IBU MASA DEPAN CERAH UNTUK ANAK
Oleh:
Umi Nurhasanah, Aditya
Roli Putra
Peran
Ibu dalam Pendidikan Anak
Makna Hari Ibu
Menurut Cantikalayanti (2011:12)makna hari Ibu
adalah hari peringatan atau perayaan terhadap peran seorang ibu dalam
keluarganya baik untuk suami, anak-anak, maupun lingkungan sosialnya. Ibu
adalah Pahlawan tanpa tanda jasa. Beliau telah melahirkan kita dari alam
kandungan hingga ke dunia. Ibu menjadi peran utama dalam keluarga, begitu pula
dalam pendidikan anaknya.Hari Ibu ditetapkan pada tanggal 22 Desember,
ditetapkannya hari Ibu karena begitu besarnya andil seorang Ibu terhadap
pendidikan anaknya, maka ditetapkannya hari Ibu sebagai suatu penghargaan
terhadap jasa seorang Ibu. Peringatan hari Ibu biasanya dilakukan dengan
membebas tugaskan Ibu dari tugas sehari-harinya yang dianggap sebagai
kewajibannya seperti memasak, merawat anak, dll
.
Ibu Peran Utama dan Pertama
Begitu besar peran seorang ibu dalam mendidik
anak-anaknya, maka tidak dapat dipungkiribahwa ibu adalah sekolah yang pertama.
Proses pendidikan yang diberikan oleh seorang ibu sudah dilakukan sejak sang
bayi masih dalam kandungan. Apa yang ibu dengarkan atau bacakan kepada
bayi dalam kandungan, maka hal tersebut akan didengar pula oleh sang bayi(http://kampus.okezone.com/read/2011/07/25/367/483878/peran-menentukan-masa-depan-anak-dan-bangsa).
Selain itu,
emosional dan watak seorang Ibu pun dapat ditularkan melalui perilaku Ibu selama mengandung dan mengasuh.
Hal pertama yang harus diciptakan oleh keluarga terutama oleh seorang Ibu
adalah menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif sehingga kendala
dalam mendidik anak, mengarahkan mereka terhadap ajaran agama, menciptakan
kepribadian yang salih akan lebih mudah, karena ada saling percaya dan ikatan
kasih sayang yang kuat antara Ibu dan anak, dari seluruh pihak keluarga.
Kasih sayang Ibu
tiada tara bandingannya tak terhingga sepanjang masa, benarlah kata pepatah
bahwa kasih sayang anak sepanjang galah, tapi kasih sayang Ibu sepanjang
masa, alangkah mulianya seorang Ibu.
Sungguh besar jasa-jasa beliau yang telah melahirkan kita kedunia, sungguh
besar perjuangannya untuk mengeluarkan bayi dari perutnya. Peluh dan rasa sakit
tak dihiraukannya asalkan bayi dalam perutnya bisa keluar dengan selamat tanpa
cacat sedikitpun,saat sang bayi baru saja menjelma di dunia, saat ia menangis,Ibu
yang masih menahan sakit tak terhingga bukanlah obat yang Ibu minta bukanlah
dirinya yang Ia tanya melainkan "Bagaimana anakku, bagaimana keadaannya,
ia baik-baik sajakan", MasyaAllah Ibu alangkah besar rasa kasih sayang
Ibu, sungguh seorang anak telah durhaka jika melawan kata-kata Ibu.
Ketika anak masih
disuapkan makan oleh Ibu, Ia dengan sabar dan penuh perhatian memberi makan sedikit demi sedikit walau kadang sang
anak menangis karena kurang enak. Dan juga pada saat anak masih kecil ngompol
dan buang air besar di celana, bagaimana responnya. Ia hanya tersenyum dengan
penuh kasih, selalu mengajari anak untuk berbuat baik kepada sesama, selalu
menyuruh untuk menyayangi sesama, sungguh besar kasih sayang Ibu. Dengan kasih
sayang yang Ibu berikan kepada anak, secara tidak langsung anak akan meniru
sifat ibunya sehingga ia akan menerapkan perilaku kasih sayang terhadap orang
lain. Hal ini sangat berdampak positif
kepada anak untuk saling mengasihi dan saling menolong terhadap sesama.
Peran Ibu dalam Pembentuk Kepribadian
Anak
adalah petualang dan pembelajar sejati yang penuh kejujuran dalam
merealisasikan pikiran dan mengekspresikan perasaannya (http://salehlapadi.wordpress.com/2007/02/25/peran-lingkungan-keluarga-dalam-membentuk-kepribadian-anak/).
Ibu tentu ingin membahagiakan anak-anaknya,
melihat mereka tumbuh sehat, cerdas dan sukses dalam kehidupannya. Namun, dalam
praktiknya, keinginan tersebut seringkali menjadi ekspektasi yang berlebihan
bahkan ambisi yang justru bisa menimbulkan masalah bagi proses pembentukan
kepribadiannya.
Dalam prosesnya,
kepribadian terbentuk berdasarkan hasil meniru, baik dari dalam lingkungan
keluarga maupun lingkungan luar. Akan tetapi, faktor internal dalam keluarga
seperti kasih sayang, perhatian, pola asuh, didikan, serta metode pendekatan
dalam membentuk kepribadian juga membangun kecerdasannya memiliki porsi lebih
besar. Di samping itu, kita juga harus menyadari dan memahami adanya faktor
alami seperti bakat dan dorongan minatnya. Karena itu, dalam upaya membentuk
kepribadian dan mendidik anak, serta mengantarkannya menuju kesuksesan ada
beberapa hal berikut yang harus benar-benar dipahami Ibu.
Pertama, hindari
ekspektasi dan ambisi berlebihan dalam mendidik, mengarahkan dan membentuk
kepribadian serta perkembangan anak. Ambisi berlebihan berpengaruh terhadap
pemaksaan kehendak yang seringkali membawa masalah dalam pola asuh, komunikasi,
serta hubungan orang tua dan anak di fase-fase berikutnya. Tidak sedikit anak
yang mengalami stress, frustasi bahkan depresi karena merasa gagal, tidak mampu
memenuhi keinginan orang tua, sehingga mereka banyak yang merasa menjadi
korban ambisi Ibu, objek idealisme yang
kurang realistis, bahkan menjadi target sebuah kepentingan. Hal ini tentu akan
sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan kepribadiannya. Bisa saja ia
akan menjadi pribadi yang kurang percaya diri, pesimis, takut salah, tidak
berani mengambil keputusan.
Kedua, memahami
siklus kompetensi dan pertumbuhan otak anak, sehingga dapat menghargai dan
memperlakukan anak secara adil. Dalam hal ini, Ibu harus memahami tingkat
kemampuan anak dan tingkat kecerdasan anak. Tidak semua anak memiliki
kecerdasan intelektual yang tinggi, tetapi sebagai orang tua kita harus
berupaya menstimulasi pertumbuhan otaknya dan mengoptimalkan kompetensi anak.
Hal ini juga perlu ditunjang dengan keadilan dalam sikap, cara berbicara dan
cara memperlakukan mereka sebagai subjek kehidupan yang akan terus tumbuh dan
berkembang.
Ketiga, memahami
multiple intellegencies anak, sehingga orang tua dapat mengenali dan memahami
bakat juga minat anak untuk kemudian mengarahkannya dengan benar Dengan
memahami hal ini,Ibu dapat mengasah, memupuk dan mengarahkan bakat, serta
menumbuhkan minat anak di bidang tertentu yang bisa menjadi pegangan penting
dalam kehidupannya di masa depan. Tidak sedikit anak-anak yang terlihat biasa
saja dalam kecerdasan kognitifnya, tetapi memiliki bakat tertentu yang justru membuatnya
lebih kreatif dan sukses. Kecerdasan intelektual bukan satu-satunya pembentuk
kecerdasan otak yang penting untuk dikembangkan. Dalam kehidupan nyata
sehari-hari, faktor kecerdasan emosional dan advertisal lebih banyak membantu
membangun kepribadian anak yang lebih matang, lebih siap menghadapi masalah.
Keempat, pahami
konsep ”sekolah unggul” dengan benar, yakni adanya keselarasan pemahaman
prinsip antara metode pendidikan sekolah dengan pola asuh dan didikan di rumah,
sehingga ada kesamaan atau kesesuaian pendekatan antara keduanya. Sekolah dapat
dikatakan sebagai rumah kedua bagi anak. Keunggulan sebuah sekolah tidak hanya
terletak pada kelengkapan fasilitas, tetapi juga keunggulan metode pendidikan
dan penerapannya, adanya harmoni komunikasi dengan pendidikan keluarga, atau
bahkan mampu menginspirasi dan memperbaiki pola-pola yang salah dalam
pendidikan di rumah. Lebih dari semua itu, faktor kenyamanan anak dalam belajar
dan bersekolah menjadi hal yang harus lebih diutamakan karena hal ini akan berpengaruh
terhadap perkembangan pribadi dan mentalitasnya di kemudian hari, meskipun
pendidikan di sekolah hanya sebagai penunjang pendidikan keluarga.
Keempat hal
tersebut, bila kita perhatikan berkaitan dengan pentingnya memahami karakter
anak dalam membentuk dan mengembangkan kepribadian anak. Karakter terletak di
alam bawah sadar yang meliputi memori, self image, personality dan habit.
Keempat faktor pembentuk karakter tersebut sangat membantu pemahaman kita atas
keempat hal di atas. Jika dalam diri anak terdapat banyak memori negatif yang
disertai dengan self image yang buruk seperti memberikan label ‘anak bodoh’,
maka akan membentuk kepribadian yang negatif dan kebiasaan yang buruk pula.
Oleh karena itu, ciptakan suasana yang nyaman, pembiasaan-pembiasaan yang
positif, serta sikap dan perlakuan yang menyenangkan bagi anak agar ia memiliki
kenangan indah dan tumbuh menjadi pribadi yang positif.
Peran
Ibu dalam Menanamkan Kejujuran
Ibu
perlu membiasakan dan menanamkan Sifat kejujuran kepada anak sejak dini. Dalam
menanamkan kejujuran sangat dibutuhkan keteladanan Ibu kepada anaknya. (http://kebunhidayah.wordpress.com/2011/09/13/membiasakan-dan-menanamkan-sifat-kejujuran/).
Namun yang terjadi, tanpa disadari Ibu justru
memposisikan diri sebagai guru dalam hal kebohongan atau ketidakjujuran. Sebuah
sisi yang kini banyak terlalaikan sepanjang perjalanan membimbing seorang anak
adalah kejujuran. Kadang terjadi, seorang Ibu tidak memberikan teguran ketika
melihat si anak berbohong kepada temannya. Terkadang pula Ibu memberikan contoh
buruk kepada si anak dengan berbuat dusta. Bahkan yang lebih parah lagi, Ibu
menyuruh si anak untuk berbohong demi keuntungan atau kesenangan orang tuanya.
Mungkin tak
asing lagi, Ibu yang tidak berkenan menerima seorang tamu yang datang untuk
kepentingan tertentu, untuk berkelit dia berpesan kepada anaknya, “Katakan
saja, ayah dan Ibu sedang tidak ada di rumah.” Sementara dia bersembunyi di
kamar tidurnya. Atau di waktu lain, sang ibu memanggil anaknya pulang bermain,
“Ayo pulang, Nak! Ibu kasih kue nanti di rumah.” Ternyata sepulang bermain, tak
sepotong kue pun diberikan. Juga terkadang Ibu menyuruh si anak melakukan
sesuatu dengan iming-iming hadiah. Namun ketika si anak melaksanakan perintah
orang tuanya, tak sesuatu pun yang didapat, atau bahkan kemarahan semata yang
dihadapi bila si anak menagih janji. Akhirnya, anak belajar berdusta dan ingkar
janji justru dari orang tua mereka sendiri.Inilah sebuah teladan yang
memberikan pelajaran besar bagi anak untuk menanamkan kejujuran dalam dirinya,
walaupun untuk mengakui kesalahan.Begitu pula pada anak, Ibu harus membiasakan
anak-anaknya untuk jujur dalam ucapan, perbuatan maupun dalam penunaian janji,
diiringi dengan upaya untuk menjauhkan anak dari segala kedustaan.
Ibu dalam Pengembangan Intelektual
Anak
Anak juga mempunyai kemampuan intelektual yang harus
dikembangkan. Kemampuan intelektualadalah kemampuan untuk memahami sesuatu (http://www.scribd.com/doc/76881418/50/PERKEMBANGAN-INTELEKTUAL).
Kemampuan ini perlu dilatih dan distimulasi sejak dini agar dapat berkembang
secara optimal. Dalam hal ini Ibu sangat berperan andil dalam perkembangan
pemikiran anak. Untuk mengembangkan intelektual anak, hal-hal yang harus
dilakukan oleh Ibu antara lain :
1.
Memberikan stimulasi positif bagi
pengembangan intelektual anak sesuai dengan tahap pengembangannya.
2.
Mengembangkan daya fikir anak dengan
cara memberikan arahan-arahan yang baik.
3.
Menanamkan konsep positif terhadap apa saja
yang dikenal dan diketahui oleh anak.
4.
Menghindarkan hal-hal yang dapat menghambat
dan merugikan perkembangan
intelektual anak.
Perkembangan
intelektual anak akan berpengaruh terhadap pendidikan anak antara lain:
1. Anak
mampu mengembangkan kemampuan intelektualnya secara lebih baik.
2. Anak memiliki konsep positif terhadap apa saja
yang dikenal dan diketahui.
3. Anak
mampu mengembangkan segenap potensi yang dimiliki sesuai dengan kemampuan yang
ada.
Ibu dalam Pembentukan Moral Anak
Perkembangan Intelektual anak ini
juga berkaitan dengan moral anak.
Perkembangan moral adalah perkembangan perilaku seseorang yang sesuai dengan
kode etik dan standart sosial (http://www.ibudanbalita.com/diskusi/pertanyaan/58433/Meletakkan-Landasan-yang-Kokoh-bagi-Perkembangan-Moral-Anak-)
Andil
Ibu dalam menanamkan nilai-nilai moral anak sangat besar, baik tidaknya tingkah
laku anak tergantung bagaimana Ibu mendidiknya. Sehingga Ibu menjadi sumber
anak membentuk moralnya. Untuk itu moral anak harus ditanamkan sejak dini.
Bentuk-bentuk pendidikan dan layanan yang dapat dilakukan untuk pengembangan
moral anak antara lain:
1. Memberi kesempatan kepada anak untuk
berinteraksi dengan sosial dan belajar apa saja yang diharapkan oleh anggota
kelompok dan masyarakat.
2. Memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan
apa saja yang benar dan yang salah dan kemudian dijelaskan mengapa ini benar
dan mengapa itu salah.
3. Mengembangkan
keinginan anak untuk melakukan hal-hal yang benar.
4. Menumbuhkan
rasa malu dan rasa bersalah bila melanggar norma dan aturan yang berlaku.
Ibu Sebagai Motivator
Dalam
kaitannya dengan pendidikan anak faktor kedekatan Ibu sangat penting untuk
membangun motivasi(http://srabut.com/index.php?page=artikel.view&aid=80).
Pada
kenyataannya ada dua bentuk motivasi, yaitu internal dan eksternal. Motivasi
internal datang dalam diri sendiri. Bila Ibu ingin anak belajar tanpa disuruh,
sangat suka membaca, dan sebagainya, Ibu harus membangun motivasi internal. Ini
dilakukan sejak anak kecil, mulai dari membangun kepercayaan anak terhadap
orangtua (yang nantinya bermuara pada iman kepada Tuhan). Sedangkan eksternal
datang dari luar diri. Artinya ada orang lain atau situasi yang mendorong
seseorang itu melakukan sesuatu, termasuk Ibu. Misalnya, pada saat Ibu memaksa
anaknya untuk mengerjakan PR, dan pada saat itu Ibu tidak ada di sana, si anak
cenderung bermalas-malasan atau mengerjakan hal lain yang dia suka. Dengan kata
lain, motivasi eksternal tergantung pada situasi danmood.
Salah satu motivasi yang
perlu dibangun dalam diri anak adalah keinginan belajar. Sebenarnya potensinya
sudah ada sejak anak masih sangat kecil. Lihat saja, hampir semua bayi di bawah
dua tahun yang kita jumpai pasti menunjukkan tanda-tanda pandai dan mau
belajar. Mereka mau belajar makan sendiri, main bola atau yang lain, belajar
menulis, membantu menyapu, dan sebagainya. Sekarang tergantung pada lingkungan,
apakah orang-orang di sekitarnya membantu dia belajar atau membatasinya.
Seorang ibu tanpa sadar
dapat mematikan semangat belajar anak dengan cara banyak melarang,
menakut-nakuti, menghukum berlebihan, atau memberi respons sangat minimal
terhadap aktivitas mereka. Di sisi lain, Ibu dapat memberikan fasilitas untuk
menumbuhkan semangat belajar anak. Yang dimaksud bukanlah dalam bentuk les
(bagi anak di bawah usia sekolah), melainkan sekadar mengikuti saja prosesnya.
Misalnya kalau anak mau belajar menulis, berikanlah peralatan tulis. Kalau
perlu dinding rumah dilapisi kertas, agar anak dapat memanfaatkannya.
Ibu perlu mempelajari pola belajar anak, terutama
yang berkaitan dengan hal-hal yang diminatinya, Misalnya Moze, di usia 5 tahun
dia masih sulit belajar membaca di kelas. Dia menerima rapor semester pertama
dengan catatan “belum bisa membaca”. Ketika dalam liburan tahun itu dia naik
mobil ke Bali, minat baca Moze muncul lewat banyaknya billboardyang dia lihat
di pinggir jalan. Pulang dari libur, Moze sudah bisa membaca dengan lancar,
termasuk kata-kata yang sulit. Dia masuk sekolah lagi sebagai anak paling baik
membaca di kelas.
Ini adalah faktor
terpenting untuk membangun motivasi internal anak. Prosesnya adalah sebagai
berikut: kedekatan dengan orangtua memberi rasa percaya pada anak. Mereka tahu
orangtuanya bisa diandalkan. Selain itu, ada tempat untuk bertanya maupun
menyalurkan perasaan tidak aman yang mereka dapat dari lingkungan.
Anak-anak yang
dibesarkan dengan rasa aman yang cukup akan memiliki harga diri yang baik. Ini
adalah “modal” anak memasuki dunia remaja. Harga diri yang baik berarti anak
tahu mengukur dirinya dengan tepat. Dia
tidak minder karena tidak bergantung pada penilaian orang lain. Dia punya
identitas diri yang jelas, bukan menjadikan artis sebagai idola.
Kedekatan
dengan Ibu dapat membangun motivasi anak,karena
Pertama, anak-anak
walaupun ada kecenderungan egois (mementingkan kesenangan diri sendiri), akan
mengingat ajaran dan teladan Ibu mereka jika diajak teman melakukan hal-hal
negatif. Misalnya seorang anak yang tidak suka latihan paduan suara tetapi
tetap melakukannya karena ibunya meminta.
“Aku sayang ibuku, Aku
akan berusaha memenuhi semua yang dimintanya.” Kata anak itu. Itu dilakukannya
dengan rela, bukan terpaksa. Dia percaya Ibunya memberikan hal-hal yang baik
untuk dia.
Kedua, kebiasaan baik yang
sudah dibangun di rumah sejak anak kecil tidak mudah dilupakan. Misalnya kalau
anak-anak belajar teratur sejak kecil, ada masanya tidak usah disuruh lagi,
mereka akan melakukannya sendiri. Atau jika di rumah sudah tertanam kebiasaan
membaca, anak-anak secara otomatis akan mencari buku di waktu senggangnya.
Selanjutnya, hubungan
yang baik antara Ibu dan anak akan membangun rasa nyaman dalam diri anak.
Kedekatan dengan Ibu adalah benteng bagi anak, yang akan menjauhkan dia dari
pengaruh buruk dan tekanan teman sebaya. Walaupun teman sebaya adalah hal yang
penting bagi anak, dia akan mencari teman bergaul yang cocok, yang bisa
diterima oleh Ibu.
Menanamkan Sikap Peduli Lingkungan
Pendidikan
yang mengarah kepada peduli dan kasih terhadap lingkungan dan alam, juga sudah
dimulai sejak usia belia (http://jagadkejawen.com/id/budi-pekerti/budi-pekerti).Anak-anak
diberi pengertian untuk tidak bersikap sewenang-wenang kepada binatang dan
tanaman dan juga menjaga kebersihan alam, tidak merusak alam. Misalnya, Ibu
selalu memberi tahu Anaknya yang dirumahnya punya binatang peliharaan seperti
anjing, kucing, burung, untuk selalu merawat nya dengan baik, memberi makan
yang teratur, dijaga kebersihannya, kandangnya juga bersih dan tidak
boleh diperlakukan dengan sewenang-wenang dan justru harus dilindungi dan
dikasihi.
Tanaman dan pepohonan juga harus dirawat dengan
baik, disiram setiap sore, kadang-kadang diberi pupuk, dijaga supaya tumbuh
subur dan sehat dan cantik penampilannya, sehingga enak dipandang. Bumi tempat
manusia berpijak, juga harus dilindungi, diurus yang baik, jangan asal saja
menggali-gali tanah ,kalau memang tidak ada tujuan yang bermanfaat.Sumber air
juga harus dijaga, tidak boleh dikotori. Pada prinsipnya, Ibu harus menanamkan
sikap peduli terhadap lingkungan dengan cara menyarankan dan membiasakan anak
melakukan kegiatan yang berguna bagi lingkungan.
Do’a
Ibu untuk Keberhasilan Anak
Demi tercapainya keberhasilan anak, Seorang
Ibu pasti akan memberikan yang terbaik
unuk anaknya. Disamping itu seorang Ibu pasti akan mendoa’kan anaknya agar
kesuksesan dan keberhasilan menjadi
miliknya. Allah akan merestui jika orang
tua merestui , terutama Ibu, do'a ibu lebih mudah di jawab oleh Allah sungguh
banyak sekali tanda-tanda dan kisah yang menceritakan betapa manusia binasa
karena durhaka kepada Ibunya, maka seorang Ibu rela untuk anaknya. sayangilah
Ibu kita sebelum terlambat, sebelum liang lahat mendekatinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar