Jati diri seorang guru
Siapakah
sejatinya seorang guru itu? Guru adalah sang pembebas dan pejuang, mengapa
dikatakan demikian? Karena guru lah yang membebaskan seorang atau beberapa
orang dari kebodohan keterbelakangan dalam berbagai renik bentuknya. Dengan
bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya ketika proses belajar
pembelajaran berlangsung tentu bagi mereka yang pada awalnya tidak mengetahui
apapun akan menjadi mengerti.
Pahlawan
tanpa tanda jasa ini memberikan kontribusi yang sangat besar bagi generasi
penerus bangsa sebagai pemegang estafet keberlangsungan hidup supaya dapat
mempraktikkan pola pikir dan pola sikap yang baik. Apabila terdapat beberapa
siswanya yang tidak mampu dalam menyelesaikan masalah, maka Guru akan senatiasa
berjuang dengan sekuat tenaganya agar peserta didik dapat memahami dan
menyelesaikan setiap permasalahan tersebut, dan dia akan mencari seribu cara untuk
mencetak lulusan yang dapat memecahkan setiap permasalahan di lingkungan
masyarakat.
Seorang
yang diguguh dan dititu ini menyalurkan ilmu pengetahuannya kepada murid agar
mereka menjadi siswa yang dapat berkarya sesuai dengan bakat, prestasi, dan
kualitas yang dimiliki masing-masing siswa. Dengan demikian, tidak lah
berlebihan jika seorang guru dikatakan sebagai pembebas dan pejuang karena
meski dalam kubang kesulitan hal itu tidak akan membuat seorang guru berhenti
untuk mengabdi dan memberikan pemahaman baru kepada anak-anak didiknya.
Perjuangan
yang dilakukan oleh seorang guru tidak akan bisa kita balas dengan apa pun,
juga tidak akan mampu kita bahas tuntas dalam sebuah tulisan ataupun obrolan
yang paling serius sekalipun (Asef Umar Fakhruddin, 2011: 92). Guru juga dapat
dikatakan sebagai sang petualangan, mengapa demikian? Mari kita simak pada
bahasan selanjutnya.
Guru
sebagai petualangan, maksudnya yaitu seorang guru dituntut untuk senantiasa
terus belajar. Tidak dibenarkan jika seorang guru menganggap diri paling pandai
dan menganggap para peserta didik sebagai kumpulan makhluk dungu. Atau
menganggap dirinya paham semua hal sehingga tidak perlu belajar lagi (Asef Umar
Fakhruddin, 2011: 87).
Dalam
perkembangan jaman yang semakin cepat ini mengharuskan setiap orang untuk
mengikuti alur yang berjalan kedepan. Hal ini sangat penting pula bagi seorang
atau calon guru yang bertugas untuk menyampaikan nilai-nilai kepada anak-anak
didiknya. Menurut Asef Umar Fakhruddin, apabila seorang guru tidak bersedia membaca
gemericik dinamika kontemporer, bisa dipastikan dia tidak akan bisa
menyampaikan kolerasi pelajaran yang diberikan oleh dunia konkrit dan ranah
sosial. Anak-anak didik pun tidak akan respons dengannya (2011: 87).
Sebagai
seorang petualang, guru akan senantiasa berusaha menjelajah setiap renik dan
celah kehidupan untuk dipetik sebuah putik kearifan dan kebijaksanaan lalu
kemudian diajarkan kepada peserta didik. Proses pembelajaran seperti inilah
yang akan membuat siswa mendapatkan ulir-ulir keindahan hidup, sehingga mereka
pun menjadi pribadi-pribadi yang peka terhadap sesama hidup, lingkungan
sekitar, dan jati diri.
Seorang
guru dengan visi dan misi seperti yang dijelaskan diatas, dapat menjadi titik
pijakan sebuah perubahan. Namun, perubahan dalam bentuk apapun tidak akan
berhasil tanpa adanya keberaniaan untuk menyaring setiap tarian dinamika,
kemudian dipilah apa yang seharusnya dilakukan dan akhirnya dapat menentukan
sebuah pilihan bijak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru adalah
seorang pembebas dan pejuang yang penuh dengan petualangan menarik, lalu
diberikan kepada peserta didiknya.