TAHUN BARU MASEHI VS TAHUN BARU
HIJJRIAH
Oleh :
Yana
Indra Rokhmana, Dessi Fina Lailil Sujiati
Arti dan Sejarah Tahun Baru Masehi
Apakah tahun baru masehi
itu?Tahun baru masehi adalah
suatu perayaan di mana suatu budaya
merayakan berakhirnya masa satu tahun dan
menandai dimulainya hitungan tahun selanjutnya.Budaya masyarakat yang mempunyai
kalender tahunan semuanya mempunyai perayaan tahun baru. Tahun baru di Indonesia jatuh pada tanggal 1 Januari karena Indonesia mengadopsi kalender
Gregorian, sama seperti
mayoritas negara-negara di dunia. Tahun Baru pertama kali dirayakan pada
tanggal 1 Januari 45 SM.Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai
kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang
telah diciptakan sejak abad ketujuh SM.
Dalam mendesain kalender
baru ini,Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari
Iskandariyah,yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti
revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir.Satu tahun
dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar
menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1
Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari
ditambahkan kepada bulan Februari,yang secara teoritis bisa menghindari
penyimpangan dalam kalender baru ini.Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di
tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya,yaitu Julius atau
Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius
Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus.
Pada awal tahun Masehi
merujuk kepada tahun yang dianggap sebagai tahun kelahiran Nabi Isa Al-Masih karena itu kalender ini dinamakan
oleh Yesus atau Masihiyah. Kebalikannya, istilah Sebelum Masehi
(SM) merujuk pada masa sebelum tahun tersebut. Sebagian besar orang non-Kristen
biasanya mempergunakan singkatan M dan SM ini tanpa merujuk kepada konotasi Kristen tersebut. Sistem penanggalan yang merujuk pada awal
tahun Masehi ini mulai diadopsi di Eropa Barat selama abad ke-8. Penghitungan kalender ini dimulai oleh seorang biarawan
bernama Dionysius Exiguus atau "Denis Pendek" dan mula-mula dipergunakan untuk
menghitung tanggal Paskah (Computus) berdasarkan tahun pendirian Roma.
Arti dan Sejarah Tahun Baru Hijjriah
Sedangkan
tahun baru Hijjriah penentuan dimulainya sebuah hari atau tanggal pada Kalender Hijriyah
berbeda dengan pada Kalender Masehi. Pada sistem Kalender Masehi, sebuah hari
atau tanggal dimulai pada pukul 00.00 waktu setempat. Namun pada sistem
Kalender Hijriah, sebuah hari/tanggal dimulai ketika terbenamnya matahari di
tempat tersebut.
Kalender Hijriyah dibangun
berdasarkan rata-rata silkus sinodik bulan kalender lunar (qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklus sinodik bulan,
bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708
hari).Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun Kalender Hijriah lebih pendek sekitar
11 hari dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi.
Faktanya, siklus sinodik
bulan bervariasi. Jumlah hari dalam satu bulan dalam Kalender Hijriah
bergantung pada posisi bulan, bumi dan matahari. Usia bulan yang mencapai 30
hari bersesuaian dengan terjadinya bulan baru (new moon) di titik apooge,
yaitu jarak terjauh antara bulan dan bumi, dan pada saat yang bersamaan, bumi
berada pada jarak terdekatnya dengan matahari (perihelion).
Sementara itu, satu bulan yang berlangsung 29 hari bertepatan dengan saat
terjadinya bulan baru di perige (jarak
terdekat bulan dengan bumi) dengan bumi berada di titik terjauhnya dari
matahari (aphelion). dari sini terlihat bahwa usia bulan tidak tetap melainkan
berubah-ubah (29 - 30 hari) sesuai dengan kedudukan ketiga benda langit
tersebut (Bulan, Bumi dan Matahari).
Penentuan awal bulan (new moon) ditandai dengan munculnya
penampakan (visibilitas) Bulan Sabit pertama kali (hilal) setelah bulan baru (konjungsi atau ijtimak). Pada fase ini, Bulan
terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari, sehingga posisi hilal berada di
ufuk barat. Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29, maka jumlah hari
pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari. Tidak ada aturan khusus
bulan-bulan mana saja yang memiliki 29 hari, dan mana yang memiliki 30 hari.
Semuanya tergantung pada penampakan hilal.
Tahun Baru
Menurut Sebagian Orang
Bagi
sebagian orang, pergantian tahun merupakan saat yang dinanti-nanti, namun bagi
sebagian lagi masih diliputi tanda tanya bagaimana kondisi tahun depan. Setiap
pergantian tahun, selalu diikuti dengan refleksi dan resolusi baru. Luangkan
waktu untuk melihat kembali apa yang sudah kita raih dalam setahun yang lalu.Bukan dengan cara bergadang
tanpa ada kepentingan yang syar'i dibenci oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Termasuk di sini adalah menunggu detik-detik pergantian
tahun yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Diriwayatkan dari Abi Barzah,
beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur
sebelum shalat 'Isya dan ngobrol-ngobrol setelahnya.”
Betapa banyak kita saksikan, karena begadang semalam suntuk untuk
menunggu detik-detik pergantian tahun, bahkan begadang seperti ini diteruskan
lagi hingga jam 1, jam 2 malam atau bahkan hingga pagi hari, kebanyakan orang
yang begadang seperti ini luput dari shalat Shubuh yang kita sudah sepakat
tentang wajibnya. Di antara mereka ada yang tidak mengerjakan shalat Shubuh
sama sekali karena sudah kelelahan di pagi hari. Akhirnya, mereka tidur hingga
pertengahan siang dan berlalulah kewajiban tadi tanpa ditunaikan sama sekali. Na’udzu
billahi min dzalik. Ketahuilah bahwa meninggalkan satu saja dari shalat
lima waktu bukanlah perkara sepele. Bahkan meningalkannya para ulama sepakat
bahwa itu termasuk dosa besar.Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga
mengancam dengan kekafiran bagi orang yang sengaja meninggalkan shalat lima
waktu. Buraidah bin Al Hushoib Al Aslamiy berkata, ”Aku mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Perjanjian antara kami dan mereka (orang
kafir) adalah shalat.Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.Oleh
karenanya, seorang muslim tidak sepantasnya merayakan tahun baru sehingga
membuat dirinya terjerumus dalam dosa besar.
Tahun Baru Benurut Islam
“Daripada waktu kaum
muslimin sia-sia, mending malam tahun baru kita isi dengan dzikir berjama'ah di
masjid. Itu tentu lebih manfaat daripada menunggu pergantian tahun tanpa ada
manfaatnya”, demikian ungkapan sebagian orang. Ini sungguh aneh.
Pensyariatan semacam ini berarti melakukan suatu amalan yang tanpa tuntunan.
Perayaan tahun baru sendiri adalah bukan perayaan atau ritual kaum muslimin, lantas
kenapa harus disyari'atkan amalan tertentu ketika itu? Apalagi menunggu
pergantian tahun pun akan mengakibatkan meninggalkan berbagai kewajiban
sebagaimana nanti akan kami utarakan.
01
Muharam 1433 Hijriyah. Merupakan tahun baru bagi umat muslim di seluruh dunia,
namun momentum ini mugkin tidak banyak mendapatkan perhatian. Karena tidak
tanda-tanda yang nampak untuk menyambut datangnya tahun baru hijriyah ini.
Padahal, tahun baru hijriyah ini diklaim sebagai tahun baru bagi kaum muslim,
akan tetapi kaum islam itu sendiri seakan-akan cuek dengan datangnya tahun baru
hijrihah ini, bahkan lebih berantusias terhadap datangnya tahun baru masehi.
Dalam
islam, tradisi penyambutan terhadap peristiwa sejarah mimang sangat dianjurkan,
seperti tanggal 27 Rajab, memperingati pristiwa isra’ dan mi’raj Nabi Muhammad
dalam rangka menerima perintah shalat, tanggal 12 Rabiul Awal (Bulan Maulid)
bulan kelahiran Nabi Muhammada SAW. 1 Syawal (Idul Fitri), merayakan kemenang
karena telah selesai menunaikan ibadah puasa satu bulan penuh, 10 Dzul Hijjah
(Idul Adha) memperingati pristiwa Nabi Ibrahim ketika diperintah mengurbankan
putranya Nabi Ismail, 15 sya’ban (Nisfu Sya’ban) penutupan pencatatan amal kita
selama satu tahun, dan termasuk 1 Muharram tahun baru hijriyah, memperingati
pristiwa hijrahnya Nabi Muhammad dari Kota Makkah ke Kota Madinah.
Tradisi Tahun Baru Hijjriah
dan Masehi
Dalam
memperingati tahun baru hijriyah, tradisi yang harus dilakukan memang tidak
sama dengan tradisi yang dilakukan untuk memperingati tahun baru masehi. Pada
tahun baru hijriyah kita dianjurkan memperingati dengan cara berpuasa dari
tanggal 30 Dzul Hijjah dan tanggal 1 Muharram dengan balasan akan diampuni
dosanya selama 50 tahun yang telah berlalu, membaca do’a ahir tahun sebelum
magrib pada tanggal 30 Dzul Hijjah dan membaca do’a alwal tahun sesudah magrib
pada tanggal 1 Bulan Muharramakan. Akan tetapi sangat sedikit umat islam yang
merespon terhadap anjuran tersebut. Padahal semestinya disamping anjuran
tersebut, kita perlu membuat moment-moment lain yang dapat menampakkan
kebesaran islam, misal menyantuni fakir miskin, melakukan kajian keislaman, dan
bahkan melaksanakan lomba-lomba keislaman yang dapat menampakkan dan
memeriahkan syiar-syiar islam.
Dari Abu Sa'id Al Khudri, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh kalian
akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan
sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke
lubang dhob (yang penuh lika-liku, pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.”Kami
(para sahabat) berkata,“Wahai Rasulullah, Apakah yang diikuti itu adalah
Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab,“Lantas siapa lagi?”
Dari sini kita dapat
menyaksikan bahwa perayaan tahun baru dimulai dari orang-orang kafir dan sama
sekali bukan dari Islam. Perayaan tahun baru terjadi pada pergantian tahun
kalender Gregorian yang sejak dulu telah dirayakan oleh orang-orang kafir.
Kebiasaan-kebiasaan
Dalam Memasuki Tahun Baru
Diantara
kebiasaan orang dalam memasuki tahun baru di berbagai belahan dunia adalah
dengan merayakannya, seperti begadang semalam suntuk, pesta kembang api, tiup
terompet pada detik-detik memasuki tahun baru, wayang semalam suntuk bahkan
tidak ketinggalan dan sudah mulai ngetrend
di beberapa tempat diadakan dzikir berjama’ah menyongsong tahun baru.
Sebenarnya bagaimana Islam memandang perayaan tahun baru?
Hadits
ini menunjukkan terlarangnya menyembelih untuk Allah di tempat yang bertepatan
dengan tempat yang digunakan untuk menyembelih kepada selain Allah, atau di
tempat orang-orang kafir merayakan pesta atau hari raya. Sebab itu berarti
mengikuti mereka dan menolong mereka di dalam mengagungkan syi’ar-syi’ar
kekufuran. Perbuatan ini juga menyerupai perbuatan mereka dan menjadi sarana
yang mengantarkan kepada syirik. Apalagi ikut merayakan hari raya mereka, maka
di dalamnya terdapat wala’
(loyalitas) dan dukungan dalam menghidupkan syi’ar-syi’ar kekufuran. Akibat
paling berbahaya yang timbul karena berwala’
terhadap orang kafir adalah tumbuhnya rasa cinta dan ikatan batin kepada
orang-orang kafir sehingga dapat menghapuskan keimanan.
Ibnu Baththol mengatakan,
“Yang dimaksud dengan hadits ini adalah dorongan agar seorang muslim tidak
menyakiti kaum muslimin lainnya dengan lisan,tangan dan seluruh bentuk
menyakiti lainnya. Al Hasan Al Bashri mengatakan,“Orang yang baik adalah orang
yang tidak menyakiti walaupun itu hanya menyakiti seekor semut”.” Perhatikanlah
perkataan yang sangat bagus dari Al Hasan Al Basri. Seekor semut yang kecil saja
dilarang disakiti, lantas bagaimana dengan manusia yang punya akal dan perasaan
disakiti dengan suara bising atau mungkin lebih dari itu?
Ibnu Baththol menjelaskan,
“Rasullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak suka begadang setelah
shalat 'Isya karena beliau sangat ingin melaksanakan shalat malam dan khawatir
jika sampai luput dari shalat shubuh berjama'ah. 'Umar bin Al Khottob
sampai-sampai pernah memukul orang yang begadang setelah shalat Isya, beliau
mengatakan, “Apakah kalian sekarang begadang di awal malam, nanti di akhir
malam tertidur lelap?” Apalagi dengan begadang ini sampai melalaikan dari
sesuatu yang lebih wajib yaitu shalat Shubuh.
Ikhtilath (campur baur) antara pria
dan wanita seperti yang kita lihat pada hampir seluruh perayaan malam tahun
baru bahkan sampai terjerumus pada perbuatan zina, Na’udzubillahi min dzaalika.
Ingatlah, Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam secara tegas telah melarang kita meniru-niru orang kafir
(tasyabbuh). Beliau bersabda,”Barangsiapa yang menyerupai suatu
kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” Jadi dalam melakukan suatu
amalan, niat baik semata tidaklah cukup. Kita harus juga mengikuti contoh dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, baru amalan tersebut bisa diterima di
sisi Allah.
Jika ada yang mengatakan,“Daripada
menunggu tahun baru diisi dengan hal yang tidak bermanfaat (bermain petasan dan
lainnya), mending diisi dengan dzikir. Yang penting kan niat kita baik.”Maka
cukup kami sanggah niat baik semacam ini dengan perkataan Ibnu Mas’ud ketika
dia melihat orang-orang yang berdzikir, namun tidak sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Orang yang melakukan dzikir yang tidak ada tuntunannya
ini mengatakan pada Ibnu Mas’ud,”Demi Allah, wahai Abu ‘Abdurrahman (Ibnu
Mas’ud), kami tidaklah menginginkan selain kebaikan.” Ibnu Mas’ud lantas
berkata, “Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, namun mereka
tidak mendapatkannya.”
Jika kita lihat pada
tingkah laku muda-mudi saat ini, perayaan tahun baru pada mereka tidaklah lepas
dari ikhtilath (campur baur antara pria dan wanita) dan berkholwat
(berdua-duan), bahkan mungkin lebih parah dari itu yaitu sampai terjerumus
dalam zina dengan kemaluan. Inilah yang sering terjadi di malam tersebut dengan
menerjang berbagai larangan Allah dalam bergaul dengan lawan jenis.
Inilah yang terjadi di malam pergantian tahun dan ini riil terjadi di kalangan
muda-mudi.
Jika
dilihat dari sejarah, tahun hijriyah dicatat berdasarkan bukti sejarah
Hijrahnya Nabi Muhammad SAW. Dari Kota Makkah ke Kota Yatsrib atau yang
sekarang disebut Kota Madinah demi untuk menyelamatkan agamanya (islam).Apabila hal itu dilakukan secara konsisten dan
terarah, kita akan menikmati hasilnya di tahun mendatang. Arahkan hati dan
pikiran kita tentang indahnya meraih kesuksesan dalam merealisasikan impian
kita.
Bila
kita membandingkan dari beberapa aktifitas yang dilakukan masyarakat untuk
menyambut datangnya tahun baru masehi dan tahun baru hijriah cukup jauh, di
wilayah-wilayah yang masyarakatnya mayoritas muslim sekalipun.Dalam istilah
saya meminjam istilah pertandingan tinju, peringatan tahun baru masehi vs
peringatan tahun baru hijriyah, peringatan tahun baru hijriyah kalah KO.
Dampak Yang
Bitimbulkan Tada Tahun Baru Masehi
Kerusakan-kerusakan yang
ditimbulkan pada tahun baru Masehi, yaitu:
1. Mengganggu kaum muslimin
2. Merayakan tahun baru masehi
berarti tasyabbuh (meniru-niru) orang kafir
3. Mengucapkan selamat tahun
baru yang jelas bukan ajaran islam
4.
Begadang tanpa ada hajat
5. Hura-hura dan mabuk-mabukan
6. Meninggalkan shalat lima waktu
7. Melakukan pemborosan yang
meniru perbuatan setan
8. Menyia-nyiakan waktu yang
begitu berharga
9. Merekayasa amalan yang
tanpa tuntunan di malam tahun baru masehi
10. Terjerumus dalam Zina
11. Merayakan Tahun Baru
Berarti Merayakan 'Ied (Perayaan) yang Haram
Kita sudah ketahui bahwa
perayaan tahun baru masehi ini berasal dari orang kafir dan merupakan tradisi
mereka. Namun sayangnya di antara orang-orang jahil ada yang mensyari'atkan
amalan-amalan tertentu pada malam pergantian tahun.
Komisi Fatwa Saudi Arabia,
Al Lajnah Ad Daimah ditanya, “Apakah boleh mengucapkan selamat tahun baru
Masehi pada non muslim, atau selamat tahun baru Hijriyah atau selamat Maulid
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam?”Al Lajnah Ad Daimah
menjawab, “Tidak boleh mengucapkan selamat pada perayaan semacam itu karena
perayaan tersebut adalah perayaan yang tidak masyru’ (tidak disyari’atkan dalam
Islam).”
Lihatlah apa yang dikatakan
oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Apa yang beliau katakan
benar-benar nyata saat ini. Berbagai model pakaian orang barat diikuti oleh
kaum muslimin, sampai pun yang setengah telanjang.Begitu pula berbagai perayaan
pun diikuti, termasuk pula perayaan tahun baru masehi ini.
Memasuki tahun baru hijjriah sebaiknya
segera menetapkan impian baru. Apakah itu menghidupkan kembali impian lama yang
belum terwujud atau benar-benar menetapkan impian baru yang hendak diraih di
tahun 2012. Untuk menghimbau,
Kepada semua kaum muslimin untuk memeriahkan dalam
menyambut datangnya tahun baru hijriyah dengan kegiatan-kegiatan keagamaan,
sehingga kebesaran dan syiar-syiar islam semakin nampak di masyarakat.Bukannya
seperti merayakan
tahun baru masehi yang banyak diramaikan dengan suara mercon, petasan, terompet
atau suara bising lainnya. Ketahuilah ini semua adalah suatu kemungkaran karena
mengganggu muslim lainnya, bahkan sangat mengganggu orang-orang yang butuh
istirahat seperti orang yang lagi sakit. Padahal mengganggu muslim lainnya
adalah terlarang sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Seorang muslim adalah seseorang yang lisan dan tangannya tidak mengganggu
orang lain.”
Merayakan tahun baru masehi
termasuk membuang-buang waktu. Padahal waktu sangatlah kita butuhkan untuk hal
yang manfaat dan bukan untuk hal yang sia-sia. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam telah memberi nasehat mengenai tanda kebaikan orang
Islam.Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang
tidak bermanfaat baginya.”Semoga kita merenungkan perkataan Ibnul Qoyyim,“(Ketahuilah
bahwa) menyia-nyiakan waktu lebih jelek dari kematian. Menyia-nyiakan waktu
akan memutuskanmu (membuatmu lalai) dari Allah dan negeri akhirat. Sedangkan
kematian hanyalah memutuskanmu dari dunia dan penghuninya.”
Merayakan tahun baru masehi
termasuk meniru-niru orang kafir.Dan sejak dulu Nabi kita shallallahu
'alaihi wa sallam sudah mewanti-wanti bahwa umat ini memang akan mengikuti
jejak orang Persia,Romawi,Yahudi dan Nashrani. Kaum muslimin mengikuti mereka
baik dalam berpakaian atau pun berhari raya.Merupakan salah satu bentuk tasyabbuh (menyerupai) dengan orang-orang kafir
yang telah dilarang oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi
wa sallam.
Maka dari itu
mulailah menetapkan impian.Menghidupkan impian akan memberikan banyak manfaat
bagi kita.Karena memiliki impian akan memberi motivasi bagi kita untuk
bertindak mewujudkannya.Memiliki impian dapat menjadi arah bagi kita untuk
melangkah kedepan.Bahkan menghidupkan impian seperti membangkitkan energi dari
dalam diri, dapat menjadi pendorong bagi kita untuk memperkuat diri dalam
menghadapi berbagai tantangan dan hambatan.Memiliki impian dapat memberi kita
dorongan untuk hidup lebih terencana, hidup lebih efisien guna merealisasikan
mimpi kita.Dengan impian akan menghidupkan harapan. Dengan harapan akan
melahirkan tindakan.
Bukan
dengan pemborosan besar-besaran hanya dalam waktu satu malam.Jika kita
perkirakan setiap orang menghabiskan uang pada malam tahun baru sebesar Rp.1000
untuk membeli mercon dan segala hal yang memeriahkan perayaan tersebut, lalu
yang merayakan tahun baru sekitar 10 juta penduduk Indonesia, maka hitunglah
berapa jumlah uang yang dihambur-hamburkan dalam waktu semalam? Itu baru
perkiraan setiap orang menghabiskan Rp. 1000, bagaimana jika lebih dari itu?!
Padahal Allah Ta’ala telah berfirman (yang artinya), “Dan
janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.”(QS. Al Isro’:
26-27).
Perlu diketahui bahwa
perayaan ('ied) kaum muslimin hanya ada dua yaitu 'Idul Fithri dan 'Idul Adha.
Anas bin Malik mengatakan, “Orang-orang Jahiliyah dahulu memiliki dua hari
(hari Nairuz dan Mihrojan) di setiap tahun yang mereka senang-senang ketika
itu.
Ketika Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau mengatakan, “Dulu kalian memiliki dua
hari untuk senang-senang di dalamnya. Sekarang Allah telah menggantikan bagi
kalian dua hari yang lebih baik yaitu hari Idul Fithri dan Idul Adha.
Saya
ingat waktu masa kecilku ketia masih mengaji di sebuh masjid di desaku, pada
hari-hari bersejarah, banyak sekali aktifitas keagamaan yang dilakukan, yang
paling menarik waktu itu ketika pada malam Nisfu Sya’ban dan 1 Muharram banyak
para santri dan sebagian masyarakat di desaku melakukan ziarah dengan berjalan
kaki dari satu asta (makam para leluhur) ke asta yang lain untuk membaca do’a
memohon ridha Allah SWT. Akhir-akhir ini kegiatan semacam tersebut sudah jarang
sekali ditemukan.
Hukum Merayakan Tahun Baru Masehi
Ada sekian banyak pendapat yang berbeda
tentang hukum merayakan tahun baru masehi.
Tahun Baru Adalah Bid`ah.Syariat Islam yang
dibawa oleh Rasulullah SAW adalah syariat yang lengkap dan sudah tuntas. Tidak
ada lagi yang tertinggal.Sedangkan fenomena sebagian umat Islam yang mengadakan
perayaan malam tahun baru Masehi di masjid-masijd dengan melakukan shalat malam
berjamaah, tanpa alasan lain kecuali karena datangnya malam tahun baru, adalah
sebuah perbuatan bidah yang tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah SAW, para
shahabat dan salafus shalih. Maka hukumnya bidah bila khusus untuk even malam
tahun baru digelar ibadah ritual tertentu, seperti qiyamullail, doa bersama,
istighatsah, renungan malam, tafakkur alam, atau ibadah mahdhah lainnya.Karena
tidak ada landasansyarinya.
Pendapat yang Menghalalkan.Pendapat yang
menghalalkan berangkat dari argumentasi bahwa perayaan malam tahun baru Masehi
tidak selalu terkait dengan ritual agama tertentu. Semua tergantung niatnya.
Kalau diniatkan untuk beribadah atau ikut-ikutan orang kafir, maka hukumnya
haram.
Tetapi tidak diniatkan mengikuti ritual orang
kafir, maka tidak ada larangannya.Mereka mengambil perbandingan dengan liburnya
umat Islam di hari natal. Kenyataannya setiap ada tanggal merah di kalender
karena natal, tahun baru, kenaikan Isa, paskah dan sejenisnya, umat Islam pun
ikut-ikutan libur kerja dan sekolah. Bahkan bank-bank syariah, sekolah Islam,
pesantren, departemen Agama RI dan institusi-institusi keIslaman lainnya juga
ikut libur. Apakah liburnya umat Islam karena hari-hari besar kristen itu
termasuk ikut merayakan hari besar mereka?Umumnya kita akan menjawab bahwa hal
itu tergantung niatnya. Kalau kita niatkan untuk merayakan, maka hukumnya
haram. Tapi kalau tidak diniatkan merayakan, maka hukumnya boleh-boleh
saja.Demikian juga dengan ikutan perayaan malam tahun baru, kalau diniatkan
ibadah dan ikut-ikutan tradisi bangsa kafir, maka hukumnya haram.
Pendapat yang Mengharamkan.Mereka yang
mengharamkan perayaan malam tahun baru masehi, berhujjah dengan beberapa
argumen.Perayaan Malam Tahun Baru Adalah Ibadah Orang KafirBahwa perayaan malam
tahun baru pada hakikatnya adalah ritual peribadatan para pemeluk agama
bangsa-bangsa di Eropa, baik yang Nasrani atau pun agama lainnya.Sejak masuknya
ajaran agama Nasrani ke Eropa, beragam budaya paganis (keberhalaan) masuk ke
dalam ajaran itu. Salah satunya adalah perayaan malam tahun baru. Bahkan
menjadi satu kesatuan dengan perayaan Natal yang dipercaya secara salah oleh
bangsa Eropa sebagai hari lahir nabi Isa.
Walhasil, perayaan malam tahun baru masehi
itu adalah perayaan hari besar agama kafir. Maka hukumnya haram dilakukan oleh
umat Islam.
Adapun Sebaiknya Tahun Baru
Seharusnya seseorang bersyukur kepada Allah
dengan nikmat waktu yang telah Dia berikan. Mensyukuri nikmat waktu bukanlah
dengan merayakan tahun baru. Namun mensyukuri nikmat waktu adalah dengan
melakukan ketaatan dan ibadah kepada Allah, bukan dengan menerjang larangan
Allah. Itulah hakekat syukur yang sebenarnya. Orang-orang yang menyia-nyiakan
nikmat waktu seperti inilah yang Allah cela. Allah Ta’ala berfirman
(yang artinya), “Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang
cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang
kepada kamu pemberi peringatan?” (QS. Fathir: 37). Qotadah mengatakan,
“Beramallah karena umur yang panjang itu akan sebagai dalil yang bisa
menjatuhkanmu. Marilah kita berlindung kepada Allah dari menyia-nyiakan umur
yang panjang untuk hal yang sia-sia.” Wallahu walliyut taufiq. Sumber: www.muslimah.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar