakni dianggap sebagai waktu berharga untuk
dilewatkan, karena hanya terjadi setahun sekali. Pada saat itu masyarakat
diributkan dengan rangkaian penyambutan dengan warna-warni tersendiri, sesuai
dengan masing-masing individu. Khususnya bagi kalangan anak-anak, remaja maupun
orang dewasa. Dipersiapkan beragam perlengkapan dengan balutan warna penuh
kemegahan, saling mengucapkan selamat merayakan, sampai ada acara khusus
laksana pesta massal. Lebih hebat dari acara pernikahan atau peringatah hari
besar lainnya. Pengharapan dan doa agar bisa lebih baik dari tahun sebelumnya
menjadi senjata pamungkas dalam memohon kepada Tuhan, padahal setiap harinya
harus lebih baik dari hari sebelumnya, atau kalau tidak demikian maka dianggap
sebagai manusia yang merugi. Jika makna tahun baru adalah suatu wujud dalam
mengungkapkan perbaikan untuk masa yang akan datang, maka bisa dilakukan dengan
acara dan ritual yang sesederhana mungkin, tidak justru mengumbar uang untuk
dihabiskan demi terciptanya suasana yang penuh kemeriahan. Makna tahun baru
seperti ini merupakan kedok cermin dari prilaku konsumtif dari setiap individu
yang merayakannya, yakni membeli dan menyediakan barang-barang yang akhirnya
menjadi seonggok sampah tidak berguna. Belum lagi peningkatan konsumsi bahan
bakar kendaraan yang pastinya akan meningkat, serta tingginya angka polusi
udara tidak bisa dihindarkan, akibat dari gemarnya konvoi atau keliling seperti
gasing di tengah kota. Nah, bila kondisi di atas terjadi terus dalam setiap
tahunnya, apakah bisa dikatakan suatu prilaku yang mengalami perubahan lebih
baik? Anda pasti bisa menerka jawabannya.
Semenjak tercetusnya istilah tahun
baru, bagai cahaya kilat, begitu cepat istilah tahun baru itu melanda dan
berkembang di masyarakat. Selanjutnya akan diulas mengenai perkembangan tahun
baru di dunia.
Perkembangan tahun baru
di dunia
Istilah tahun baru
semakin berkembang di dunia. Hal ini dikarenkan Julius Caesar merupakan orang
yang berpengaruh pada zamannya, sehingga istilah tahun baru 1 Januari dalam
sekejap telah beredar di berbagai negara. Namun, ada juga negara yang masih
tetap mempertahankan kepercayaan mereka sendiri-sendiri seperti kebanyakan
negara-negara Eropa. Mereka menggunakan tanggal 25 Maret, hari raya umat
Kristen yang disebut Hari Kenaikan Tuhan, sebagai awal tahun yang baru. Hingga
akhirnya tahun 1600, kebanyakan negara-negara Barat telah menggunakan sistem
penanggalan yang telah direvisi, yang disebut kalender Gregorian, Kalender yang
hingga kini digunakan itu menggunakan 1 Januari kembali sebagai Hari Tahun
Baru. Inggris dan koloni-koloninya di Amerika Serikat ikut menggunakan sistem
penanggalan tersebut pada tahun 1752. Kebanyakan orang memperingati tahun baru
pada tanggal yang ditentukan oleh agama mereka seperti kaum umat yahudi. Tahun
baru umat Yahudi, Rosh Hashanah, dirayakan pada bulan September atau awal
Oktober. Umat Hindu merayakannya pada tanggal-tanggal tertentu. Umat Islam
menggunakan sistem penanggalan yang terdiri dari 354 hari setiap tahunnya.
Karena itu, tahun baru mereka jatuh pada tanggal yang berbeda-beda pada
kalender Gregorian tiap tahunnya. . (Drs. F.D. Wellem, M.Th, Kamus Sejarah Gereja:85)
Itulah proses
berkembangnya tahun baru di dunia, bagaimana dengan Indonesia ?, Bagaimana
tahun baru bisa melanda semua masyarakat Indonesia?.
Perkembangan tahun baru
di Indonesia
Istilah tahun baru mulai dikenal di Indonesia dikarenakan
Indonesia mengadopsi kalender Gregorian, sama seperti mayoritas negara-negara
di dunia. (Arif Hikmah, 2011)
Dari kutipan diatas tanpa disadari , masyarakat Indonesia
merayakan tahun baru lebih dari satu kali kecuali penganut Kristen dikarenakan
Kalender modern yang sedang berkembang saat ini adalah kalender yang berdasarkan
kalender Gregorian. Seperti yang diketahui perkembangan kalender Gregorian
tidak lepas dari perkembangan agama Kristen. Masyarakat Indonesia kususnya
masyarakat Islam, Hindu dan Budha merayakan tahun baru
lebih dari sekali dalam setahun,. Mayarakat Indonesia yang mayoritas
penduduknya beragama Islam merayakan tahun baru hijriyah dan tahun baru
nasional. Masyarakat Hindu merayakan tahun baru saka dan tahun baru nasional, demikian
juga dengan masyarkat yang beragama Budha, merayakan tahun baru waisak dan
tahun baru masehi pada tanggal 1 Januari. Dengan demikian sedikitnya masyarakat
Indonesia merayakan tahun baru 2 kali dalam setahun. Hanya saja tahun baru yang
paling meriah dirayakan adalah tahun baru masehi yang merupakan bagian dari
ajaran Kristen. Padahal seperti yang diulas di atas banyak dari massyarakat
Indonesia beragama Islam, sangat disayangkan. Walaupun demikian, perayaan tahun
baru masehi tetap saja dilakukan oleh kebanyakan masyarakat Indonesia.
Kemeriahan perayaan tahun baru nasional ini mengalahkan kemeriahan saat
merayakan tahun baru agama, yang seharusnya lebih meriah.
Perayaan Tahun baru di
Indonesia
Berbagai kegiataan selebrasi atau
perayaan dilakukan oleh warga dunia termasuk Indonesia. Pada malam pergantian
tahun, sudah pasti kita mengaitkannya
dengan petasan dan kembang api. Tidak ada petasan dan kembang api, tidak ada
kemeriahan tahun baru. Selain itu, terompet merupakan alat pamungkas yang tidak
boleh terlupakan. Masyarakat berbondong bondong menghabiskan uang mereka untuk
membeli keperluan itu semua untuk menyambut pergantian tahun baru. Menghabiskan
malam pergantian tahun dengan menyalakan kembang api dan petasan serta
meniupkan terompet telah menjadi tradisi tersendiri yang dibuat oleh masyarakat
Indonesia, tentunya harus dilakukan. Selain melakukan hal di atas, biasanya
masyarakat Indonesia merayakan tahun baru dengan berkumpul bersama dengan orang
terkasih untuk memperingati malam istimewa itu (bagi sebagian masyarakat) baik
itu keluarga, pasangan ataupun teman. Bisa pergi ke tempat yang dianggap
mempunyai kesan meriah seperti restauran dan kafe ataupun pergi ke tempat
wisata yang memuat wahana-wahana yang mengagumkan. Namun, ada juga yang hanya
berkumpul di suatu tempat, rumah atau vila lalu menghabiskan waktu bersama
dengan membakar jagung dan makanan lainnya diselai dengan canda gurau khas
keluarga maupun orang terkasih lainnya. Ada pula yang menghabiskan malam
pergantian tahun dengan mengadakan konvoi mengarungi jalanan malam. Berbagai
kegiatan tersebut tidak berlaku bagi masyarakat yang memandang malam tahun baru
merupakan malam yang tepat sebagai malam perenungan. Masyarakat yang seperti
ini akan menghabiskan malam pergantian tahun dengan mendekatkan diri pada Sang
Penguasa jagad raya dan melakukan intropeksi dan refItulah refleksi apa saja
yang telah dilakukan pada tahun kemarin. Namun, seperti yang diketahui jenis
masyarakat yang seperti ini sangatlah minim bila dibandingakan dengan yang
merayakannya secara meriah dan hura-hura. Itulah berbagai kegiatan menyambut
dan meranyakan tahun baru secara umum yang menjadi tradisi khas Indonesia.
Bagaimana dengan negara-negara lain?, apakah sama dengan kegiatan perayaan di
Indonesia atau jauh berbeda ?. Dalam
artikel ini, akan diulas tradisi beberapa negara dalam merayakan tahun
baru masehi.
Perayaan tahun baru di
berbagai negara
Berikut
adalah berbagai kegiatan perayaan tahun baru di beberapa negara di dunia.
Bangsa Cina merayakan
tahun baru mereka pada malam bulan baru pada musim dingin (antara akhir Januari
hingga awal Februari) atau jika memakai kalender Gregorian tahun baru ini
terletak antara 21 Januari hingga 20 Februari. Mereka menyebutnya dengan nama
Imlek. Perayaan ini dimulai di hari ke-1 bulan pertama (zh?ng yuè) di
penanggalan Tionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh di tanggal ke-15 (pada saat
bulan purnama). Malam Tahun Baru Imlek dikenal sebagai Chúx? yang berarti
“malam pergantian tahun”. Di Tiongkok, adat dan tradisi wilayah yang berkaitan
dengan perayaan Tahun Baru Cina sangat beragam. Namun secara umum berisi
perjamuan makan malam pada malam Tahun Baru, serta penyulutan kembang api.
Lampion merah digantung selama perayaan Tahun Baru Imlek sebagai makna
keberuntungan. Selama perayaan tahun baru orang-orang memberi selamat satu sama
lain dengan kalimat: “G?ngx? f?cái” yang artinya “selamat dan semoga banyak
rejeki”. Masyarakat
Brazil mengenal sosok, Lemanja, dewa laut dalam legenda
negara ini. Setiap malam tahun baru, masyarakat Brazil menyelenggarakan ritual
untuk menghormati Lemanja. Di tengah malam pergantian tahun itu, dengan
mengenakan baju putih bersih, masyarakat Brazil berbondong-bondong menuju
pantai. Mereka menaburkan bunga di laut, mengubur mangga, pepaya dan semangka
di pasir pantai sebagai tanda penghormatan mereka terhadap sang dewa. Berbeda
dengan bangsa brazil, bangsa jerman
menganut sebuah kepercayaan, jika mereka makan sisa hidangan pesta perayaan New
Year’s Eve di tanggal 1 Januari, mereka tidak akan mengalami kekurangan pangan
selama setahun penuh. Di Berlin, makanan klasik yang biasa disajikan di hari
istimewa ini ialah ikan mas. Hal yang unik, duri ikan mas tersebut akan
dibagikan pada para tamu untuk dibawa pulang sebagai good luck charm. Di
Naples, salah satu kota di Italia ada
suatu kebiasaan untuk melemparkan barang-barang yang sudah usang atau tidak
terpakai lagi ke luar jendela tepat pada pukul 24:00 di tanggal 1 Januari.
Ketika jam berdentang pada tengah malam tepat tanggal 31 Desember, orang-orang Spanyol
biasanya makan anggur dan berdoa. Jumlah anggur yang dimakan hanya 12
biji, dengan maksud untuk 12 harapan pada setiap 12 bulan di tahun yang baru.
Setiap tahun baru, orang Jepang akan
menikmati makanan yang terdiri dari tiga jenis makanan awetan yaitu telur ikan,
sebagai simbol kemakmuran; ikan sardin asap biasa disebut tatsukuri, yang
berarti tanah yang subur; dan manisan tumbuhan laut yang merupakan simbol
perayaan. Sedangkan orang Korea
mempunyai sapaan akrab di setiap tahun baru “Sudahkah Anda makan Thuck-Gook?”.
Menurut kepercayaan orang Korea, apabila pada malam pergantian tahun menyantap
kaldu daging sapi dengan potongan telur dadar dan kerupuk nasi atau thuck gook,
maka mereka tidak akan bertambah tua tahun itu. (http://gugling.com/2008/12/26/perayaan
tahun baru di dunia/)
Itulah tradisi perayaan
tahun baru di beberapa negara di dunia. Anda dapat mengetahui apakah tradisi
itu sama dengan tradisi di Indonesia. Ada sebagian negara yang merayakan tahun
baru seperti yang dilakukan di Indonesia. Namun, ada juga yang mempunyai
tradisi yang berbeda, tetapi tidak kalah uniknya. Selain berdasarkan wilayah
negara yang membedakan perayaan tahun baru Indonesia dengan negara lain, di
Indonesia juga terdapat perbedaan sendiri. Perbedaan semacam apakah itu?.
Itulah yang akan dibahas selanjutnya. Lebih konsentrasi ya.
Perbedaan kegiatan dalam rangka perayaan tahun baru
berdasarkan waktu (pada saat dahulu dan
sekarang) dan tempat (di desa dan di kota)
Di
Indonesia, Perayaan tahun baru yang dilakukan oleh masyarakat yang satu dengan
yang lain pastilah berbeda, baik dari segi waktu yaitu pada masa lampau dan
masa sekarang ataupun dari segi tempat yakni di desa dan di kota. Seperti yang
kita ketahui pada masa lampau tahun baru hanya diperingati dengan acara doa,
berkumpul bersama menghabiskan malam pergantian tahun. Hal ini masih dapat
ditemukan di perayaan tahun baru yang dilakukan di desa pada umumnya. Mereka
biasanya berkumpul di rumah kerabat, teman atau keluarga tetapi masyarakat kota
lebih menonjol merayakan malam pergantian tahun di lapangan yang luas ataupun
tempat-tempat yang megah dan meriah bahkan kegiatan ini seering diliput oleh
stasiun televisi untuk disiarkan secara langsung. Perayaan di kota inilah yang menunjukan
adanya perkembangan yang sangat dratis dari perayaan tahun baru pada masa
lampau dengan perayaan tahun baru pada masa sekarang. Perayaan tahun baru pada
masa sekarang juga ditandai dengan munculnya petasan, kembang api maupun
terompet yang merupakan seperangkat alat pemeriah malam pergantian tahun. Pada
zaman dahulu masyarakat tidak memerlukan seperangkat alat pemeriah tersebut
karena dianggap sebagai pemborosan semata. Anda dapat menerka alasan itu benar
atau tidak. Perayaan tahun baru pada masa sekarang, seperti yang telah diulas,
lebih mengacu ke negara-negara Eropa yang pasti anda mengetahui bahwa mayoritas penduduknya beragama
kristiani. Hal ini membuat para ulama di Indonesia menjadi geram. Dari sudut kacamata
islam mereka beranggapan bahwa tahun baru telah meracuni masyarakat Indonesia
yang mayoritas beragama Islam untuk bersikap murtad. Lebih jelasnya akan
dibahas di ulasan selanjutnya.
Pandangan Islam
terhadap tahun baru
Perayaan
tahun baru pada masa sekarang ini dapat di sebut perayaan tahun baru orang
barat, karena perayaan tahun seperti ini telah mengadobsi tata cara perayaan
tahun baru yang biasa dilakukan oleh masyarakat negara-negara barat yang
kebanyakan beragama kristiani. Hal ini memunculkan berbagai pandangan,
khususnya Indonesia yang mayoritas masyarakatnya adalah penganut agama islam.
Berbagai pandangan dan pendapat tersebar di kalangan masyarakat Indonesia. Ada
yang mengharamkan ada juga yang menghalalkan kegiatan perayaan tahun baru ala
kebarat-baratan itu.
Kebanyakan
orang yang mengharamkan kegiatan perayaan ini karena ditopang beberapa alasan,
seperti perayaan
malam tahun baru pada hakikatnya adalah ritual peribadatan para pemeluk agama
bangsa-bangsa di Eropa, baik yang Nasrani atau pun agama lainnya dan itu tidak
pantas dan haram untuk dilakukan oleh umat islam. Meski barangkali ada yang
berpendapat bahwa perayaan malam tahun tergantung niatnya, namun paling tidak
seorang muslim yang merayakan datangnya malam tahun baru itu sudah menyerupai
ibadah orang kafir. Seperti yang diketahui menyerupai orang kafir itupun sudah
haram hukumnya. Selain itu, Perayaan tahun baru ala barat ini dianggap
mempunyai banyak kerugian bila dipandang dari kacamata islam. Kegiatan ini
banyak membuka pintu terjadinya bermacam-macam dosa seperti tertawa
terbahak-bahak, minum minuman beralkohol, berzina dan bersikap sangat boros
hanya demi kesenangan semata. Bahkan bergadang semalam suntuk menghabiskan
waktu dengan sia-sia. Padahal Allah SWT telah menjadikan malam untuk beristirahat,
bukan untuk tidak tidur sepanjang malam tanpa manfaat yang jelas. Maka
mengharamkan perayaan malam tahun baru buat umat Islam adalah upaya untuk
mencegah dan melindungi umat Islam dari pengaruh buruk yang lazim dikerjakan
para orang kafir. (Eza reza,2011)
Seperti yang diungkap di atas, selain ada yang
mengharamkan ada pula yang menghalalkan perayaan tahun baru ala barat ini.
Walaupun dinggap meniru atau mengadobsi tata cara orang barat, tidak berarti
menjadi orang barat. Itu tergantung niat menjalaninya. Apabila dirasa masih di
wilayah atau zona tidak melanggar aturan agama, kegiatan itu sah-sah saja
dilakukan. Seperti, hanya membeli petasan, kembang api maupun terompet sebagai
pemeriah seperlunya saja, tidak terlalu banyak dan berlebihan. Sehingga
masyarakat tidak menghamburkan uang dengan percuma. Bersikap konsumtif bila
pada skala normal terkadang harus dilakukan. Hal itu dilakukan untuk mengurangi
ketegangan yang terjadi dalam kehidupan, baik secara fisik maupun batin. Maka,
tergatung bagaimana cara “merayakan” tahun baru ini misalnya dengan cara
menginstropeksi diri pada saat malam tahun baru, apa apa saja yang telah dilakukan pada tahun lalu, kesalahan apa saja
yang diperbuat harus diperbaiki di tahun selanjutnya. Itulah pendapat dan pandangan islam mengenai
tahun baru yang disebut mencontoh negara-negara barat penganut agama non
muslim. Layaknya sebuah pernyataan, ada yang pro maupun kontra. Kegiatan tahun
baru ini juga menjadi kontroversi hingga sekarang. Oleh karena itu, sebagai
generasi muda sudah sepantasnya dapat memilah milih mana yang baik dan mana
yang buruk untuk dilakukan. Apabila hal itu mendatangkan kesenangan dan manfaat
maka dapat dilakukan apabila sebaliknya janganlah melakukannya, walaupun hanya
sekedar coba-coba saja. Nah, apakah tahun baru ini mendatangkan manfaat atau
berdampak positif bagi yang merayakan ataukah hanya mendatangkan kerugian atau
berdampak negatif saja? Selanjutnya akan dibahas mengenai dampak dari tahun
baru bagi masyarakat.
Dampak tahun baru bagi
masyarakat
Setiap hal di dunia
mempunyai dua sisi, baik positif maupun negatif, begitu juga tahun baru. Tahun
baru bagi masyarakat memiliki dampak positif dan negatifnya. Sebelum
memapaparkan dampak negatif, akan terlebih dulu dipaparkan mengenai dampak
positif dari tahun baru.
Dampak positifnya :
1.
Bisa ngumpul-ngumpul bareng keluarga, sodara, sahabat, temen-temen &
komunitas sambil bakar rumah ikan, ayam, kambing, sapi,dll.
2.
Bisa liat berbagai macam kembang api yang menghiasi langit di malam hari yang
indah :D
3.
Rezeki bagi penjual petasan, kembang api maupun terompet beserta alat pelengkap
perayaan tahun baru. J
4. Rezeki bagi petugas kebersihan J
(http://www.aseps21.com/2012/01/dampak-positif-perayaan-tahunbaru.html)
Berikut adalah 10 dampak
negatif perayaan tahun baru yang
berhasil di himpun oleh blogger berdasarkan hasil pengamatan :
- Pemborosan, dengan pesta yang meriah tentunya banyak biaya yang dikeluarkan misalnya panggung, mercon, kembang api, membayar tiket di tempat-tempat seperti tempat wisata, kafe dan lain-lain.
- Sampah dimana-mana. Akibat sikap yang tidak bertanggung jawab, seperti membuang sampah bekas makanan, minuman, terompet, petasan dan alat pelengkap perayaan tahun baru.
- Ketertiban dan kejahatan, konsentrasi masa di tempat-tempat tertentu sehingga diperlukan pengamanan ekstra ketat ini menjadi pekerjaan tambahan bagi aparat keamanan atau polisi.
- Polusi, atau pencemaran lingkungan terjadi pada udara dengan pembakaran kembang api, termasuk dari knalpot kendaraan bermotor yang menghasilkan karbon dioksida sisa pembakaran bisa menyumbang pemanasan global di tengah-tengah slogan “go green” dan “stop global warming”. Pencemaran lingkungan yang lain adalah sisa dari perayaan pergantian tahun selalu meninggalkan sampah berserakan yang jumlahnya tidak sedikit hal ini telah diuraikan pada pembahasan pada point kedua yang telah mengulas tentang sampah..
- Pergaulan bebas remaja, banyak orang tua yang terlalu membebaskan anaknya dalam pergaulan antar jenis dan sangat mengkhawatirkan.
- Korban kecelakaan, hampir tiap tahun dalam peserta perayaan pergantian tahun, sering terjadi kecelakaan, akibat mercon, kembang api atau lalu lintas yang selalu memakan korban jiwa.
- Mengurangi produktivitas atau etos kerja, akibat begadang semalaman serta terganggunya kesehatan fisik sehingga begadang semalaman tidak cukup diganti tiga malam.
- Bagi Umat Islam Karena begadang semalaman sering kali solat subuh terlambat atau terlewat ini termasuk dosa besar meninggalkan atau melewatkan solat dengan sengaja.
- Perayaan tahun baru banyak yang keliling kota menelusuri jalan sambil meniup teropet menggunakan kendaraan bermotor yang memakai bahan bakar dengan subsidi sehingga menghamburkan anggaran Negara untuk subsidi BBM.
- Gangguan kesehatan bagi pelaku karena kurang tidur, bagi remaja timbul jerawat, sakit pipi bekas tiup terompet, telinga katarak akibat mendengar bising terompet dan ledakan mercon.
Cara
menyikapi perayaan tahun baru masehi
Dari uraian
tentang dampak tahun baru di atas, sebagai manusia yang bijak seharusnya kita
mampu menyikapi hal ini dengan baik. Bagaimana caranya?. Sebagai generasi muda
yang cerdas dan bijak, kita dapat menyeleksi dan menyaring dalam pikiran kita
terlebih dahulu tentang berbagai hal yang berkaitan dengan tahun baru. Baik
manfaat dan kerugiannya, positif dan negatifnya. Setelah itu, kita harus mampu
meminimalisasi kerugian ataupun dampak negatif yang ditimbulkan, lebih baik lagi kalau kita bisa merubahnya
menjadi hal yang bermanfaat bagi diri kita. Jadi dengan begitu, kita dapat
melewati tahun baru dengan tenang tanpa perlu merasa khawatir terhadap kerugian
yang ditimbulkan. Marilah menjadikan momentum perayaan tahun baru sebagai
kegiatan yang positif , yang mendatangkan manfaat dan faedah bagi kehidupan
manusia bukan malah membuat manusia menjadi manusia yang merugi dengan tetap berpegang
pada ajaran agama, norma dan nilai sosial dan peraturan pemerintah yang berlaku
di kehidupan bermasyarakat.
Pustaka
·
(Drs. F.D. Wellem, M.Th, Kamus Sejarah Gereja:84-85) dalam http://imadewira.com/
semarak-natal-tahun-baru/
·
(Eza reza,2011) dalam (http://ezazx.wordpress.com/2011/12/30/pandangan-islam-tentang-perayaan-tahun-baru-masehi/)
·
(http://www.aseps21.com/2012/01/dampak-positif-perayaan
tahun baru.html )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar